Pertunjukan Kolaborasi Multi Interaksi 'Kopi Mana' Meriahkan Hari Kedua Pesta Petta Puang

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Hari kedua penyelenggaraan Pesta Petta Puang, Sabtu (30/03/2019) malam di ruang tertutup Gedung Kesenian Societeit De Harmonie, dimeriahkan dengan pertunjukan kolaborasi multi interaksi bertajuk 'Kopi Mana'.



Pertunjukkan yang merupakan buah karya sang konseptor Jamal Gentayangan ini disaksikan berbagai kalangan, mulai dari seniman, budayawan, akademisi, mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum. 

Pemain dari pertunjukan itu, selain Jamal Gentayangan (musisi/dosen) sendiri, juga ada Basri B. Sila (musisi), Hamrin Samad (dosen UNM), Rotua Magdalena (perupa - Jakarta), Andi Marwiah Palaloi (penari - Kasi Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten. Selayar), Asmin Amin (Budayawan), Andi Tenri (penari – asal Labuang Bajo NTT), Sukma Silanan (Pencahayaan) dan Taufik (Sound Efek).  

Panggung gelap, dan perlahan Infocus dengan frame seperti layar bioskop, kemudian focus mengarah set layang-layang bergelantungan – terbanglah dan jangan lupa kembali (karya perupa Rotua). Tak lama, terdengar sound efek (Taufik) dengan seruling (Basri B. Sila) dan Hamrin Samad disisi kiri memainkan alat musik eksperimennya mengantarkan suasana cerita. 

Kedua pemusik di tengah stage dengan dukungan pencahayaan dari Sukma Silanan, mengantarkan Andi Marwiah Palaloi dengan tari Pakarena Balla Bulo yang gemulai dan anggun bergaun merah ala pakaian baju bodo merah, memainkan gerakan tarinya. 

Asmin Amin (budayawan) 'Abbaca Kitta', dengan lantangnya bercerita menggunakan aksen dan dialog Makassar seolah bertutur sesuai cerita dalam kolaborasi ini. Beriringan dari dua arah yang berbeda, tari Ndundun Dake (asal labuang bajo NTT) masuk dari arah kanan panggung, dan bersamaan di depan panggung dua orang laki-laki penari caci masih dari daerah yang sama meliuk dan saling memukul sebagai simbolik peperangan.

Begitu sedikit alur yang ditangkap dalam pertunjukan kolaborasi multi interaksi 'Kopi Mana'. Luna Vidya (penggiat teater) seusai menyaksikan pertunjukan itu berkomentar, untuk sebuah pertunjukan pendek bolehlah, karena ada ornamen lain dan masih perlu dikembangkan. 

Lain lagi, Muh. Irfan salah seorang mahasiswa UNM menyayangkan klimaks dari pertunjukan tersebut. “Diawali focus pada frame layang-layang, kok klimaksnya cerita 'Kopi Mana' nggak dikembalikan frame itu seperti diawal pertunjukan,” ujar Irfan. 

Setelah pertunjukan selesai, sang konseptor Jamal Gentayangan pun berucap kepada penonton, masih perlukah kebudayaan atau masih perlukah gedung kesenian ? Ucapannya itu seakan mengkritisi kondisi yang terjadi saat ini. (rk)

Politik

Pendidikan

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN