SOROTMAKASSAR -- Makassar.
Pencinta kuliner di Makassar tidak asing lagi dengan keberadaan Rumah Makan Oke yang terletak di Jalan Gunung Bulusaraung yang sudah ada sejak tahun 1992.
Rumah Makan Oke awalnya adalah warung tenda di Jalan Gunung Bulusaraung, yang memanfaatkan lahan kosong di Halaman Oke Bilyard. Kini, di atas lahan itu telah dibangun ruko dan perumahan.
Herianto Wijaya dan Hasnah yang yang merupakan pemilik dari Rumah Makan Oke merintis usaha kuliner ini dari bawah. Setelah keduanya wafat, usaha tersebut dilanjutkan oleh anak tertua yakni Ronny Wiyaya yang juga pencinta ikan ini, dengan keuletan yang diturunkan oleh almarhum kedua orangtuanya, dan alhasil rumah makan ini berkembang sampai sekarang.
Menu yang ditawarkan bervarisi diantaranya Nasi Goreng Oke yang merupakan ciri khas rumah makan ini. Ada juga Mie Goreng, Cap Cay Oke hingga Ayam Goreng Mentega dengan harga bervariasi.
Rumah Makan Oke sudah mempunyai cabang di Gowa dan MTC Karebosi yang merupakan usaha dari generasi pelanjut.
Ditengah banyaknya rumah makan yang terdampak Covid-19, Rumah Makan Oke mampu bertahan dari pandemi Covid-19. Ini berkat kesabaran dan ketabahan pengelolanya sehingga Rumah Makan Oke tetap eksis bertahan.
Pengunjung rumah makan juga ini tetap mengedepankan protokol kesehatan yakni menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak.
Ronny Wijaya, Owner Rumah Makan Oke
Mulai Usaha Dari Bawah
Hasnah Wijaya memulai usaha dari jualan kue keliling hingga mampu mengembangkan Rumah Makan Oke yang awalnya hanya warung tenda yang terletak di Jalan Gunung Bulusaraung pada tahun 1992.
Sejak membuka usahanya di tahun 1992, menu yang jadi favorit pelanggan adalah Nasi Goreng Merah atau Nasi Goreng Oke dengan harga per porsi Rp 1.000,-. Omzet yang didapatkan saat itu berkisar Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu dengan modal awal Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
Jenis kuliner yang ditawarkan saat itu tak jauh beda dengan yang ada saat ini. Untuk makanan sama sekali tidak mengalami perubahan hanya jenis minuman yang kian bervariasi. Jika di awal membuka usaha, warung tenda milik Hasnah Wijaya hanya menyediakan air putih atau air mineral, maka saat ini warung miliknya juga menyediakan beragam jus buah dan minuman kemasan.
Awal membuka usaha Hasnah mengelola warung miliknya bersama suami, Eriyanto Wijaya, dibantu seorang pegawai yang bekerja sebagai pelayan. Hasnah dan Eriyanto menyiapkan seluruh kebutuhan warung termasuk belanja bahan yang diperoleh dari pasar tradisional, meracik bumbu, sampai mengolah bahan makanan sesuai pesanan pelanggan.
Tak jarang pada jam padat pembeli, kedua pemilik warung tenda itu turun tangan untuk melayani pembeli termasuk mengantarkan pesanan makanan.
Tahun 2006, Hasnah Wijaya membuka cabang Nasi Goreng Oke untuk pertama kalinya. Ia mengontrak ruko di seberang jalan warung tenda miliknya, praktis saat itu ia mengelola 2 usaha kuliner. Jumlah warung yang bertambah buat Hasnah menambah jumlah pegawainya jadi 10 orang untuk 2 tempat usaha.
Kendati telah membuka cabang, Hasnah dan suami tetap mengontrol penuh bisnis kuliner yang mereka jalankan. Kebiasaan belanja bahan makanan dan meracik bumbu tetap mereka lakoni. Yang berbeda tampak pada pengolahan bahan, tidak lagi hanya dilakukan oleh Hasnah dan Eriyanto, mereka mulai membimbing pegawainya untuk jadi juru masak, tidak sekadar jadi pelayan.
Nasi Goreng Merah andalan RM Oke
Hasnah sengaja turun langsung membeli bahan makanan karena ingin memastikan jenis bahan yang diperoleh haruslah kualitas terbaik. Turun langsung berbelanja juga buat Hasnah bisa tahu perkembangan harga pasar. Meracik bumbu tetap dilakukannya sendiri untuk menjaga kualitas rasa agar tidak berubah-ubah.
Rasa setiap masakan sama karena bumbunya atau racikannya standar yang dijual di tenda dan di ruko sama karena bahan dan bumbunya dari 1 tempat. Yang beda cuma juru masaknya.
Enam tahun setelah buka cabang pertama, Hasnah Wijaya di tahun 2012 membeli ruko di tempat warung tenda miliknya pernah berdiri. Ia memindahkan warung tenda miliknya ke ruko itu. Warungnya naik kelas, tidak lagi berjualan di tenda tapi sudah menempati sebuah ruko. Lantai satu ruko digunakan sebagai tempat usaha dan lantai 2 dijadikan rumah tinggal bagi Hasnah Wijaya bersama suami, keempat anaknya, seorang menantu, dan cucu perempuan.
Ruko miliknya tampak lapang, didominasi dengan warna coklat, termasuk pemilihan warna cat dinding, lantai marmer, hingga kursi kayu dan meja makan yang digunakan semuanya bernuansa coklat.
Beberapa hiasan dinding tergantung manis di sisi ruangan dengan pilar-pilar yang menjulang kokoh menyanggah bagian tengah ruangan. Kursi dan meja makan diatur rapi berderet dari depan ke belakang, meja kasir berada tepat di depan pintu masuk Rumah Makan Oke. Fasilitas mushallah juga disediakan di sini.
Tahun 2014, Rumah Makan Oke kembali buka cabang. Kali ini di lantai 4 Food Court MTC. Cabang kedua ini dikelola oleh putera pertama Hasnah yang telah memberikannya seorang cucu perempuan yang cantik, Ronny Wijaya.
"Sengaja membuka tempat usaha yang berdekatan biar kontrolnya mudah. Memang sudah ada 3 tempat tapi semua bahan asalnya dari sini. Saya tinggal membagi berapa yang ke MTC, berapa di sini, dan berapa di depan. Bumbu juga kita racik di sini, koki tinggal mengolah,” terang Hasnah di warung miliknya.
Jangan pernah membayangkan semua keberhasilan yang dicapai Hasnah bersama pasangannya adalah mudah. Kesuksesan Nasi Goreng Oke dibangun dari kerja keras dan perjuangan yang panjang dari Hasnah Wijaya bersama suami, Eriyanto Wijaya. Ilmu meracik bumbu diperoleh dari bapak mertua Hasnah yang pernah bekerja di kapal pesiar semasa mudanya.
Dari situ ia mulai belajar buat nasi goreng dan memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri berjualan nasi goreng dan mie.
Modal yang digunakan Hasnah untuk membuka usahanya pertama kali berasal dari hasil jualan kue keliling yang dikumpulkannya bertahun-tahun.
“Saya tidak pernah malu untuk mengerjakan apapun yang penting halal. Modalku dari jualan kue keliling punya mertua, saya bisa dapat untung Rp 300 dari setiap kue yang laku. Hasilnya saya kumpul selama bertahun-tahun ditambah modal dari suami hasil jualan mie bersama orang tua,” kenangnya.
Lorong demi lorong sampai jalanan besar di Makassar telah dilalui Hasnah demi mengumpulkan lembar demi lembar bahkan keping demi keping rupiah. Tak ada lagi rumah, kantor, dan toko di belahan utara Makassar yang tidak dikunjunginya demi menjual habis seluruh kue dagangannya. Kulitnya menjadi hitam legam terpanggang teriknya matahari. Namun semua itu dilakukannya tanpa kenal lelah demi mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk anak-anaknya.
Hasnah berjulan kue 2 kali sehari, pagi dan sore. Hasilnya lumayan bisa menyisihkan sampai Rp 200 ribu per hari. Hasnah juga harus pandai menabung, tidak bisa menggantungkan diri sepenuhnya kepada suami yang masih sulit meninggalkan kebiasaan buruknya saat itu. Apalagi mereka berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Hasnah berdarah Gowa-Makassar sementara Eriyanto berdarah Mandarin-Mandar. Kondisi ini yang memacu semangat Hasnah untuk memiliki usaha sendiri.
Ketika berhasil membuka usahanya di tahun 1992, Hasnah dan Eriyanto tidak serta-merta mencicipi manisnya bisnis kuliner yang dijalankan. Ketika memasuki musim penghujan dan Makassar mulai diguyur hujan lebat serta angin kencang, saat itulah ujian akan datang. Kursi-kursi plastik dan meja tripleks beralaskan terpal pelastik yang biasa dipenuhi pembeli dengan pesanannya tampak kosong, semuanya basah terkena hujan, tak satu pun pembeli yang datang.
Jika angin bertiup sangat kencang, tak jarang tenda yang digunakan sebagai pelindung juga ikut diterbangkan angin. Jika sudah begini, air mata pun tak terbendung lagi. Hasnah harus cari pinjaman agar besok dapat melanjutkan usahanya.
Nasi Goreng Seafood
Kisah getir di awal merintis usaha Nasi Goreng Oke kini jadi pengalaman berharga bagi Hasnah dan Eriyanto. Beberapa tak perlu lagi mereka rasakan karena kini warung tenda miliknya telah berubah menjadi ruko yang nyaman sebagai tempat usaha yang berada di Jalan Bulusaraung. Ditambah 2 cabang yang telah dibuka.
Total pekerja yang dimiliki Rumah Makan Oke saat ini berjumlah 20 pegawai. Hasnah Wijaya dan Eriyanto Wijaya dalam waktu dekat berencana membuka cabang ke-3 di Parepare yang akan dipercayakan kepada putera kedua mereka, Ricky Wijaya.
Nasi Goreng Oke di rumah makan yang cukup ramai dikunjungi penikmat kuliner di Makassar ini, berbahan dasar bawang putih yang dihaluskan, garam halus, telur orak-arik, dan minyak wijen.
Nasi Goreng Oke juga dinamai Nasi Goreng Merah. Sesuai penamaannya, nasi goreng ini berwarna merah yang didapatkan dari tambahan saus tomat yang digoreng bersama nasi dan bumbunya. Saus tomat pada nasi goreng merah memberikan rasa manis yang sedikit asam. Rasa ini diperoleh dari buah tomat yang jadi bahan dasar pembuatan saus.
Sebagai pelengkap, nasi goreng ini disajikan bersama gorengan, bakso sapi, irisan daging, dan hati ayam dengan taburan daun bawang di atasnya.
Selain Nasi Goreng Oke, di rumah makan ini juga dijual jenis nasi goreng yang lain. Menu itu antara lain Nasi Goreng Jakarta dan Nasi Goreng Seafood.
Di samping itu, tersedia juga Capcay dan aneka olahan Mie seperti Mie Hokkian, Mie Goreng, Mie Kering, dan Mie Kuah. Melengkapi menu makanannya, Rumah Makan Oke juga menyediakan aneka jus buah dan minuman kemasan.
Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk dapat menikmati sajian kuliner khas RM Oke ini cukup dengan Rp 20 ribu sampai Rp 35 ribu untuk tiap menunya.
Tingginya minat pecinta kuliner terhadap menu yang ditawarkan membuat Rumah Makan Oke mampu menghasilkan omzet per hari sebesar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.
Pendapatan tambahan didapatkan dari Nasi Goreng Oke yang dijual di Food Court MTC.
Saat ini Rumah Makan Oke telah menutup cabang yang ada di Jalan Gunung Bulusaraung yang berhadapan dengan rumah makan induk karena imbas dari pandemi Covid-19. (iw)