Mengulas Adat Budaya Rampi, Penduduk Asli Rampi Bermukim di Bangko


Oleh : Yustus Bunga (Bagian II)

Masyarakat adat Rampi, secara kelembagaan adat, wilayah komunitas adat Rampi terbagi tujuh dan enam Desa, yakni Leboni, Hulaku, Onondowa, Dodolo, Bangko (Rampi asli), Mohale dan Tedeboe. Penduduk asli Rampi berdiam di Bangko, dengan bahasa Rampi.

Secara geografis wilayah adat Rampi berbatasan dengan Bada' (Kabupaten Poso) disebelah utara, Kecamatan Masamba disebelah selatan, Kecamatan Seko disebelah barat, dan Kecamatan Mangkutana (Luwu Timur) disebelah timur. Dan secara administratif Kecamatan Rampi terdiri atas enam desa, yakni Leboni, Hulaku, Onondowa, Dodolo, Bangko dan Desa Tedeboe.

Tokey Tonitongko (Ketua Adat wilayah tana to Rampi), Paulus Sigi mengemukakan, wilayah adat Rampi merupakan daerah dataran tinggi terisolir di Bumi Lamaranginang julukan Kabupaten Luwu Utara, yang memiliki pegunungan dan coverage hutan yang padat belantara, berbukit-bukit dengan padang rumput dan savana yang luas. Dimana mengalir sungai yang besar dengan air yang jernih seperti sungai Mabu, Mallubu, Mui, Tobon, Petompon, Makoka, Totahi dan sungai Ratu.

Tokey Tonitongko Paulus Sigi menuturkan, adat Tana To Rampi juga masih kental seperti adat perkawinan seperti Mewona yakni mengantar pengantin laki-laki pada malam pengantin dan diantar oleh dewan adat dan orang tua kerumah pengantin perempuan pada malam pengantin dengan jumlah rombongan inti 5 orang yang terdiri dari, kalau adat Dodolo wute Leboni, yakni Tomoholempa Piho (yang membawa pedang), Tomangkomi Toa' (yang membawa pengantin laki-laki)," tuturnya.

Kemudian Toa'na (pengantin laki-laki), Tomangkomi Podiha' Kotorua (yang membawa barang untuk memasuki kamar pengantin perempuan), Tomoholempa Hepu' (yang membawa tempat siri) dan Tomeromboi (keluarga yang meramaikan).

Sedang adat Bangko dan Tede' Boe' yakni Tope' Uba Podiha' Kotorua, Topololita, Toa'na/Tonipohamoko, Tomeromboi (keluarga pihak laki-laki).
Rombongan pengantin laki-laki berjalan menuju rumah pengantin perempuan sesuai urutan diatas. Setelah rombongan pengantin laki-laki tiba dirumah pengantin perempuan, maka yang mengetuk pintu adalah Tomoholempa Piho dan apabila pintu telah dibuka Mehorimo mahura Ipahuraa Tono Tidokitomotodina Towowe'o.

Acara Mewona didahului dengan Doa, setelah itu Modiha' Kotorua dan Tomoholempa Piho Mohoda Piho. Dan selanjutnya keluarga atau orang tua pihak pengantin perempuan menanyakan maksud kedatangan rombongan pengantin laki-laki.

Ketua adat rombongan pengantin laki-laki pun mengutarakan maksud kedatangan mereka, setelah pembicaraan telah selesai dilanjutkan dengan rencana Meloti dan Mampopehori pada besok paginya. (*)
 
 

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN