SOROTMAKASSAR -- Makassar.
Seperti dilansir sejumlah media di kota ini, Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel, Lies F Nurdin meminta agar bangunan bersejarah Gedung Kesenian Soceiteit De Harmonie (GKSDH) segera direnovasi karena sudah terlihat tua termakan usia.
“Bagus pak, keren lho ini ! Saya tidak menyangka bahwa tampilan gedung ini sangat cantik sekali. Hanya saja memang banyak hal yang harus kita renovasi,” tutur Lies dihadapan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulsel saat berkunjung ke Gedung Kesenian Makassar.
Sementara itu Prof. Dr. Karta Jayadi menanggapi secara positif dan empati ibu Lies F. Nurdin dalam merespon eksistensi GKSDH atas pernyataan tersebut kepada awak media, Minggu (16/06/2019).
Karta Jayadi yang juga mantan Dekan Fakultas Seni dua periode dan saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor 2 UNM Bidang Administrasi dan Keuangan mengungkapkan, Gedung Kesenian Societeit De Harmonie yang representatif menunjukkan tingkat peradaban, kualitas dan kelas sebuah kota.
"Jangan pernah menyebut kota metropolitan jika tidak memiliki Gedung Kesenian, karena hanya kebudayaan yang terpelihara dan pertunjukannya yang terjaga berkesinambungan menjadi identitas dan simbol kota," sambung Prof. Karta.
Dengan ungkapan itu menandakan bahwa peran serta dan eksistensi gedung kesenian adalah merupakan nilai terbesar dalam mengukir kebesaran sebuah kota metropolitan. Bahkan kebesaran negara dalam peradaban sekalipun salah satunya terurai dalam aktualisasi gedung keseniannya, baik secara fisik maupun program-program monumentalnya yang tentunya berakar pada budaya setempat dalam momen-momen pertunjukan.
Kiat dan harapan bu Lies, lanjut Prof Karta, tentunya kami sebagai akademisi maupun seniman dan budayawan di Sulawesi Selatan seyogianya merespons secara positif niat untuk merenovasi gedung kesenian menjadi sesuatu yang indah dan nyaman serta menjadi pusat kesenian Sulawesi Selatan.
Pantauan awak media terhadap Gedung Kesenian Societeit De Harmonie selama ini, terlihat tidak representatif sebagai Gedung Kesenian. Dari segi fisik nampak tidak terawat, belum lagi infrastruktur penunjang seperti lighting, AC maupun pengelolaannya. Terkesan GKSDH dikelola apa adanya bahkan pengelola menjauh dari para seniman. Ungkapan itu sering terdengar dari seniman saat awak media menyaksikan pertunjukan di GKSDH. (rk)
