Daeng Ical, Bicara Soal Kesenian Kota Makassar (Bagian Pertama)

Penulis : Rachim Kallo

Mantan Wakil Walikota Makassar DR. H. Syamsu Rizal, S.Sos., MSi yang biasa disapa Deng ical, dihadapan beberapa seniman dari berbagai bidang seni, bicara soal kesenian, di Warkop 147 Lantai 2 di Mess Nala Jalan Ratulangi Minggu (22/12/2019) kemarin.

Bermuara pada kesenian Kota Makassar, ada tiga hal yang disampaikan Deng Ical, yaitu, harus ada reward dari pemerintah, gelanggang remaja sebagai wadah kreatifitas, dan kontrak politik (kontrak kesenian).

Menurut Deng Ical bermimpi di bidang kesenian dan budaya, secara umum harusnya ada respon atau reward dari pemerintah secara langsung. Dicontohkan, bila ada yang membuat film lokal, layak diberi bantuan dana minimal Rp100 juta. Bila berskala nasional, bisa mencapai Rp500 juta hingga Rp1 miliar.

"Siapapun, baik secara perseorangan maupun kelompok kesenian yang tampil, semestinya ada reward. Dan selama ini belum pernah ada di Kota Makassar," harapnya.

Menyinggung Gedung Kesenian di Kota Makassar, Sosok enerjik DR. H. Syamsu Rizal mengakui, tidak melihat adanya tempat para seniman untuk berkarya. Ia juga heran, mengapa pemerintah tidak menyiapkan itu.

"Dipikiran saya, adalah akan tumbuh satu gelanggang remaja, dimana tempat itu, ada studio film, panggung pementasan, pun tempat olahraga. Sarana itu nantinya sebagai pusat kraetifitas," kata pelopor awal ekonomi kreatif di Kota Makassar ini, seraya menambahkan, kelemahan orang seni itu bagaimana memasarkan. Dari kelemahan itu, pemerintah harus intervensi soal bagaimana marketable dan pasar membutuhkan, karena Makassar dari dulu dikenal memiliki kultur dan budayanya yang kuat.

Kultur kesenian lokal, lanjut Deng Ical, di zaman milenial ini, anak-anak muda kita senang dengan produk-produk berbasis IT. Itu perlu disikapi bersama agar tidak kehilangan akar kultur budaya kesenian kita, tapi tetap bisa dipasarkan dengan baik. Sehingga ke depan dibutuhkan rancang program yang tepat. Bahkan bila memungkinkan, dibuatkan kontrak politik (kontrak kesenian), karena pemerintahan ke depannya kalau mau di dukung oleh komunitas kesenian, hal itu mesti dilakukan.

"Diharapkan ada pengakuan-pengakuan sosial, bahwa profesi kesenian itu adalah profesi yang menjanjikan. Pemerintahan ke depannya adalah pemerintah yang bertanggung jawab, karena Makassar terkenal itu bukan sekadar produk dan nilai-nilai ekonominya. Bukan pula sebagai center pengembangan Indonesia Timur, tapi karena orang di sini banyak pendekar-pendekar kesenian yang berlevel international. Apalagi level nasional sudah sangat banyak. Misalnya Almarhum Husni Djamaluddin, Rahman Arge, dan generasinya pun sangat lah banyak,"katanya.

Olehnya itu, ini perlu ekspos agar mendapat tempat yang layak dimata sosial, bahwa kalau berkesenian itu akan mendapatkan penghargaan yang layak. Paling tidak kalau masyarakat belum bisa memberikan apresiasi, minimal pemerintah yang mendahului. Sebab, dengan adanya penghargaan pemerintah, bisa memicu ke penghargaan lainnya. Maka, Makassar ke depan, bisa terkenal sesuai potensi keseniannya.  (*)

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN