Daeng Ical Dengar Aspirasi Seniman Makassar (Bagian Kedua)

Oleh : Rachim Kallo

Saat ini, kesenian hanya jadi seromoni saja, dan bersifat individu, bukan lagi kelompok. Hal itu disampaikan moderator, noval, di hadapan para seniman Kota Makassar, di Warkop 147 Lantai 2 di Mess Nala Jalan Ratulangi, beberapa waktu lalu.

Selain DR. H. Syamsu Rizal, SSos, MSi, ikut hadir, Anis Kaba Sastrawan dan pustakawan, Basri B. Sila maestro music tradisi, Syahrir Rani mantan praktisi guru dan mewakili insan film, Rachim Kallo dari seni teater dan jurnalis kesenian serta kebudayaan, Sukma Silanan lighting man, Andre Prakarsa, Jamal Kalam, Aco Obet, Yudhi Soppeng, dan Grup Sanggar Sejati.

Daeng Ical memaparkan opininya, terdapat tiga hal yang menjadi muara kesenian Kota Makassar, yakni, harus ada reward dari pemerintah, gelanggang remaja sebagai wadah kreatifitas, dan Kontrak politik (kontrak kesenian).

Mendengar opini dari Deng Ical, disesi tanya jawab, Rachim Kallo dari seni teater dan jurnalis kesenian serta kebudayaan mempertegas soal perlunya ada gedung kesenian di Kota Makassar.

"Makassar sebagai kota dunia yang selama ini disuarakan, belum relevannya dengan sebutan itu. Persyaratan menjadi kota dunia, diantaranya memiliki gedung pertunjukan. Tolong dicatat dan diagendakan ke depannya," tegasnya.

Sejalan dengan itu, Sukma silanan mengusulkan Pusat Kesenian Makassar (PKM). Lain lagi, Syahrir Rani menekankan pada lembaga kesenian di hidupkan kembali. Menurutnya, seniman sekarang di kota Makassar berjalan sendiri-sendiri. Harapannya, seniman itu abbulusibatang.

Kemudian, Anis Kaba, seniman senior menyinggung keberadaan lembaga Dewan Kesenian Makassar (DKM), katanya itu merupakan skop provinsi.

"DKM sebaiknya ditetapkan lingkupnya, apakah Makassar atau Provinsi Sulsel. Karena kejelasan statunya diharapkan sebagai lembaga kebudayaan memudahkan kelompok seni, sanggar-sanggar yang dapat mewadai mereka,”saran seniman sastra yang hingga kini secara individu berkarya dan banyak dikunjungi sastrawan serta seniman dari berbagai negara.

Andre Prakasa sebagai penanggap terakhir mengatakan. kesenian sekarang kehilangan ruang secara kelompok, dan hanya individual saja. Kelembagaan kesenian sangat lemah karena tidak ada flowup. Dicontohkan, dulu ada Badan Koordinasi Kesenian Indonesia (BKKI) Kota Makassar dan sudah beberapa tahun terdiam.

"Perlu ada supporting dari pemerintah. Persekptif pariwisata, sebaiknya ada dinas atau bidang yang menangani aktifitas kesenian dan kebudayaan," ujar Andre yang dikenal banyak sebagai penyelenggara kesenian dan kebudayaan di Kota Makassar.

Mendengar masukan dari beberapa seniman, Daeng Ical menanggapi. Menurutnya, akan membenahi lembaga tersebut sebagai lembaga yang diakui. Perlu dibuatkan Peraturan Daerah (PERDA) terhadap lembaga kesenian. Lembaga yang dibutuhkan sekarang, yang memiliki aksesn ke atas dan ke bawah.

"Seniman perlu ada apresiasi dan pengakuan dari masyarakat dan pemerintahnya, sehingga seniman memiliki kebanggaan menjadi seniman sebagai profesinya," pungkas Deng Ical. (rk)

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN