* Oleh : Rachim Kallo (Bagian II - Habis)
Pada bagian pertama, pertemuan Karti dengan gadis yang pernah mengisi ruang hatinya di masa lampau bertemu. Rona asmara yang pernah mereka bangun seketika merefleksi ke masa silam. Utamanya Karti. Khayalan itu buyar, saat gadis itu memberikan sepucuk surat. Karti membacanya, surat berisi di perintahkan menghadap ke salah satu pejabat instansi. Dan bagian kedua ini terjawab apa yang dimaksud dengan perintah menghadap.
Desakan dan nasehat setelah aku di lantai 3 kantor Instansi itu, berpapasan dan bertemu beberapa orang pegawai disana, satu diantaranya kenalan baikku sekaligus teman kuliahku, dia bernama Muhammad. Saya katakan padanya saya mau ketemu pimpinan disini untuk menghadap. Saat masuk di ruangannya, pimpinan itu kelihatan berkharisma, dan sementara menulis sesuatu. Di atas mejanya ada kayu ukir papan kecil tertulis namanya.
“Selamat siang pak,” kataku memberi salam. “Siang, silahkan duduk. Mau kerja disini ?”, balas sang pimpinan. Sebenarnya saya bingung, antara mau dan tidak, karena waktu itu selain masih kuliah juga isi dompet tidak pernah tipis, kecuali kalau kiriman terlambat dari ortu....hahahaha.
Saya jawab, saya ini masih kuliah pak. Beliau mencoba desak saya sambil menasehati. Beliau bilang padaku "Suatu saat nanti, pekerjaan lebih susah dicari ketimbang mencari kuliah. Kalo kamu mau, pindah saja ke tempat saya mengajar !". Beliau juga dosen di salah satu perguruan tinggi.
“Bagaimana, mau kerja disini ?”. Saya jawab, mau pak. Spontan pimpinan itu langsung menelpon ke Kanwil. “Halo saya ……, kepala ……., ini catat namanya". Lalu beliau bertanya kepada saya, siapa namamu tulis disini, sambil menyodorkan kertas putih. Saya langsung menulis nama di secarik kertas itu, Karti. Catat dan segera buatkan kartu tes, beliau memerintahkan si penerima telepon.
Saat itu beliau memanggil dua staf. Seorang ibu datang dan diperintahkan buatkan saya lamaran kerja. Pak Muhammad disuruh cuci foto, dan saya disuruh pulang dan ikut ujian besok pagi jam delapan di lapangan Mattoanging.
Besok paginya saat ujian dimulai panitia keliling cari saya untuk isi absen tapi saya belum datang karena bersamaan ikut ujian negara di kampus. Panitia itu gelisah karena belum bertemu dengan saya. Saya memanggilnya pak Mus, orangnya baik, badan tinggi besar tegap dan kulit putih.
Sekitar pukul 10.00 Wita saya baru tiba di tempat tes lapangan Mattoanging. Saat saya masuk dari pintu barat, pak Mus melihat saya dan mengangkat tangan tinggi-tinggi memanggil saya sambil menunjukkan tempat di bagian timur, yang biasa ditempati penonton sepak bola.
Tapi karena jauh maka saya cari saja tempat duduk kosong dibagian tribun barat. Lirihku dalam hati, saya kasihan melihat pak Mus, berlari dari timur ke tribun barat, mungkin jam tes waktu itu hampir selesai sehingga berlari. Begitu sampai didekat saya dengan nafas tersengal-sengal, dia bilang isi cepat absen ini dan jangan lupa tulis nomor tesmu dikertas jawaban. Singkatnya, pengumuman tes saya dinyatakan lulus. Inilah hadiah dari Tuhan, dipertemukan mantan kekasih dan menjadi PNS !!!