Pelayaran Peradaban I Welenreng, Kisah Hasrat Sawerigading Nikahi Saudara Kembar Emasnya

* Oleh : Rachim Kallo (Bagian II)

Drama Pelayaran Peradaban Pinisi I Welenreng, sebuah pertunjukan teater multi media bertajuk 'Phinisi For World Heritage' yang ditulis dan disutradarai oleh Yudhistira Sukatanya, akan dihelat bulan april mendatang lewat karya pentas kolosal persembahan Sinerji Teater Makassar bekerjasama dengan Trans Studio Makassar.

Drama yang mengisahkan tentang sejarah Phinisi I Welenreng, berawal ketika Sawerigading menanyakan kepada ayahnya, Batara Lattuq, tentang keberadaan saudara kembarnya.

Suatu waktu, tatkala Sawerigading telah mencari dan berhasil menemukan sang adik sedang duduk diapit oleh dayang-dayang serta para bedinde istana, sontak dirinya jadi terpesona, hingga tergoda dengan kecantikan paras dan rupawan We Tenriabeng. Bahkan iapun berhasrat menikahi sang adik yang merupakan saudara kembar emasnya.

Hal tersebut jelas membuat ayahnya, Batara Lattuq terkejut dan kemudian berupaya menasehati Sawerigading agar tidak menuruti hasrat hatinya yang berniat mengawini saudaranya. Sebab menurut ayahnya, pantang adanya di tanah leluhur dan bahkan akan menjadi sumber malapetaka bagi kerajaan jika itu benar-benar terlaksana.

Akibatnya, selama sembilan hari, sembilan malam, Sawerigading tenggelam dalam duka hati nan gulana. Berselimut sarung ia pun tampak gundah dengan membungkus diri, kaki hingga kepala, tertutup rapat sambil terus menerus mengucurkan air mata, sembari memikirkan nasibnya yang malang.

Melihat kondisi kakaknya, sang adik We Tenriabeng lalu datang sendiri membujuk saudaranya dengan kata-kata bujukan yang manis dan lembut. Sawerigading pun memohon dengan sangat kepada We Tenriabeng agar dapat mengabulkan permintaannya. Ia seakan tidak peduli, apakah hal itu merupakan pantangan atau melanggar adat.

“Tak perlu gentar akan pantangan itu, meski orang Ware dan Luwu tidak menyetujuinya,” katanya. Bahkan Sawerigading berjanji akan membangun istana seratus petak, atau membawa We Tenriabengke Wadeng Tompo Tikka, Gima, Pujananti atau sekaligus ke Boting Langi' jika hasratnya dituruti.

We Tenriabeng tak lelah mencegah pendapat kakandanya dan menasehati agar jangan lagi mengulang perkataan seperti itu. Pemali Tana, Pantang Luwu. Sang Hiyang Sri pun tak akan pernah merestui. Tak ada makanan dan minuman yang dapat melalui kerongkongan.

Bahkan semua penghuni kolong-kolong langit dan makhluk bumi akan membantah jika hajat perkawinan antara dua orang bersaudara kembar emas dilaksanakan. Kesengsaraanlah akibatnya.

Andai hanya bentuk tubuhnya yang selalu dikenang, wajahnya yang diinginkan, maka di Cina ada seorang bangsawan tinggi bernama I We Cudaiq. Panggilannya Daeng Ri Sompa, mewarisi payung kebesaran. Bentuk tubuhnya persis sama, berdirinya sama tinggi, duduk sama rendah. Lebih baik jika dia itulah yang dilamar.

Andaikata penyampaian ini diragukan, maka bawalah serta sebuah gelang, sebentuk cincin. Kalau tidak cocok dikenakan maka dengan segeralah kembali ke Luwu. Pantangan Tana, Pemali Luwu, adat istiadat istana tidak usah dihiraukan lagi !!!

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN