SOROTMAKASSAR -- PANGKEP
Energi Terbarukan pendukung Pendidikan Berkelanjutan di Pulau Sabaru, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, menjadi proyek pengabdian energi terbarukan yang tahapannya telah dimulai. Hal ini dikemukakan Ketua Tim Dr. Eng. Kusno Kamil, dari Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia (UMI) saat ditemui redaksi di ruang kerjanya, Senin (25/03/2024).
Dikatakan, kegiatan tersebut diawali dengan pelaksanaan seminar nasional untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait pemanfaatan dan kebijakan energi terbarukan di Indonesia. Proyek ini berfokus pada pengembangan energi ramah lingkungan untuk mendukung pendidikan di daerah terpencil yang dibiayai dana hibah pemerintah Australia melalui program Australia Grant Scheme (AGS).
"Inisiatif ini bertujuan menyediakan akses listrik yang berkelanjutan bagi SMU 15 Pangkep di Pulau Sabaru, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan," ungkapnya.
Sebelumnya, pada November 2022 lalu, tim survey mulai melakukan studi kelayakan dan analisis potensi energi terbarukan di Pulau Sabaru ini. SMU 15 Pangkep di Pulau Sabaru menjadi pusat dari kegiatan yang letaknya terpencil di laut lepas barisan Kepulauan Sabalana. Kegiatan ini merespon kebutuhan listrik yang stabil untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah, mengingat keterbatasan suplai dan harga bahan bakar bagi generator yang ada. Selain itu, kebutuhan akan internet satelit dan pencahayaan di jalur pejalan kaki publik di sekitar sekolah juga menjadi perhatian utama.
"Untuk mencapai lokasi, tim survey menghadapi tantangan cuaca ekstrem yang sempat menunda survei lapangan hingga Februari 2023. Namun, kondisi tersebut tidak menghalangi semangat tim untuk melanjutkan kegiatan sesuai jadwal yang telah disesuaikan," paparnya.
Kusno Kamil menerangkan, proyek ini melibatkan kolaborasi tim peneliti dari dosen perguruan tinggi yang ada di Makassar, mulai dari UMI, Unhas, UIN Alauddin dan UNM, serta dengan pihak-pihak lokal, seperti kepala sekolah, guru, komunitas masyarakat, yang didukungan Brain Academy sebagai penyedia materi pembelajaran daring. Selain itu, tokoh masyarakat setempat turut mendukung, terutama dalam akses dan akomodasi lokas selama pelaksanaan instalasi panel surya dan keseluruhan proyek.
Hingga Maret 2024, katanya, tim proyek telah menyelesaikan beberapa tahap penting, termasuk survei lahan, diskusi kelompok terarah (FGD) dengan masyarakat setempat, dan perancangan instalasi energi surya yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
"Hasil survei menunjukkan bahwa panel surya merupakan solusi terbaik untuk kondisi geografis pulau ini jika dibandingkan dengan turbin angin karena kecepatan angin relatif rendah akibat daratan didominasi pohon kelapa. Proyek ini juga telah menerima tanggapan positif dari masyarakat yang berharap energi terbarukan ini dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk sekolah, tetapi juga untuk penerangan jalan," ungkapnya.
"Dengan adanya energi listrik berkelanjutan, sekolah dapat memaksimalkan fasilitas seperti laboratorium komputer yang selama ini tidak terpakai dan sekaligus meningkatkan pencahayaan ruang kelas. Diharapkan agar proyek akan meningkatkan kualitas pendidikan di SMU 15 Pangkep serta memberikan manfaat tambahan bagi masyarakat sekitar melalui penerangan jalan dan akses komunikasi yang lebih baik. Proyek ini diharapkan selesai pada pertengahan 2024, sebelum musim ombak tinggi yang biasanya terjadi setelah bulan Mei," imbuhnya.
Selain untuk mencapai target-target teknis, Kusno Kamil juga menjelaskan bahwa proyek ini juga bertujuan untuk memberikan contoh nyata manfaat energi terbarukan bagi masyarakat terpencil. "Komunitas Pulau Sabaru diharapkan dapat mengembangkan wawasan masyarakat, khususnya pelajar lokal tentang sumber energi alternatif. Keterbatasan bahan pembelajaran akibat wilayah yang sulit dijangkau guru pun diharapkan dapat teratasi dengan media belajar digital dan pembelajaran jarak jauh yang didukung koneksi internet satelit," jelasnya.
"Jadi melalui proyek ini, diharapkan akan memberi inspirasi dalam peningkatan kualitas hidup dan kesempatan pendidikan bagi masyarakat pulau, sekaligus menjadi model keberlanjutan energi bagi kawasan terpencil lain yang jumlahnya cukup besar di wilayah negara kepulaun Republik Indonesia," pungkasnya. (*/Hdr)