SOROTMAKASSAR -- Jakarta
Setelah melawan penyakit kanker lambung, Syaifuddin Bahrum Penulis dan Sutradara Film Atiraja, akhirnya tutup usia, rabu (22/01/2020) di Rumah Sakit Siloam Jakarta. Dari rumah duka di Perumahan Griya Kencana 2 Blok N No. 9 Ciledug Tangerang, rencana akan dimakamkan di karet Bivak Penjompongan Jakarta, hari kamis (23/01/2020) pukul 11.00 wib.
Berbagai kalangan merasa kehilangan sosok Almarhum Syaifuddin Bahrum, termasuk Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Makassar (Smaga). Kebetulan Almarhum salah satu pentolan Smaga angkatan 1983 dan matan Ketua Teater Tiga periode ke 3.
“Kita kehilangan satu kader teater tiga dan mari kita kirimkan Al Fatihah buat saudara kita Syaifuddin Bahrum,” ajak H. Burhamzah, pendiri dan mantan Ketua Teater Tiga periode pertama.
Dari Kalangan seniman, praktisi film, dan kebudayaan pun tak henti-hentinya mengucapkan duka cita yang mendalam. Di antaranya dari Pengda Parfi Sulsel, H. Jurlan Em Saho’as yang menyatakan duka cita mendalam atas berpulangnya Syaifuddin Bahrum.
"Dia telah menunjukkan karyanya dan berusaha sekuat tenaga menjadi manusia yang baik, Al Fatihah,” ucap Jurlan, mantan redaktur Seni dan Budaya SKH Pedoman Rakyat.
Budi Prapto dari kalangan seniman, spontan mengucapkan semoga almarhum Syaifuddin Bahrum, berbahagia dalam pelukan kekasih abadinya, pasrah dan ikhlas juga keluarga yang ditingalkan.
"Di karet, di karet, tempat mu besok, sampai juga deru angin. Membawa pesan dukacita dari rekan-rekanmu di Makassar (adaptasi sajak Chairil Anwar)," sambung Prapto.
Goenawan Monoharto yang di kenal dekat almarhum beberapa bulan lalu ketika di rumah sakit, mengatakan dirinya tidak suka dengan puisi almahum Syaifuddin Bahrum sebelum wafat.
"Ia tertawa dan berkata saya jujur menulis puisi itu. Saya sedih dan berfirasat buruk, akan berakhir, " terangnya.
Ini puisimu Sahabat Syaifuddin Bahrun yang terakhir yang di kirim Goenawan Monoharto ke awak media.
Telah Kau pilih aku, Jadi kekasihMu, Menitipkan cinta dan rindu yang belum juga tuntas, Jangan lagi Kau patahkan hatiku,, Membalikkan arah pandanganku dariMu... Musim telah lama berganti, pada usia kian merangkak ke puncak matahari, akulah kekasih yang selalu menanti jemputanMu, saat senja sedang memerah atau, kala fajar sedang diguyur embun... mungkin Kau akan tiba juga di tengah hari berpanas-panas tanpa tudung di kepala... Aku tetap menunggu Mu... Seperti perjanjian kita di awal musim lalu, Atau mungkin aku hanya menghabiskan waktu, Sambil kugendong rindu dan letihku... Tak apa....Terlanjur aku mencintaimu, Pasrah dan ikhlas diriku... Dharmais, 071063 . (rk)