Di Desa Sappaya, Dosen UMI Manfaatkan Kotoran Sapi Menjadi Biogas

SOROTMAKASSAR -- Gowa

Melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPkM), Dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, yang di ketuai, Ir. Ahmad Amri, MT, dan Ir. Masyhur Pasarai, MT, yang keduanya merupakan Dosen Fakultas Teknik Mesin (UMI), mengembangkan energi terbarukan atau energi alternatif, dengan memanfaatkan kotoran sapi menjadi bahan bakar gas (biogas) untuk skala rumah tangga, di Desa Sapayya, Kecamatan Bongaya, Kabupaten Gowa, Sulsel, belum lama ini.

Ahmad Amri mengatakan, kegitan yang mereka lalukan, untuk mengatasi pencemaran kotoran ternak sekaligus membantu program pemerintah pengkonversikan kompor minyak tanah ke bahan bakar gas.

"Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, berskala rumah tangga, dengan meperkenalkan teknologi pemanfaatan kotoran ternak dengan sistem tertutup," jelasnya.

Dipaparkan, tempat pengolahan biogas, ukurannya didasarkan pada jumlah bahan baku harian yang akan tersedia. Sebelum memutuskan ukuran reaktor yang akan dipasang, seluruh kotoran hewan (slurry) harus dikumpulkan kemudian ditimbang minimal selama 1 minggu, guna mengetahui seberapa banyak ketersedian bahan baku (kotoran sapi) setiap harinya.

Jika tempat pengolahan tidak sesuai kebutuhan, produksi gas akan kurang dari perkiraan secara teori. Apabila produksi gas berkurang, gas yang dikumpulkan dalam penampung tidak akan memiliki tekanan yang cukup untuk mendorong bio-slurry ke dalam outlet. Pada kasus seperti ini, tingkat bio-slurry yang seharusnya mengalir melalui outlet justru akan naik dan memasuki penampung gas. Jika katup gas utama dibuka, bio-slurry bisa melintasi saluran pipa dan bercampur dengan gas.

"Olehnya itu, ukuran reaktor harus disesuaikan dengan banyaknya slurry yang tersedia. Tempat pengolahan yang kurang bahan baku dan terlalu besar hanya akan meningkatkan biaya konstruksi dan akan menimbulkan masalah dalam pengoperasian nantinya," terangnya.

Dan hal penting, kata Ahmad Amri, yang harus diperhatikan saat memutuskan ukuran reaktor biogas adalah dasar pertimbangan pemilihan ukuran, atau ketersediaan kotoran hewan, dan bukan mempertimbangkan jumlah keluarga dan gas yang dibutuhkan.

Dilanjutkan, pelaksanaan pengabdian tersebut, mendapat respon yang baik dari masyarakat. Bahkan, ada di antara masyarakat, yang ikut partisipasi langsung, membantu terlaksananya kegiatan tersebut. (zl)

 

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN