Tahun 1954, Bung Karno Beri Nama Unhas

SOROTMAKASSAR -- Makassar

Dua tahun menjelang Universitas Hasanuddin resmi beridiri, 1956, Presiden Soekarno menyambangi Sulawesi Selatan pada tahun 1954.

Pada tahun itu, Putra sang Fajar tersebut berpidato di Gubernuran Sulawesi Selatan di Makassar, Dia menyebut “I Mallomabasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Mohammad Bakir Tumenanga Riballa Pangkana”, Raja Gowa XVI yang tidak lain adalah Sultan Hasanuddin sebagai nama universitas yang kemudian berdiri resmi pada 10 September 1956 dan pada hari ini genap berusia 65 tahun.

Hanya di dalam Lembaran Negara No.39 Tahun 1956, baik pada judul maupun pada pada klausul memutuskan: Menetapkan Peraturan Pemerintah itu masih disebut pendirian Universitas Hassan Uddin di Makassar. Lembaran Negara itu pada pasal 1 juga menyebutkan, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat di Makassar dipisahkan dari Universitas Indonesia.

Pasal 2, di Makassar, Universitas Hassan Uddin yang terdiri atas:1.Fakultas Ekonomi di Makassar; 2.Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat di Makassar; 3. Fakultas Kedokteran di Makassar; Fakultas-fakultas lain yang jenis dan tempatnya ditentukan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan; dan yang meliputi Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Tondano.

Peraturan Pemerintah yang berlaku 1 September 1956 itu ditetapkan 8 Septenber 1956 dan ditandatangani Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto, sementara Menteri Kehakiman yang meneken diundangkannya peraturan pemerintah ini adalah Moeljatno.

Tentu saja rekaman sejarah yang terungkap ini jarang diketahui publik. Salah seorang yang berjasa dalam pendirian adalah Mattulada (Prof.Dr.). Dia seorang pejuang tulen. Pernah menjadi polisi, guru, kepala SMA, dosen, dekan, rektor dan Ketua Senat Guru Besar Unhas pada masa hidupnya.

Cendekiawan asal Bulukumba ini bahkan disebutkan sebagai sosok penting dari latar belakang berdirinya Unhas, sejak kepemimpinan Oom No (Arnold Mononutu). Ia ikut menghadap presiden Republik Indonesia, yang saat itu masih Soekarno guna mendesak berdirinya sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Makassar. Namun, karena sang presiden saat itu sedang ke Sumatera, ia hanya bertemu dengan Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI.

Saat itu Hatta menuturkan bahwa pemerintah memang berencana mendirikan sebuah PTN di Makassar. Ketika mendapat tanggapan demikian, Mattulada langsung menghadap Gubernur Sulawesi Selatan, yang waktu itu dijabat Andi Pangerang Pettarani guna membicarakan hasil pertemuannya dengan Hatta.

Pada awal tahun 1956, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yang waktu itu Bahder Djohan berkunjung ke Makassar. Saat sedang berada di Baraya, Mattulada bersama kawan-kawannya ‘menghentikan’ mobil yang ditumpangi menteri dan beberapa tokoh pendidikan saat itu. Keperluannya tak lain hanya mendesak Menteri untuk membangun PTN di Makassar. Bahder hanya mengangguk-angguk dan meminta Mattulada dan temannya bersabar.

Tak puas dengan ucapan lisan, Mattulada menyodorkan kertas putih sambil meminta Bahder membuat surat tanda setuju. Setelah Bahder menuruti keinginan para pemuda itu, barulah mobilnya dilepas pergi.

Tak berselang lama, datanglah Soekarno di kantor gubernur untuk menyatakan pendirian PTN dan menamainya Universitas Hasanuddin. Beberapa bulan kemudian, Mohammad Hatta datang meresmikannya. Almanak menunjuk 10 September 1956.

Fenomena inilah yang membuat Muhammad Ramli Otoluwa yang akrab disapa M.Ramto, almarhum, mengatakan, Mattulada termasuk salah seorang inspirator di balik berdirinya Universitas Hasanuddin di samping para tokoh yang lainnya.

Pasca-penghadangan itu, beberapa bulan kemudian, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP & K) melalui Surat Keputusan Nomor 3369/S/ tanggal 11 Juni 1956, PP No.23 tanggal 8 September 1956 dan Lembaran Negara No.39 Tahun 1956, terhitung 1 September 1956, Universitas Hasanuddin yang waktu itu sudah memiliki sejumlah fakultas sebagai cikal bakal, seperti Fakultas Ekonomi, Hukum, dan Kedokteran, resmi berdiri dan diresmikan pada 10 September 1956 oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Mattulada bersama Hamzah Daeng Mangemba pada tahun 1950-an menggubah Mars Universitas Hasanuddin. Sebelumnya pelukis Razak Djalle membuat logo Unhas. Hanya saja apakah logo tersebut sama persis dengan yang disaksikan sekarang.

Ternyata meskipun mars Unhas yang selalu dinyanyikan pada setiap penerimaan mahasiswa baru dan upacara besar di Unhas (dies natalis dan wisuda) perlu memiliki “kawan”, yakni himne. Taufiq Ismail, penyair Angkatan 66 pun menulis himne Unhas dan memberinya judul “Lihat Pinisi Berlayar ke Cakrawala”. Himne ini kemudian diaransemen oleh Piet Leiwakabessy yang juga pelatih Paduan Suara Universitas Hasanuddin, Himne itu pertama kali menggema pada Dies Natalis ke-40 Unhas tahun 1996, setahun menjelang Prof.Dr.Basri Hasanuddin, M.A., menuntaskan masa tugas dua periodenya yang sangat fenomenal.

Kini, Universitas Hasanuddin berusia 65 tahun. Jika dibandingkan seorang manusia, ia bagaikan sudah memasuki lansia. Jika disebut lansia, berarti sudah tidak dapat berkreasi lagi. Tetapi Unhas adalah bagaikan kelapa, yang makin tua kian banyak santannya.

Meskipun sudah lansia, dia harus tetap bagaikan seorang gadis manis yang harus tetap bersolek tiada henti untuk terus berkreasi dan berinovasi serta diminati. Tentu saja ini akan sangat ditentukan oleh siapa yang akan menakhodai universitas ini ke depan, sepeninggal Prof.Dr.Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A., perempuan cantik yang sudah memimpin almamater ini dua periode dengan segudang prestasi dan inovasi.
Dirgahayu almamaterku.
(M.Dahlan Abubakar, Dosen Tidak Tetap-mu).

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN