Oleh : M. Dahlan Abubakar
Ketika bertugas di Singaparna. Asmawi termasuk salah satu pemegang sabuk hitam karate Dan II. Tidak heran dia sudah banyak kenal atlet-atlet maupun pengurus organisasi karate di pusat maupun daerah. Dari jejaring atlet karate itulah, dia kenal dengan Kapolres Tasikmalaya saat itu, AKBP Taufiequrrahman Ruki, lelaki yang kemudian antara tahun 2003-Desember 2007 menjabat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ketua Pelaksana Tugas KPK tahun 2015.
Asmawi bersahabat dengan Taufiequrrahman Ruki dan memintanya melatih karate di jajaran Polres Tasikmalaya dan Polsek Singaparna, sekali seminggu. Jelas, banyak orang melihat latihan tersebut, termasuk dua pengawal yang sempat menebar ancaman kepada kepala cabang BRI Singaparna sebelum Asmawi. Dari situlah, kedua pria berwajah sangar itu maklum kalau yang pernah mengusirnya keluar ruangan itu bukan “kaleng-kaleng’ (mengutip istilahnya Ustaz Dasa’ad Latif, yang bermakna kosong), melainkan karateka penyandang sabuk hitam DAN II. Belum tahu dia !
Saat bertemu, tiba-tiba keduanya melakukan salam karate. “Osh (‘Oshinabu’),” ucap mereka sembari membungkukkan badan yang bermakna pantang menyerah.
Itu salam karate jika bertemu saudara perguruan. Asmawi pun membalas salam mereka. Keduanya pun mengaku pernah bertemu dengan Asmawi pada saat Kejuaraan Karate Mahasiswa I di ITB Bandung tahun 1978.
Waktu itu, Ellong Tjandra mengirim Asmawi bersama beberapa karateka mahasiswa Unhas lainnya, termasuk Saleh Malawat, mengikuti kejuaraan itu dan meraih juara. Ketika itu diingatkan oleh kedua pengawal tersebut, Asmawi tidak mengingatnya lagi karena kejadiannya memang sudah lama.
“Wah sekarang jadi jagoan, ya? Terus mau gebukin saya,” Asmawi mencandai mereka.
“Tidak Senpai (senior), tidak,” jawab mereka tergopoh-gopoh, yang membuat Asmawi tersenyum dan sejak itu ketegangan-ketegangan mulai mencair.
Kasus Singaparna ini tuntas tiga bulan, padahal direksi BRI meramalkan akan memakan waktu 2-3 tahun menyelesaikan persoalan yang memang sangat kompleks tersebut. Rasa percaya diri para karyawan bangkit kembali dan suasana kerja pun normal seperti sedia kala.
Prestasi Asmawi di Singaparna ini ternyata merupakan batu loncatan kariernya. Hanya dalam waktu 11 bulan kemudian, dia dipromosikan ke cabang yang lebih besar di ibu kota provinsi, Cabang Somba Opu di Makassar, kampung halamannya sendiri.
Meskipun tak cukup setahun di Singaparna, Asmawi tetap bersahabat dengan orang-orang yang awalnya sempat memusuhi BRI di Singaparna. Sudah lebih 30 tahun Asmawi tetap menjalin persahabatan dan berkawan baik dengan mereka. Asmawi sangat respek padanya, begitu pun sebaliknya.
“Terlalu banyak jika kita memiliki satu orang musuh dan terlalu sedikit jika hanya memiliki seribu sahabat. Lihatlah di era digital ini, seseorang bisa memiliki sahabat atau ‘follower’ hingga jutaan orang di media sosial,” Asmawi mengungkapkan prinsipnya. (Bersambung)