Koalisi Advokasi Tambang Sulsel Bongkar Praktek Melawan Hukum PT Citra Lampia Mandiri

SOROTMAKASSAR - MAKASSAR.

Koalisi Advokasi Tambang (KATA) Provinsi Sulawesi Selatan mendesak pihak berwewenang untuk menindak tegas PT Citra Lampia Mandiri (PT CLM), perusahaan tambang di Kabupaten Luwu Timur karena telah melakukan serangkaian praktek melawan hukum.

Dugaan tindakan melawan hukum tersebut antara lain, PT CLM diduga tidak memiliki izin limbah B3, sementara perusahaan ini mendominasi dugaan pencemaran Sungai Malili.

Perusahaan tambang nikel ini dalam melakukan produksi diduga tidak memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan.

Kemudian, dalam membangun pelabuhan di perairan Lampia Malili, tidak melakukan konsultasi secara transparan dengan masyarakat. Sementara dampak dari operasionalnya pelabuhan ini selain diduga mengakibatkan pencemaran pesisir, juga sumber mata pencarian masyarakat di kawasan ini.

Desakan tersebut disampaikan KATA dalam konferensi pers yang dilaksanakan pada Rabu (29/06/2022), di Kantor LBH Makassar, Jalan Nikel 01 Blok A22 Nomor 18.

Dalam kegiatan itu, dari koaliasi yang terdiri atas enam organisasi masyarakat sipil di Sulawesi Selatan yang konsen dalam tata kelola sumber daya alam ini juga mengemukakan penguasaan Sumber Daya Alam (SDA) di Kawasan Hutan Sulawesi Selatan lebih banyak didominasi oleh perusahaan yang bergerak di sektor industri pertambangan, ketimbang masyarakat lokal.

Catatan KATA Sulawesi Selatan (2022), sekitar 128.824,82 hektar kawasan hutan Sulsel telah dibebani konsesi izin industri pertambangan dengan jumlah Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi dan operasi produksi sebanyak 114 izin.

Sejak 2021, KATA Sulawesi Selatan telah melakukan review perizinan atas beberapa perusahaan. Salah satu perusahaan, PT Citra Lampia Mandiri diduga kuat memiliki banyak pelanggaran sejak pengurusan awal perizinan hingga mulai melakukan operasi produksi. Temuan dugaan pelanggaran tersebut antara lain ;

Pertama, PT Citra Lampia Mandiri tidak memiliki Izin Limbah B3 dan mengabaikan rekomendasi Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengurus Izin Pembuangan Limbah B3.

Namun hingga saat ini PT CLM belum menindaklanjuti rekomendasi dari Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Ini menandakan PT CLM bebal terhadap aturan yang berlaku, serta lemahnya penindakan dari penegak hukum dan pengawasan pemerintah.

Kedua, aktivitas pertambangan PT Citra Lampia Mandiri menjadi salah satu sumber pencemaran sungai dan pesisir-laut Malili, di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Hal ini diperkuat dengan hasil investigasi Tim KATA Sulawesi Selatan menyebutkan sepanjang 2020 sampai 2021 PT CLM sudah empat kali mencemari sungai Malili, yang paling parah bulan November 2021.

Ketiga, selama melakukan aktivitas eksplorasi, PT CLM tidak memiliki Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Hal ini diperkuat dengan dokumen Amdal sebelum Addendum. Dalam dokumen tersebut juga tidak dijelaskan secara eksplisit, PT CLM telah memiliki IPPKH.

Selain itu, PT CLM menggunakan IPPKH kadaluarsa dalam melakukan aktivitas operasi produksi. Dalam dokumen IPPKH 2012, jika pelaku usaha tidak melakukan aktivitas nyata di lapangan selama dua tahun sejak diterbitkan izin, maka IPPKH tersebut batal dengan sendirinya.

KATA Sulawesi Selatan menemukan, PT CLM baru melakukan aktivitas operasi produksi bulan Januari 2018, sebagaimana tertuang dalam laporan Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya (RKAB) PT CLM 2019.

Keempat, dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Rencana Pertambangan Nikel dan Pengikutnya serta Pembangunan Pelabuhan di perairan Lampia yang dilakukan oleh pemrakarsa tidak terbuka dan partisipatif. PT CLM diduga tidak melakukan konsultasi publik secara terbuka dan partisipatif terkait penyusunan dokumen AMDAL sebelum dan sesudah adendum.

Sehingga nelayan, petani merica, petani tambak dan perempuan yang bermukim di Desa Harapan, Desa Pasi-Pasi dan Desa Pongkeru, Kecamatan Malili, Luwu Timur mendapatkan dampak buruk dari aktivitas pertambangan tersebut.

Oleh karena itu, Koalisi Advokasi Tambang Sulawesi Selatan mendesak pihak terkait untuk ;

1. Kementrian ESDM cq. Direktorat Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba segera menindak tegas PT. CLM yang mengabaikan rekomendasi Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengurus Izin Pembuangan Limbah B3.

2. Gakkum KLHK segera melakukan penegakan hukum dan memberikan sanksi tegas atas pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. CLM.

3. Gubernur Sulawesi Selatan cq. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu segera menghentikan sementara aktivitas atau mencabut izin usaha pertambangan operasi produksi PT CLM.

4. PT CLM segera memulihkan sungai Malili dan pesisir laut Lampia di Kecamatan Malili, Luwu Timur.

Koalisi yang terhimpun dalam KATA ini masing-masing ; JurnaL Celebes, LBH Makassar, Lapar Sulsel, Walhi Sulsel, Perkumpulan Wallacea, Solidaritas Perempuan Anging Mammiri, dan ELF. (Hdr)

Politik

Pendidikan

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN