SOROTMAKASSAR -- Makassar.
Sanggar Merah Putih Makassar (SMPM) berulang tahun ke-41 pada Senin (20/05/2019) lalu. SMPM tercatat sebagai organisasi kesenian yang hingga kini masih eksis baik sebagai organisasi pengkaderan maupun organisasi kreatifitas kesenian di Sulawesi Selatan.
Terkait Milad SMPM ke-41, awak media ini mencoba menghubungi secara terpisah orang-orang yang pernah terlibat di organisasi kesenian yang dulunya bermarkas di Jalan Gunung Lompobattang Makassar.
Moelawarman misalnya, mantan wartawan yang biasa dipanggil Kak Moel ini masih menaruh harapan terhadap SMPM. Katanya, luar biasa bisa mencapai usia ke-41. Produk kreatifitas dan produksinya perlu ditingkatkan lagi dari tahun ke tahun.
Yudhistira Sukatanya, seorang pendiri dan mantan Ketua SMPM berkomentar, SMPM adalah dapur kreatifitas dan pengkaderan SDM. Tanpa kreatifitasnya, sanggar Merah Putih bakal kehilangan jati dirinya.
Namun Kak Yudhi panggilan akrabnya mengkritisi, semuanya stagnan karena organisasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Alternatifnya, sambungnya lagi, ada dua yaitu jalan terus dan di benahi atau dibubarkan.
Tanggapan senada datang dari Ari Syamsari yang kini berdomisili di Kota Kendari. Menurutnya, SMPM harus merubah wujud, tidak lagi model kayak kemarin. Minimal ada tempat, misal gedung tua atau di benteng bisa dijadikan semacam creative. Ini sekarang model yang banyak dilakukan komunitas di luar negeri. Dan sekarang mulai menggejala di Indonesia, contohnya di Bandung.
"Banyak aset pemda yang tidak terkelola dengan baik, bisa kita buat MoU atau hibah pengelolaan selama 15-30 tahun," sambung Ari.
Menyinggung soal kepengurusan SMPM sekarang, lanjut Ari, kepengurusan harus dirasionalisasi saja dulu baru dibuat model seperti yang disebutkan di atas.
Lain lagi tanggapan Rahmad Soni atau biasa dipanggil Romo. Katanya,
Sanggar Merah Putih Makassar yang usianya sekarang semakin dewasa, tumbuh menjadi salah satu wadah dalam mengembangkan kesenian, khususnya Sulsel. Banyak kader yang telah dibinanya, dan dari perjalanannya sekarang sangatlah kami harapkan bahwa harus membenahi sehingga SMPM menjadi indikator dari semua lembaga kesenian di Sulsel.
Mantan kader SMPM di bidang musik, Jamal Gentanyangan yang kini bermukim di Bekasi berharap SMPM mestinya mempertajam konsep bukan lagi mengembangkan pelatihan-pelatihan.
SMPM, lanjut Jamal, sebaiknya mengembalikan model pengkaderan yang lalu yakni proses kreatifitas, tujuannya agar adik-adik mempertajam skill yang didapatkan sebagai bekal individu kedepannya.
Srikandi SMPM yang bermukim di Sorowako Lutim, Inno Syamsiah merindukan reuni dalam satu panggung. Berharap agar pengurus sekarang bisa memfasilitasi keinginan tersebut.
Sebagai penutup tanggapan dari Basmi M. Said salah satu pentolan SMPM yang kini jadi owner dan akademisi di Kota Bitung. Menurutnya SMPM kayaknya ada yang hilang ? Apa yaaa ? Gregetnya SMPM, kayaknya lagi puasa berproduksi, berkreasi, dan kerja seni. "Benar gak sih, SMPM lagi puasa kerja seni ?," pungkas Basmi. (rk)