SOROTMAKASSAR -- Makassar. Sulawesi Selatan sejak dulu dikenal kaya dengan beraneka makanan dan kue tradisional yang mempunyai cita rasa unik serta sangat lezat saat dicicipi. Sayangnya, seiring perkembangan zaman, kini banyak jenis kue khas daerah ini yang mulai dilupakan oleh generasi sekarang. Sebagian kalangan tidak menyadari jika setiap kue yang diwariskan nenek moyang mereka, mempunyai makna dan sejarah panjang. Salah satu diantaranya adalah kue Cucuru Bayao yang diyakini oleh adat istiadat masyarakat dari suku Bugis Makassar sebagai simbolisasi harapan akan manisnya kehidupan.
Dengan simbolisasi itulah sehingga kue tradisional tersebut selalu hadir mengambil peran penting di berbagai pesta adat daerah ini, terutama dalam pelaksanaan ritual perkawinan dan khitanan. Bahkan kue Cucuru Bayao kerap jadi sajian andalan pada hajatan-hajatan keagamaan, penjemputan atau penyambutan tamu kehormatan dengan tarian Paduppa yang menggunakan Bosara, hingga acara resmi lainnya yang diselenggarakan pemerintah. Meski disuguhkan berdampingan dengan bermacam jenis kue khas, umumnya tamu-tamu lebih mengutamakan memilih mencicipi kue Cucuru Bayao.
Cucuru Bayao atau Kue Telur berasal dari bahasa daerah Makassar. Cucuru artinya Kue, dan Bayao adalah Telur. Kue yang bahan dasarnya cukup sederhana, hanya telur, gula pasir dan kenari itu berbentuk bulat pipih serta berwarna warna kuning tua. Teksturnya lembut dengan rasa sangat manis, gurih, memiliki aroma dan rasa telur yang kuat. Tak dapat dipungkiri, kini kue Cucuru Bayao sudah banyak variasinya, lain daerah menyebabkan rasa yang berbeda pula. Tapi sejatinya, konon jenis kue ini memang berasal dari suku Makassar dan merupakan makanan raja-raja di masa silam.
Harus diakui, rasa manis dari kue Cucuru Bayao sudah membuat kesan istimewa bagi penikmat makanan manis. Menariknya lagi, aroma telurnya pun telah menjadi ciri khas tersendiri. Selain itu, dari semua kue khas yang ada di daerah ini, cuma kue Cucuru Bayao yang paling kental rasa manisnya. Namun, sesungguhnya rata-rata kue tradisional masyarakat Bugis Makassar memang memiliki rasa yang manis. Menurut cerita orang-orang tua dulu, apabila seorang anak gadis mencicipi kue-kue tersebut di sebuah pesta perkawinan, maka jodoh wanita tersebut tidak lama lagi akan didapatkan.
{gallery rows=1 cols=4 preview_width=200 preview_height=150 preview_crop=yes lightbox=boxplus/dark lightbox_thumbs=none rotator_orientation=vertical loop=off caption_position=overlay-top}kuliner/cucur_bayao{/gallery}
Menggunakan banyak kuning telur, tak heran tampilan kue Cucuru Bayao terlihat menarik berwarna golden atau keemasan. Tampilan warna inilah yang diyakini pula oleh adat istiadat suku Bugis Makassar melambangkan kemuliaan, kemegahan, dan keagungan yang bermakna baik. Sehingga di hajatan apapun yang bertujuan memperoleh kehidupan yang baik, pastilah kue tersebut tak pernah absen. Untuk sebuah pesta perkawinan, cita rasa manis yang kental pada penganan tradisional itu, menjadi simbol dan harapan bagi kedua mempelai demi kebahagiaan rumah tangga mereka kelak.
Disajikan Pakai Bosara
Dalam sebuah ritual perkawinan yang digelar masyarakat Bugis Makassar, diketahui adanya sejumlah kue khas seperti Cucuru Bayao, Barongko, Taloba, Biji Nangka dan Sikaporo yang wajib dihidangkan diatas meja depan tamu-tamu yang duduk bersila. Meja yang digunakan biasanya disebut dengan meja Oshin yang bentuknya pendek. Yang menarik dari acara adat istiadat ini, penyajian kue-kue tradisional memakai piranti saji yang khusus. Piranti saji yang disebut Bosara itu, adalah sejenis baki berkaki yang dilengkapi penutupnya dan biasa digunakan pada upacara-upacara adat.
Dahulu kala, piranti saji hanya digunakan oleh kalangan bangsawan. Sekarang ini, masyarakat luas telah mewarisi tradisi memakai Bosara dalam pelaksanaan ritual adat. Penggunaan Bosara sebenarnya merupakan peninggalan budaya khas Sulawesi Selatan pada zaman kerajaan masa silam, khususnya dari kerajaan Gowa dan Bone. Namun kini, pemakaian Bosara sudah menjadi simbol budaya penghargaan di kalangan masyarakat Bugis Makassar. Karenanya, kue-kue tradisional yang disajikan dengan Bosara, tentunya merupakan penganan yang dinilai sangat istimewa.
Di zaman kerajaan, perangkat Bosara yang selalu digunakan pada acara-acara khusus sebagai wadah untuk menyimpan kue-kue tradisional Bugis Makassar, umumnya terbuat dari bahan emas, perak, tembaga atau besi yang dilengkapi tudung saji. Penutup piranti saji ini biasanya dibuat dari anyaman rotan dan daun lontara. Kemudian kalangan bangsawan kerap membungkus kembali penutup saji dengan menggunakan kain sutera atau beludru.
Nah, seperti kue-kue khas lainnya yang telah menjadi pilihan ole-ole dari daerah ini, kue Cucuru Bayao pun kini mulai laris jadi incaran wisatawan domestik maupun manca negara. Kue tersebut dengan mudah dijumpai di kedai-kedai kue untuk dibawa pulang sebagai ole-ole yang sangat menarik dan istimewa. Yang pasti, terutama di Toko Kue Mama Jln Serui No.15 dan Jln Baumangga Raya No.9 Makassar, setiap harinya kue Cucuru Bayao pasti tersaji di lemari etalasenya bersama bermacam jenis kue tradisional Bugis Makassar lainnya. Ayoo buruan deh !!! (jw)