SOROTMAKASSAR--Gowa
Krisis energi yang kini melanda dunia, memotivasi berbagai negara untuk mencari dan mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan. Begitu halnya Indonesia, krisis energi telah sangat dirasakan oleh penduduk di daerah terpencil. Bahkan diantaranya, ada wilayah yang tidak merasakan lagi pasokan energi. Maka, pemerintah dan pihak akademisi,khususnya Universitas Muslim Indonesia (UMI), bahu membahu untuk membuat aplkasi sumber energi alternatif, yang dapat diterapkan langsung ke masyarakat.
Demikian disampaikan, Dosen Fakultas Teknik Mesin sekaligus Ketua Program Kemitraan Masyarakat (PKM), Ir.Hamri, MT, didampingi Dr.Ir.Iskandar Hasan.,MSc dan Ir.Muh. Zainal Altim, MT, selaku anggota, saat melakukan kegiatan sosialisasi penerapan alat biogas kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti gas LPG kepada Kelompok Peternak Sapi “Toraya” dan “Mawar’ di Kelurahan Lanna, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, belum lama ini.
Selanjunya Hamri mengatakan, kegiatan PKM yang didanai Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI tersebut, selain melakukan kegiatan sosialisasi, pihaknya yang mengusung nama UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah terbesar di Indonesia Timur, juga memberikan berbagai penyuluhan yang dapat diaplikasikan langsung oleh masyarakat setempat. Seperti, penyuluhan sanitasi lingkungan dan cara pembuatan serta pemanfaatan pupuk organik, yang dibawakan Iskandar Hasan selaku dosen pertanian UMI, bidang manajemen Agrobisnis.
Kemudian, ada penyuluhan tentang kewirausahaan dan pemanfaatan energi biogas untuk dimanfaatkan sebagai energi listrik, dibawakan oleh Muh.Zainal Altim, yang merupakan dosen Teknik Elektro UMI.
“Kegiatan sosisalisasi dan penyuluhan kepada masyarakat yang kami laksanakan, berujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menghemat energi dan memanfaatkan sumber-sumber energi alternatif sebagai sumber energi pengganti,” ungkapnya.
Hamri menambahkan, penyuluhan dan pelatihan kepada mitra dilakukan untuk memberikan keterampilan dalam membuat, merangkai dan menyambung konstruksi alat pemanfaatan kotoran ternak menjadi bahan bakar gas (biogas). Serta, memotivasi masyarakat untuk mengembangkan dan menggunakan teknologi penyediaan energi yang sesuai dan ramah lingkungan.
Lebih jauh diterangkan, program difusi serta pemanfaatan ilmu dan teknologi (Iptek) di daerah terpencil, belum terkaji optimal. Kendala yang timbul diantaranya, masih adanya keluarga petani pra sejahtera, belum adanya teknologi tepat di bidang pertanian dan peternakan, khususnya pengolahan kotoran ternak menjadi biogas.
Kemudian, kurangnya sanitasi lingkungan, karena rata-rata ternak belum semuanya dikandangkan. Bahkan, bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, sebagian masih memanfaatkan kayu bakar.
“Semua kondisi ini akibat kurangnya informasi dan pemahaman dalam bidang iptek. Padahal, Kelurahan Lanna, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa merupakan salah satu daerah penyuplai daging terbesar ke Kabupaten Gowa bahkan ke pasar-pasar tradisional di luar Kabupaten,” imbuhnya.
Untuk itu, lanjutnya, dengan besarnya potensi yang dimiliki daerah tersebut, mulai dari letak letak geografis, mata pencaharian penduduk, hingga sarana dan prasarana peternakan, akan sangat cocok untuk dilakukan pengembangan iptek.
Saat ini diketahui, Kelurahan Lanna, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, masih disibukkan oleh penanganan sanitasi lingkungan. Dimana, masarakat belum memiliki Tempat Pengolahan Akhir (TPA), khususnya kotoran ternak sapi, sehingga kotoran sapi tersebut hanya dibiarkan terbuang disembarang tempat yang berdampak buruk bagi kesehatan warga desa.
“Kajian inilah yang kami lakukan. Yaitu pemanfaatan kotoran ternak menjadi bahan bakar gas (biogas) untuk skala rumah tangga dengan meperkenalkan teknologi pemanfaatan kotoran ternak dengan sistem tertutup,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Daeng Ewa dan Daeng Siama, masing-masing selaku Ketua Kelompok Peternak Sapi “Toraya” dan “Mawar’ mengatakan, dengan adanya kegiatan PKM yang dilakukan akademisi UMI di daerahnya, utamanya soal pemanfaatan limbah ternak menjadi energi, masyarakat semakin paham tentang pemanfaatan energi alternatif.
“Banyak masyarakat yang telah paham tentang energi alternatif dan cara pembuatannya. Khususnya energi biogas, yang ramah lingkungan. Bahkan, sudah banyak masyarakat yang mulai belajar untuk membuat alatnya sendiri,” kata Siama. (zl)