SOROTMAKASSAR -- Makassar. Mengambil tempat di depan Monumen Mandala Jln Jenderal Sudirman, Makassar, puluhan mahasiswa asal Papua menggelar unjuk rasa, Rabu (14/11/2018). Kegiatan tersebut, sebelumnya diawali dengan aksi berjalan kaki (long march).
Mereka berjalan kaki mulai dari Asrama Mahasiswa Papua Jln Lanto Dg Pasewang kemudian Jln Dr Ratulangi dan Jln Jenderal Sudirman hingga finish di depan Monumen Mandala. Aksi ini sempat menimbulkan kemacetan lalulintas di sepanjang jalan yang dilalui.
Dalam pernyataan sikapnya, para mahasiwa mempertanyakan kepada Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI George E. Supit tentang pengukuhan Kepala Suku Besar Pegunungan Tengah Papua yang dipandang bukan asli putera daerah Papua.
Para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Solidaritas Mahasiswa Peduli Rakyat Papua (FSMPRP) Kota Makassar, juga mempertanyakan perihal pelepasan lahan seluas 90 hektar oleh oknum Kepala Suku Baliem (Omarekma) dengan tujuan pembangunan markas Kodam, Polsup Sektor, dan Mako Brimob.
Tindakan itu menurut pengunjukrasa, dianggap dapat menyebabkan hak kesulungan warga setempat terancam. Selain itu, rencana pembangunan markas militer tersebut mengakibatkan aktifitas masyarakat setempat tidak berjalàn maksimal.
"Masyarakat Papua punya wilayah. Saya punya hak. Kita punya budaya. Biarkan kami hidup sesuai budaya kami", teriak seorang orator aksi, Simsong yang juga meminta aspirasi FSMPRP ini dapat ditanggapi serius oleh DPRD Papua, DPR-RI, pemerintah provinsi dan pusat.
Selain berorasi, pengunjuk rasa juga membentangkan spanduk dan poster yang bertuliskan "Kehadiran Militer Bukan Mengayomi Masyarakat Tapi Membunuh", "Mandat Adat Hanya Milik Anak Adat", dan "Stop Mobilisasi Militer di Wilayah se-Pegunungan Tengah Papua". Aksi puluhan mahasiswa Papua ini mendapat pengawalan sejumlah aparat Kepolisian dan TNI. (*ttc)