SOROTMAKASSAR -- Selayar.
Awal dari wacana berhembusnya Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) Kepulauan Selayar yang menurut agenda Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) akan digelar pada 23 September 2020 untuk periode 2021-2024, sejumlah nama disebut-sebut akan maju bertarung melawan petahana, HM Basli Ali.
Mereka pada umumnya adalah putra terbaik asal Selayar yang sudah lama merantau dan ingin pulang kampung untuk membangun tanah tempat kelahirannya di Bumi Tanah Doang Selayar.
Diantaranya, Dr Ir H Andi Masyahoro Paello, M.Sc seorang akademisi asal Universitas Tadulako Palu di Sulawesi Tengah, Prof Dr Drs H Akbar Silo Patta Undjung, MS yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Pengembangan Inovasi dan Kinerja di Universitas Cendrawasih Papua, dan Drs H Hasanuddin DM, M.Si saat ini menjabat Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Wilayah Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (DPW KKSS) Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kemudian Andi Rustam Novriady, SE seorang pengusaha yang bergerak dibidang perhotelan dan property di Makassar yang juga merupakan cucu dari Bupati Ke 4 Selayar tahun 1971-1974, Andi Palioi Padulungi dan bahkan Muhammad Irwan Irawan, SH dan Farid Ma'ruf Ibrahim tampil sebagai paket jadi dari rantau.
Namun belum sampai pada tahapan Pilkada sesuai Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) sejumlah nama yang disebut-sebut akan maju bertarung melawan petahana sudah mulai hengkang karena berbagai dalih dan alasan.
Pasangan Muhammad Irwan Irawan misalnya terpaksa kandas akibat mahalnya mahar yang harus dibayarkan kepada partai politik pengusung. Padahal menurut Irwan Irawan sudah melakukan pendekatan dan komunikasi politik dengan sejumlah petinggi partai di Jakarta.
Diantaranya Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) besutan Prabowo Subianto dan Partai Golongan Karya (Golkar) yang memperoleh 10 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Selayar hasil pemilihan umum anggota legislatif pada 17 April 2019 yang lalu.
Dikatakan H Ince Langke IA via ponselnya di Makassar kemarin, salah satu penyebab penantang mengurungkan niat untuk melawan petahana, mungkin setelah mereka membaca situasi dan dinamika politik serta kecenderungan masyarakat untuk memilih kembali HM Basli Ali.
Apalagi masa periodenya hanya 3,5 tahun. Karena itu para penantang menilai jika kontestasi Pilkada kali ini bukanlah momentumnya untuk melawan petahana. Tapi ini versi saya sebagai seorang politikus.
"Namun yang pasti bagi petahana tidak pernah terbersit niat dalam dirinya untuk menghalang-halangi bagi mereka yang hendak maju bertarung serta mempunyai keikhlasan dan ketulusan hati untuk pulang kampung membangun Selayar. Dan malah justru petahana berharap adanya rival yang bisa bersaing gagasan dan ide pada Pilkada 2020 nanti," ungkapnya.
Masih menurut H Ince Langke IA, melihat kondisi perpolitikan saat ini ada kemungkinannya petahana tidak memiliki lawan. Dalam artian petahana bisa berhadapan dengan kotak kosong. Dan ini bisa saja terjadi. Apalagi dengan melihat kondisi incumbent yang semakin melejit dukungannya di mata masyarakat.
"Oleh karena itu, Partai Golkar masih solid dan berkomitmen untuk mengusung kadernya yang sekaligus sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar Kepulauan Selayar. Dengan kondisi ini Partai Golkar masih sangat optimis jika pertarungan Pilkada mendatang masih berada ditangan HM Basli Ali," pungkas dia optimis. (M. Daeng Siudjung Nyulle)