SOROTMAKASSAR - Takalar.
Bencana alam tidak bisa diprediksi datangnya. Masyarakat perlu dibangun mindsetnya untuk mampu beradaptasi dengan bencana alam yang datang tiba-tiba.
"Bencana selalu menimbulkan korban harta dan jiwa bagi masyarakat," kata Kepala Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Takalar, Nuriksan Nurdin,S.E.,M.Si ketika ditemui di kantornya, Rabu, 12 Januari 2022.
Menurutnya, untuk menanggulangi bencana yang datangnya tidak diharapkan bukan hanya menjadi tanggung jawab BPBD, tapi merupakan tanggung jawab semua pihak.
Semua pihak diharapkan ikut memberikan bantuan yang diperlukan ketika bencana itu terjadi.
BPBD, katanya, hanya menjadi koordinator penanggulangan bencana. Namun masyarakat juga diharapkan berperan untuk dapat memahami dan beradaptasi dengan kemungkinan bencana yang dihadapi di daerahnya.
Di sini juga menurut Nuriksan, peran yang telah dan akan terus dilakukan BPBD untuk melaksanakan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat untuk mengubah mindset dan dapat beradaptasi dengan kemungkinan bencana yang dihadapi.
Hingga Januari 2022, dia membenarkan terjadi angin kencang atau puting beliung di beberapa wilayah di Kabupaten Takalar.
Seperti yang terjadi di Desa Pattoppakang, Kecamatan Mangarabombang pada tanggal 5 Januari 2022. Angin puting beliung memporak-poranda rumah warga dan bangunan pemerintah.
"Ada 7 KK menjadi korban. Rumah mereka rusak," ujarnya.
Diakuinya, jenis bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Takalar adalah angin kencang atau puting beliung dan abrasi pantai.
Di sini peran BPBD bukan hanya pada saat terjadi bencana, tapi ada tahap metigasi bencana yaitu pencegahan sebelum bencana, kemudian saat terjadi bencana, dan pasca bencana, apa yang harus dilakukan.
Hal ini terus diupayakan pelaksanaanya agar semakin baik dan optimal.
"Apabila ada kesadaran kolektif untuk menghadapi bencana yang terjadi, maka akan mempermudah dalam mengatasi masalah yang terjadi di tengah masyarakat," tambahnya.(dar/tiar)