SOROTMAKASSAR -- Makassar.
Peristiwa pengusiran terhadap sejumlah wartawan yang menghadiri acara buka puasa bersama Polda Sulsel di halaman Rujab Kapolda Sulsel Jln Letjen Mappaoddang, Makassar pada Kamis (16/05/2019) petang, tampaknya bakal berbuntut panjang.
Pasalnya, tindakan yang dinilai sebagai suatu bentuk pelecehan kepada profesi wartawan itu, kini mengundang sorotan dan kecaman tajam dari kalangan jurnalis di daerah ini, baik tanggapan perseorangan maupun yang mengatas namakan organisasi pers.
Komentar miring atas kejadian aksi pengusiran beberapa jurnalis saat agenda buka puasa di Rujab Kapolda Sulsel ini, salah satunya datang dari Ketua DPW Jurnalis Online Indonesia (JOIN) Sulsel, Rifai Manangkasi dalam siaran persnya yang diterima media ini Jumat (17/05/2019) malam tadi.
Menurutnya, jika betul aksi pengusiran tersebut terjadi, ini membuktikan masih ada oknum polisi yang tidak mampu menghadirkan sikap populis dan sikap simpati kepada masyarakat, khususnya bagi kalangan jurnalis selaku mitra Kepolisian.
"Kapolda Sulsel diharapkan bisa menanamkan karakter familiar terhadap anak buahnya dalam berinteraksi dengan jurnalis," ujar mantan Wakil Ketua PWI Sulsel ini.
Lanjut dikatakan, Jenderal Hamidin harus dapat menjelaskan kronologis kejadian tersebut agar dapat menghilang kesan negatif atas kehadiran jurnalis di kegiatan buka puasa bersama tersebut.
"Kita bukan anti kritik. Jika ada aksi tak terpuji yang ditunjukkan adik-adik kami di kegiatan tersebut, kami harap tak menimbulkan reaksi berlebihan," tandas Rifai.
Tanggapan senada datang pula dari wartawan senior Abdul Jurlan Em Saho'as yang kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi di PT Media Sulawesi Membangun Nusantara.
Jurlan yang juga mantan redaktur di Harian Pedoman Rakyat Makassar ini menilai peristiwa pengusiran yang dialami sejumlah wartawan itu merupakan tindakan tidak menyenangkan.
Menurut dia, boleh jadi memang wartawan tidak diundang menghadiri acara tersebut atau tidak cukup persiapan tuan rumah. Hanya saja, kalo boleh tuan rumahnya bisa lebih etis dalam bersikap.
"Intinya, berbuka puasa tidaklah merugikan pihak tuan rumah. Bahkan menguntungkan dari segi amal jariyah," tukasnya sembari berharap masalah ini dapat diselesaikan dengan baik oleh Kapolda Sulsel.
Kecaman pedas juga dilontarkan Mulawarman, wartawan senior dan pengamat sosial politik yang kini berkiprah di ibukota. Menurut mantan wartawan Harian Pedoman Rakyat Makassar dan Harian Surya ini, tindakan pengusiran itu secara tidak langsung telah melecehkan profesi wartawan maupun media tempatnya bernaung.
"Sekarang ini era keterbukaan publik. Wartawan yang datang ke acara tersebut tentu menjalankan tugasnya sebagai jurnalis. Tidak boleh membeda-bedakan apalagi melecehkan mereka dengan melakukan pengusiran yang tidak jelas alasannya," tegas Mulawarman.
Beberapa wartawan lainnya seperti Thamrin Nawawi dari Pinrang dan Aji Taruna di Makassar menilai, apapun alasannya tindakan pengusiran ini sudah keterlaluan dan tidak manusiawi. "Tanpa wartawan dan media, instansi apapun di tanah air tidaklah berarti di mata publik," komentar mereka.
Mereka pun berharap semua lembaga atau organisasi pers di tanah air seperti PWI, JOIN, IWO, PERJOSI dan lainnya, dapat mengambil sikap untuk segera menangani masalah ini yang benar-benar sudah merupakan tindakan pelecehan terhadap insan pers, apalagi dilakukan di bulan suci Ramadan yang penuh berkah.
Menyikapi peristiwa pengusiran sejumlah wartawan ini, Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani yang dikonfirmasi salah satu media via WhatsApp Jumat (17/05/2019) mengungkapkan, acara buka puasa bersama dengan Kapolda Sulsel itu merupakan acara internal.
Menurut Dicky, nanti akan ada acara buka puasa bersama khusus dengan mengundang awak media. "Itu acara internal saja. Untuk acara buka puasa bersama dengan media nanti akan diacarakan oleh Kapolda," katanya.
Meski demikian, tambah Dicky, pihaknya akan mengevaluasi atas tindakan salah satu oknum yang dinilai telah bersikap merendahkan wartawan. "Nanti kita evaluasi," pungkasnya. (*)
Peristiwa pengusiran terhadap sejumlah wartawan yang menghadiri acara buka puasa bersama Polda Sulsel di halaman Rujab Kapolda Sulsel Jln Letjen Mappaoddang, Makassar pada Kamis (16/05/2019) petang, tampaknya bakal berbuntut panjang.
Pasalnya, tindakan yang dinilai sebagai suatu bentuk pelecehan kepada profesi wartawan itu, kini mengundang sorotan dan kecaman tajam dari kalangan jurnalis di daerah ini, baik tanggapan perseorangan maupun yang mengatas namakan organisasi pers.
Komentar miring atas kejadian aksi pengusiran beberapa jurnalis saat agenda buka puasa di Rujab Kapolda Sulsel ini, salah satunya datang dari Ketua DPW Jurnalis Online Indonesia (JOIN) Sulsel, Rifai Manangkasi dalam siaran persnya yang diterima media ini Jumat (17/05/2019) malam tadi.
Menurutnya, jika betul aksi pengusiran tersebut terjadi, ini membuktikan masih ada oknum polisi yang tidak mampu menghadirkan sikap populis dan sikap simpati kepada masyarakat, khususnya bagi kalangan jurnalis selaku mitra Kepolisian.
"Kapolda Sulsel diharapkan bisa menanamkan karakter familiar terhadap anak buahnya dalam berinteraksi dengan jurnalis," ujar mantan Wakil Ketua PWI Sulsel ini.
Lanjut dikatakan, Jenderal Hamidin harus dapat menjelaskan kronologis kejadian tersebut agar dapat menghilang kesan negatif atas kehadiran jurnalis di kegiatan buka puasa bersama tersebut.
"Kita bukan anti kritik. Jika ada aksi tak terpuji yang ditunjukkan adik-adik kami di kegiatan tersebut, kami harap tak menimbulkan reaksi berlebihan," tandas Rifai.
Tanggapan senada datang pula dari wartawan senior Abdul Jurlan Em Saho'as yang kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi di PT Media Sulawesi Membangun Nusantara.
Jurlan yang juga mantan redaktur di Harian Pedoman Rakyat Makassar ini menilai peristiwa pengusiran yang dialami sejumlah wartawan itu merupakan tindakan tidak menyenangkan.
Menurut dia, boleh jadi memang wartawan tidak diundang menghadiri acara tersebut atau tidak cukup persiapan tuan rumah. Hanya saja, kalo boleh tuan rumahnya bisa lebih etis dalam bersikap.
"Intinya, berbuka puasa tidaklah merugikan pihak tuan rumah. Bahkan menguntungkan dari segi amal jariyah," tukasnya sembari berharap masalah ini dapat diselesaikan dengan baik oleh Kapolda Sulsel.
Kecaman pedas juga dilontarkan Mulawarman, wartawan senior dan pengamat sosial politik yang kini berkiprah di ibukota. Menurut mantan wartawan Harian Pedoman Rakyat Makassar dan Harian Surya ini, tindakan pengusiran itu secara tidak langsung telah melecehkan profesi wartawan maupun media tempatnya bernaung.
"Sekarang ini era keterbukaan publik. Wartawan yang datang ke acara tersebut tentu menjalankan tugasnya sebagai jurnalis. Tidak boleh membeda-bedakan apalagi melecehkan mereka dengan melakukan pengusiran yang tidak jelas alasannya," tegas Mulawarman.
Beberapa wartawan lainnya seperti Thamrin Nawawi dari Pinrang dan Aji Taruna di Makassar menilai, apapun alasannya tindakan pengusiran ini sudah keterlaluan dan tidak manusiawi. "Tanpa wartawan dan media, instansi apapun di tanah air tidaklah berarti di mata publik," komentar mereka.
Mereka pun berharap semua lembaga atau organisasi pers di tanah air seperti PWI, JOIN, IWO, PERJOSI dan lainnya, dapat mengambil sikap untuk segera menangani masalah ini yang benar-benar sudah merupakan tindakan pelecehan terhadap insan pers, apalagi dilakukan di bulan suci Ramadan yang penuh berkah.
Menyikapi peristiwa pengusiran sejumlah wartawan ini, Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani yang dikonfirmasi salah satu media via WhatsApp Jumat (17/05/2019) mengungkapkan, acara buka puasa bersama dengan Kapolda Sulsel itu merupakan acara internal.
Menurut Dicky, nanti akan ada acara buka puasa bersama khusus dengan mengundang awak media. "Itu acara internal saja. Untuk acara buka puasa bersama dengan media nanti akan diacarakan oleh Kapolda," katanya.
Meski demikian, tambah Dicky, pihaknya akan mengevaluasi atas tindakan salah satu oknum yang dinilai telah bersikap merendahkan wartawan. "Nanti kita evaluasi," pungkasnya. (*)