PSM Alat Pemersatu : “Satu Abad PSM Mengukir Sejarah” Didiskusikan di UIN Alauddin

SOROTMAKASSAR - MAKASSAR.

Buku “Satu Abad PSM Mengukir Sejarah” (terbit 2000) karya M. Dahlan Abubakar & Andi Widya Syadzwina, Selasa (10/01/2023) didiskusikan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar.



Dekan FDK Dr. Firdaus Muhammad mengatakan, diskusi buku ini merupakan kegiatan awal tahun 2023, setelah diskusi dengan Sastrawan Zawawi Imron merupakan diskusi akhir tahun yang dilaksanakan atas kerja sama dengan Satupena Makassar yang dikoordinatori Rusdin Tompo.

Diskusi buku karya peraih piagam penghargaan Wartawan Olahraga Kota Makassar dari Pemkot dan KONI Makassar bersama mantan Media Officer PSM tersebut sebagai upaya melestarikan dan menjaga literasi.

“Kegiatan ini kita akan jadikan tradisi untuk menjaga literasi,” ujar Firdaus Muhammad.

Rusdin Tompo mengakui, setelah lama mengimpikan buku ini sekarang bagaikan berjodoh dapat mendiskusikan karya setebal 694 halaman itu.

“Saya pernah membaca di media sosial sebelum diterbitkan dan hari ini saya sudah menemukannya,” ujar Rusdin Tompo.

Penulis buku, M. Dahlan Abubakar mengisahkan suka duka pengalamannya menulis buku yang sangat fenomenal tersebut. Buku ini sebenarnya sudah harus diluncurkan setelah terbit, namun bertepatan dengan terjadi pandemi Covid-19.

Dia mengatakan, selain karena latar belakangnya sebagai wartawan olahraga, memiliki data yang diperlukan, senang menulis, juga terpicu karena meskipun banyak penulis di Makassar, namun kurang tertarik menulis sejarah yang berkaitan dengan olahraga dan sosok legendaris di bidang olahraga.

“Sebagai refleksi keterlibatan selama 22 tahun di KONI Sulsel, saat ini saya sedang menyusun sejarah olahraga di Sulawesi Selatan,” ujar ayah dua anak dan kakek enam cucu tersebut.

Dalam diskusi buku itu tampil dua pembicara, yakni mantan pemain dan pelatih PSM Drs. Syamsuddin Umar, M.Si dan akademisi UNM Dr. Ahmad Rum Bismar dipandu jurnalis Drs. Asnawin Amiruddin.

Syamsuddin Umar mengatakan PSM pada masa dulu tampil sebagai alat pemersatu tiga kerajaan di Sulawesi Selatan yakni Pajung (P) di Luwu, S (Sombayya di Gowa), dan M (Mangkau di Bone). PSM sebagai salah satu klub tertua di Indonesia (berdiri 1915) dan lahir lebih dulu dari induknya, PSSI, yang terbentuk pada tahun 1930.

“Saat ini meskipun tidak memiliki stadion dan lain-lain, PSM banyak menyumbang pemain nasional. Sayang, tim nasional sudah tuntas dan harus memulai lagi dengan upaya yang baru setelah kalah dari Vietnam tadi malam (09/01/2023),” ujar Syam, panggilan akrabnya.

Syam lebih banyak bercerita soal filosofi sepakbola, termasuk karakter penonton. Dia mengatakan, ada tiga tipe penonton kita. Pertama, penonton yang menonton penonton. Kedua, penonton yang meluapkan emosi, ada juga yang gembira. Yang ini yang sering menimbulkan masalah di stadion karena mungkin di rumah tidak selesai masalahnya.

“Penonton jenis ini, hingga selesai pertandingan dia masih bertanya yang mana tim PSM,” ujar Syam yang disambut tertawa yang hadir.

Penonton kategori yang ketiga, ini yang menarik. Penonton bola benar dan membuat pertandingan sepak bola itu menarik. Tetapi yang paling parah adalah penonton yang kalah berjudi.

“Orang lain bergembira karena tim kebanggaannya menang, dia malah sedih karena kalah judi,” kelakar Syam.

Menurut Syam, pemerintah harus hadir untuk merespon keinginan masyarakat bola, misalnya mengenai penyediaan prasarana dan sarana olahraga. Jika tidak, sepak bola itu dari aspek infrastruktur tidak pernah tuntas, identik dengan yang berkaitan dengan peningkatan prestasi yang tidak tuntas dalam bentuk keberhasilan tim meraih juara.

Setelah kembali dari berguru di Brasil, Syam mengemukakan, apa yang diperolehnya di negeri Samba itu ternyata tidak berterima dengan pengamat bola di Makassar. Dia mendapat tantangan dari para pengamat bola. Filosofi sepak bola itu tidak bisa lepas dari bidang budaya, politik, dan ekonomi.

“Oleh sebab itu, saya menerapkan bahwa PSM itu harus tampil keras, cepat, dan berseni. Dan itu, mirip gandrangbulo,” ujar Syam.

Dia memberikan contoh, pelatih Barselona Josep Guardiola (2008-2012) memperkenalkan konsep permainan ‘tiki taka’ pada anak asuhannya yang membuat tim tersebut beberapa kali tampil sebagai kampiun Spanyol. Konsep ‘tiki-taka’ itu cocok dengan budaya Spanyol. Ketika Guardiola pindah ke Bayern Munchen, dia menerapkan teknik sepak bola sesuai budaya Jerman yang kemudian membawa timnya tampil beberapa kali juara.

“Jadi PSM itu harus menerapkan pola permainan keras, cepat, dan berseni sesuai budayanya," ujar Syam.

Dr. Ahmad Rum Bismar, menilai, perlu ada tambahan informasi di dalam buku “Satu Abad PSM Mengukir Sejarah”. Dan, ini bisa dilengkapi jika buku ini direvisi.

“PSM itu termasuk klub yang tidak pernah degradasi, berbeda dengan klub-klub lainnya,” ujar dosen UNM yang pernah membawa tim Sulsel masuk final PON XIX/2016 Jawa Barat bersama dengan Syamsuddin Umar itu.

Senada dengan Syam, Rum juga menekankan perlunya keterlibatan pemerintah dalam pengadaan sarana olahraga.

“Memang dalam olahraga itu ada juga politiknya,” kunci mantan asisten pelatih PSM tersebut.

Dalam diskusi tersebut, melalui koneksi zoom, penyair Sulsel Aspar Paturusi juga mengirim pesan dengan menyampaikan selamat kepada penulis buku yang didiskusikan.

“M.Dahlan Abubakar, selamat telah menghadirkan buku PSM kepada pembaca. Tentu bila saya ada di Makassar, akan hadir pada diskusi besok (10/01/2023, maksudnya),” tulis Aspar.

Diskusi buku ini, kata Aspar, bertepatan dengan PSM memimpin klasemen sementara Liga I BRI. Alhamdulillah saya tetap mengikuti kegiatan PSM baik saat bertanding maupun berita dan ulasan pengamat sepak bola.

“PSM satu-satunya kesebelasan dari Sulawesi yang eksis saat ini. Menyedihkan, PSM dan dunia sepak bola di Sulsel, pada saat ini tidak memiliki stadion yang representatif dan membanggakan, khususnya di Kota Makassar. Untung masih ada stadion Habibie di Parepare yang pada lanjutan Liga I BRI masih bisa kita saksikan gemuruh suporter dan aksi PSM menjamu lawan-lawannya,” tulis Aspar.

Penulis buku kemudian menghadiah buku kepada para penanya dalam diskusi itu, di antaranya Edy Thamrin, Ahmad Ilham, dan Dr. Suradi Yasil, serta kepada Dekan FDK Firdaus Muhammad, Ketua Satupena Rusdin Tompo, Pemandu Diskusi Asnawin Amiruddin, dan juga kepada operator zoom, Andi Fauziah Astrid.

Diskusi tersebut, selain dihadiri secara luring oleh sejumlah pemerhati PSM, juga diikuti secara daring oleh sejumlah pemerhati PSM di antaranya H. Sofwan, SH, M.Hum (Mataram), Aspar (Jakarta) dan Dr. Tammasse Balla, M.Hum (Turki).

Usai hadir di UIN Alauddin penulis buku PSM tampil dalam ‘talkshow' “Obrolan Karebosi” di Celebes TV bersama pengamat olahraga Muskar, S.Pd, M.Pd dan Firdaus, salah seorang suporter PSM. (MDA)

Politik

Pendidikan

Opini

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN