SOROTMAKASSAR
Mulawarman wartawan senior di daerah ini, geram melihat fakta, DPRD Sulsel sedikitpun tidak bersuara dan tidak menunjukkan kepedulian dan keprihatinan, apalagi bereaksi atau bergerak turun menggalang solidaritas rakyat Sulsel untuk membantu saudara-saudaranya yang menjadi korban bencana alam, banjir bandang di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Karena menurut Mulawarman pemerhati sosial ini, penggundulan hutan di hulu hutan Masamba yang dikakukan secara serampangan, bukan baru terjadi dalam satu atau dua pekan belakangan ini, sehingga menimbulkan banjir bandang yang dahsyat.
“Penggundulan hutan di Masamba itu, pasti sudah berlangsung berbulan-bulan. DPRD Sulsel gagal melakukan pengawasan,” kata Mulawarman.
Mantan wartawan Pedoman Rakyat Makassar ini kemudian mengingatkan, kalau terjadi bencana di Sulsel seperti di Masamba ini, yang wajib rakyat mintai pertanggungjawabannya, adalah DPRD Sulsel.
“Karena merekalah yang diberi kewenangan oleh rakyat Sulsel untuk melakukan pengawasan pada pengelolaan hutan di Sulsel khususnya di Masamba yang tertuduh oleh publik Sulsel saat ini, menjadi sumber utama bencana banjir bandang dahsyat itu,” ujar Mulawarman yang ditemui di Warkop Solusi Makassar, Rabu (15/07/2020) pagi.
Tetapi kemudian, lanjut Mulawarman kembali dengan nada emosional mengatakan, DPRD Sulsel saat ini benar-benar sudah tidak punya rasa malu pada rakyat Sulsel. Karena, di tengah wabah Covid-19 yang semakin menyeramkan saja, dimana semua elemen masyarakat sudah berteriak meminta tolong, tetapi DPRD Sulsel tetap saja diam, sepertinya tidak terjadi sesuatu atau tidak ada wabah Covid-19 di daerah Sulsel ini.
“Buktinya, pasukan terdepan rakyat Sulsel dalam melawan Covid-19, para dokter lewat IDI sudah berteriak kencang meminta tolong kalau mereka sudah kewalahan bahkan nyaris menyerah, dengan mengatakan Sulsel khususnya Makassar menyeramkan dan mengerikan, karena rumah sakit di Sulsel sudah tidak bisa menampung pasien Covid-19, dan angka pasien positif terus bertambah telah menembus angka 7000. Tapi DPRD Sulsel tidak bergeming, dan tetap bungkam tak bersuara,” tutur Mulawarman.
Masih dengan nada emosial, Mulawarman menyayangkan Anggota DPRD Sulsel yang isinya mayoritas anak muda atau berusia muda, kalah peka dan selalu kalah langkah dengan seorang Zakir Sabara Dekan FTI UMI, Ketua SAR Unhas dan banyak tokoh elemen masyarakat lainnya yang selalu menjadi terdepan bergerak cepat menggalang kepedulian dan solidaritas rakyat Sulsel pada saudaranya yang tertimpa bencana di banyak musibah di Sulsel ini.
Mereka atau FTI UMI dan SAR Unhas, bersama elemen masyarakat lainnya sering menjadi motor penggerak kepedulian dan solidaritas rakyat Sulsel menjadi bantuan, kemudian memobilisasi langsung bantuan itu ke daerah-daerah bencana, meski itu di daerah-daerah terisolir atau terpencil di Sulsel.
“Zakir Sabara dengan FTI UMI dan SAR Unhas, selalu mengambil atau merebut tugas DPRD Sulsel dalam penanganan dan penanggulangan bencana di Sulsel, dan DPRD Sulsel tidak merasa malu, pada FTI UMI dan SAR UNHAS, apalagi malu pada rakyat Sulsel,” ujar Mulawarman.
Mulawarman yang alumni Unhas ini, kemudian menyatakan seyakin-yakinnya, DPRD Sulsel telah berselingkuh dengan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah memanjakan Anggota DPRD Sulsel dengan memenuhi apapun permintaan atau aspirasi mereka.
“Mereka sekarang sibuk mengelolah Pokir mereka dan sibuk memuji Nurdin Abdullah dan menutup mata atau tidak mau melihat kinerja Gubernur benar atau salah,” kilah Mulawarman.
Karena itu, Mulawarman yakin, kalau DPRD Sulsel tidak berani menyalahkan Gubernur Nurdin Abdullah, apalagi berani meminta Nurdin Abdullah mencopot Kadis Kehutanan Premprov Sulsel yang terbukti gagal bekerja, sehingga bencana banjir bandang Masamba terjadi.
“Paling, beraninya Anggota DPRD Sulsel menyalahkan Bupati Luwu Utara atau rakyat yang melakukan perusakah hutan di Masamba itu. Mereka tidak berani sama Gubernur, karena Gubernur kata mereka aspiratif dan kuat,” tandas Mulawarman. (hs)