Tahun 2021, Sulsel Siapkan 850 Ribu Bibit Kakao Bagi Petani Terdampak Bencana

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyiapkan 850 ribu bibit kakao pada tahun 2021 bagi petani kakao yang terdampak bencana. Hal ini dilakukan untuk penanaman ulang.


"Kita bisa bantu bibit, supaya kembali bisa menanam," kata Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah, usai menerima kunjungan kelompok petani kakao di Kantor Gubernur Sulsel, Selasa (24/11/2020).

Aminah Medama, Kelompok Sinangkala di Luwu Utara yang berdialog dengan Gubernur mengatakan, kedatangannya untuk melaporan pencapaian program Swisscontact, Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) di Luwu Raya yang telah berakhir programnya.

"Kami laporkan pencapaiannya yang sudah kita laksanakan di wilayah kerja. Tadi Pak Gubernur menanyakan ke saya, bagaimana kakao di Luwu Utara, karena saya memperkenalkan diri dari Luwu Utara. Beliau meminta penjelasan. Saya jelaskan bahwa minat petani menanam kakao masih tinggi. Hanya saja kita terkendala banjir besar di Luwu Utara, banyak kebun kakao yang tersapu banjir, sehingga mata pencariannya rusak," jelasnya.

Aminah juga merupakan penangkar bibit kakao di Luwu Utara. Sebelumnya, bekerja di NGO yang bergerak di pendampingan kakao Swisscontact.

Mendapat laporan para petani, Nurdin kemudian menelepon Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo.

"Tadi beliau menelepon Kepala Dinas Perkebunan, beliau meminta untuk menganggarkan (bibit) kakao. Saya senang sekali langsung dapat respon dari Pak Gubernur. Beliau tanggap sekali apa yang kami sampaikan," ungkapnya.

Ia berharap apa yang disampaikan gubernur dapat terealisasi, sehingga petani kakao bisa kembali bangkit dan menanam.

Terpisah, Kadis Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo, menjelaskan, untuk tahun 2021 dianggarkan 850 ribu bibit kakao, dan akan diberikan kepada petani terdampak.

"Kelompok yang menghadap tadi akan kita ambil datanya, detailnya untuk kita bagikan di tahun 2021. CPCL harus satu tahun sebelum membagikan hibah," jelasnya.

CPCL adalah Calon Petani dan Calon Lokasi, mereka adalah petani/kelompok tani yang akan menerima bantuan sarana produksi sesuai dengan luas lahan yang diusahakan dalam kelompok hamparan di lokasi yang telah ditetapkan.

Ia mengungkapkan, hampir seluruh Indonesia mengalami penurunan produksi kakao, termasuk di Sulsel. Ini disebabkan karena kemampuan mitigasi dari petani yang masih lemah.

Saat ini, terjadi fenomena perubahan iklim global. Perubahan musim hujan berkepanjangan atau musim kemarau yang berkepanjangan.

"Kita sebut La Nina dan El Nino, peristiwa ini sangat sensitif di penanam kakao, apabila kita tidak melakukan mitigasi dan adaftasi. Pengetahuan ini harus dimiliki oleh petani untuk menghadapi kondisi ini, karena tanaman kakao sangat sensitif pada perubahan iklim," paparnya.

Fenomena ini membuat tanaman kakao di seluruh Indonesia, sudah tidak mampu hidup dengan syarat tumbuhnya. Karena panas atau hujan yang berkepanjangan. Solusinya adalah penyuluh melakukan mitigasi dan adaptasi hingga ke tingkat petani.

Dinas Perkebunan Sulsel untuk tahun 2020 ini mensupport dengan bantuan pupuk organik dalam upaya intensifikasi pertanian.

Seperti yang disampaikan oleh Ardin, bahwa memasuki musim penghujan ada kesulitan yang pasti akan dialami oleh para petani dan pekebun.

Hal ini yang juga menjadi perhatian dari Kementerian Pertanian RI untuk memberikan strategi penanganan kakao dalam menghadapi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan perubahan iklim yang bisa berdampak pada areal perkebunan. (*)

Politik

Pendidikan

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN