SOROTMAKASSAR -- Jakarta.
Sepanjang hari Jumat (09/11/2018), mata uang Indonesia kembali dilibas habis hingga melemah sebesar 1%. Namun pelemahan yang dialami nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), masih dianggap wajar oleh pihak Bank Indonesia (BI).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, Jumat (9/11/2018) mengemukakan, bagi BI, pelemahan rupiah dinilai masih dalam batas wajar. "Pelemahan rupiah sebesar 1%, masih dalam batas yang wajar karena selama November 2018, sampai dengan 8 November 2018 telah menguat 4,57%," katanya.
"BI melihat likuiditas valas di pasar terjaga di tengah aktifitas pasar antar bank yang sangat aktif. Mekanisme pasar berjalan efisien, di mana setiap terjadinya pelemahan rupiah diikuti oleh munculnya pasokan valas dari bank," sambungnya.
Menurut Nanang lagi, pelemahan terhadap nilai tukar rupiah tak lepas dari hasil pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS yang mengkonfirmasi kemungkinan kenaikan bunga acuan di bulan Desember.
Selain itu, juga didorong oleh meningkatnya kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi China, serta rencana pemerintah negeri Tirai Bambu yang akan membatasi bank memberikan kredit kepada perusahaan swasta.
"Pelaku pasar yang dalam tiga hari terakhir melepas dolar sebagai respon atas hasil pemilu sela AS berbalik posisi melakukan short covering, sehingga dolar terkoreksi menguat terhadap seluruh mata uang, termasuk Rupiah," jelasnya.
Dari domestik, BI melihat para pelaku pasar juga mengantisipasi keluarnya data neraca pembayaran Indonesia. (cnbic)