SOROTMAKASSAR -- Tana Toraja.
Suku Toraja, Sulawesi Selatan, dikenal memiliki nilai tradisi dan filosofi dengan kepercayaan nenek moyang yang disebut Aluk Todolo, bahwa manusia di bumi hanya untuk sementara.
Hal yang berbeda dari suku ini, pada acara pernikahan yang di kenal dengan Tradisi Rampanan Kapa’, sebuah Pernikahan Adat Toraja sebagai warisan budaya leluhur yang masih dipertahankan eksistensinya.
Pernikahan Adat Toraja dengan Tradisi Rampanan Kapa' berlangsung Kamis (10/10/2019) lalu dari pukul 09.00 sampai 16.00 Wita di Tongkonan Buntu, Desa Batualu, Kec Sanggala, Tator, Sulawesi Selatan.
Hadir dalm acara tersebut adalah perangkat adat Kedatuan Luwu yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan diapik oleh keluarga dan tokoh Adat DR. Embon Tandipayuk dan Ir. Krispinus Runtung, Dipl.SE.
Pernikahan adat Toraja bisa dibilang merupakan pernikahan yang memiliki tradisi berbeda dengan suku-suku lainnya. Selain disahkan secara agama, maka keduanya juga harus disahkan secara adat oleh pemangku adat dengan menggunakan adat Aluk Todolo yang disebut Aluk Rampanan Kapa’.
Tradisi Rampanan Kapa’ merupakan Pernikahan Adat Toraja warisan budaya leluhur. Rampanan Kapa’ atau biasa disebut juga dengan istilah Rambu Tuka merupakan pesta pernikahan adat Toraja.
Dengan menggunakan pakaian adat khas adat Toraja kedua mempelai menjalani tahapan demi tahapan yang ada. Setelah disahkan secara agama, kemudian kedua mempelai akan disahkan secara adat dengan suatu perjanjian dihadapan pemerintah adat dan seluruh keluarga yang hadir.
Ir Krispinus Runtung, Dipl.SE mengatakan, beragam kebudayaan yang kita miliki merupakan karunia dari Tuhan yang paling besar, karena didalamnya memiliki nilai-nilai dan makna kemanusiaan untuk saling menghargai dan saling menghormati dengan lainnya. (rk)
