A'dangan, Ritual Adat Suku Kajang yang Masih Tetap Dipertahankan


Oleh : Ahmadi (Mahasiswa Komunikasi & Penyiaran Islam UINAM)

Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu suku di tanah air dengan memiliki berbagai macam ritual adat istiadatnya.


Salah satu ritual adat yang masih tetap dipertahankan hingga saat ini adalah ritual A’dangan. Ritual A’dangan adalah proses pelepasan roh orang yang meninggal sampai pada hari ke seratus. 

Menurut kepercayaan suku Kajang, orang yang sudah meninggal belum sepenuhnya menuju alam baqa. Atau masih berada disekitar keluarga duka hingga seratus hari. 

Selain itu, A’dangan juga dilaksanakan sebagai bentuk pelepasan roh orang yang sudah meninggal dengan urusan dunia. Karena kami meyakini roh orang yang meninggal masih ada di sekitar keluarga sebelum ritual A’dangan dilaksanakan. 

Demikian diungkapkan Marking saat di wawancarai di rumah duka keluarga Puang Pace bin Tobo di Dusun Teteaka, Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Senin (10/06/2019) lalu. 

Untuk melaksanakan Ritual A’dangan, keluarga duka harus mempersiapkan modal sebesar Rp 100-200 juta guna mempersiapkan aneka jenis makanan yang disajikan dalam tradisi adat ini. 

Dalam pelaksanaanya, ritual A’dangan menghadirkan Songkolo (nasi beras ketan) merah, hitam, dan putih. Serta kue merah yang dibungkus dengan bakul karaeng menjadi sajian utama untuk tamu yang hadir diacara tersebut. 

Hal penting lainnya adalah keluarga wajib memotong kerbau yang menjadi ciri khas dari A’dangan. 

Hadirnya semua pemangku adat suku Kajang menjadi tanda dimulainya ritual A’dangan. Ammatoa adalah pemimpin ritual A’dangan dengan melibatkan 26 pemangku adat suku Kajang lainnya. 

Menariknya, sebelum ritual dilaksanakan , semua keluarga yang sedang berduka harus menggunakan Tope Le’leng atau sarung hitam sebagai simbol bahwa keluarga tersebut sedang berduka. 

Bertepatan dengan cuti bersama Idul Fitri 1440 H, sebanyak 8 (delapan) orang mahasiswa Prodi KPI UINAM menyempatkan diri untuk hadir di acara A’dangan Suku Kajang.

Dengan menempuh perjalanan jauh dan melelahkan, tim hunting yang diketuai oleh Muh. Qodri ini sampai di lokasi acara dengan tepat waktu. 

Sebelumnya, kabar mengenai ritual adat tersebut berawal dari Ahmad salah seorang mahasiswa Prodi KPI yang bertempat tinggal di Kajang. 

Alasan dari kegiatan hunting, ingin menyaksikan lansung proses ritual tersebut. Dan yang paling utama adalah ingin melengkapi tugas mata kuliah fotografi yang mengharuskan mahasiswa untuk hunting di suku Kajang. 

“Mau ki lihat lansung seperti apa acaranya, apalagi ada tugas fotografi dari kampus. Jadi kita sempatkanmi hadir,” jelas Muh. Qodri salah satu anggota hunting. 

Melihat kebersamaan yang diperlihatkan Suku Kajang dalam melaksanakan acara adat, para mahasiswa Prodi KPI tersebut merasa senang karena bisa langsung berbaur dengan masyarakat sekitar. 

Dan yang paling mengesankan adalah jamuan masyarakat adat Kajang dalam menyambut kedatangan tim hunting. 

“Senang sekali ka bisa hadir di acara ini. Ramah ki penduduknya, baik ki, apalagi langsung ki na suguhkan makanan sebelum hunting,” tutur Derry Iriyansyah pendiri Rumah Produksi Dapur Cinema Makassar.

Perlu diketahui, masyarakat adat Kajang terbagi menjadi dua yaitu Kajang Dalam dan Kajang Luar. 

Untuk daerah hunting yang dikunjungi oleh mahasiswa Prodi KPI adalah suku Kajang Luar . 

Jadi, aturan adat mengenai penggunaan kamera di daerah tersebut tidak berlaku tak terkecuali untuk Kajang Dalam saja. (*)

Politik

Pendidikan

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN