SOROTMAKASSAR - BENTENG SELAYAR – Setelah melewati sebulan pembelajaran, sebanyak 56 calon guru penggerak (CGP) angkatan 10 Kabupaten Selayar, mengikuti lokakarya 1.
Lokakarya berlangsung di Aula SMK Negeri 1 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar. Mereka dibagi dalam tiga kelas dampingi tiga pengajar praktik.
Melalui lokakarya pertama itu, calon guru penggerak berbagi pengalaman belajar setelah sebulan mengikuti proses pembelajaran.
Pengajar praktik yang mendampingi calon guru penggerak dalam lokakarya itu mengawali kegiatan dengan ice breaking untuk mencairkan suasana dengan permainan kereta-keretaan, kegiatan itu membuat semua peserta menjadi bersemangat dan larut dalam kegembiraan.
Kegiatan berlanjut dengan diskusi kelompok membahas tentang nilai guru penggerak, peran guru penggerak, dan kompetensi guru penggerak. Diskusinya lebih interaktif .
Salah seorang calon guru penggerak dari Pulau Jampea Kamaluddin berkisah, untuk mengikuti lokakarya di Benteng, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Selayar butuh perjuangan ekstra.
Pria tersebut menempuh perjalanan laut mengendarai kapal kayu selama sembilan jam. Meski harus menempuh jarak yang relatif jauh Kamaluddin tetap semangat.
Kamaluddin mengaku ada perubahan mendasar yang terjadi pada dirinya setelah sebulan menjadi calo guru peggerak, khususnya dalam menghadapi murid-muridnya.
Jika selama ini, katanya cenderung memaksakan kehendak kepada peserta didik, sekarang tidak lagi, Pola pikirnya berubah. Peserta didik harus dituntun dalam belajar.
“Anak didik harus belajar sesuai kodrat zaman,” kata Kamaluddin, guru SD Lembongan Jampea.
Kamaluddin mengungkapkan juga sebelum mengikuti pendidikan calon guru penggerak, peserta didik wajib mengikuti peraturan yang dia buat kini berubah.
Tata dalam kelas menurut yang harus ditaati murid dibuat atas kesepakatan kelas bersama murid, sehingga murid lebih bertanggung jawab menjalankan ketentuan yang dibuat.
Tentang interaksi dengan koleganya sesama guru, Kamaluddin mengajak teman-teman sesama guru untuk berkolaborasi berbagi praktik baik tentang pengetahuan yang diperoleh sebagai calon guru penggerak.
“Kami bertukar gagasan, mengembangkan strategi pembelajaran,” kata Kamaluddin.
“Kami juga berbagi sumber daya untuk menciptakan pembelajaran interakti dan berpihak pada pada murid,” lanjut Kamaluddin.
Hal senada dikemukakan Kepala SD Tanabatu Andi Anita yang bertutur bahwa mengikuti pembelajaran sebagai calon guru penggerak, mindsetnya dalam menghadapi peserta didik berubah.
Menurut Anita sejak mengikuti program calon guru penggerak, dia gunakan pendekatan yang berpusat pada siswa, memahami kebutuhan dan minatnya, tidak lagi sepeti sebelumnya.
“Sebagai contoh, setiap pertemuan kami selalu membuat kesepakatan kelas agar proses pembelajaran berjalan sesuai harapan,” kata perempuan yang sebelumnya mengajar di SDI Benteng.
Dia melanjutkan, “Dalam kegiatan ekstrakurikuler, saya selalu menanamkan disiplin waktu. Baik jam datang maupun jam pulang.”
Menurut Andi Anita, dengan diawali kebiasaan disiplin waktu maka menjadi awal yang baik di setiap pertemuan. (*).