SOROTMAKASSAR - Wajo.
Kontraktor pelaksana Proyek Pemeliharaan Berkala Bendungan Kalola Tahun Anggaran 2022 yang berlokasi di Kabupaten Wajo menghadapi masalah lantaran penahan tanggul pada saluran pembuangan yang dikerjakan tiga bulan lalu roboh akibat longsoran tanah di bagian Barat bendungan.
Masalahnya, kegiatan pemeliharaan berkala berupa pekerjaan konstruksi yang akan menelan anggaran Rp 8,5 miliar, masih sementara berjalan ketika penahan tanggul tersebut roboh.
Peristiwa gagal konstruksi ini tentu diketahui para pekerja CV Karya Persada, beralamat di Palu, Sulawesi Tengah, yang melakukan aktivitas di sisi Timur Bendungan Kalola.
Atas kejadian tersebut tim teknis DPD Lidik Pro RI Kabupaten Wajo mendatangi lokasi proyek di Dusun Kalola, Desa Sogi, Kecamatan Maniangpajo Kabupaten Wajo, Rabu (27/07/2022).
Kegiatan investigasi LSM pemerhati infrastruktur ini menindaklanjuti laporan masyarakat sehingga mengikutsertakan sejumlah wartawan media online yang berdomisili di Kabupaten Wajo.
Sebagaimana diketahui Proyek Bendungan Kalola berada di bawah naungan Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Pompengan Jeneberang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Setelah dilakukan investigasi, saya sangat menyayangkan, pekerjaan konstruksi yang baru tiga bulan lalu dikerjakan, kok bisa roboh dan tidak bisa menahan longsoran tanah di bagian saluran pembuangan," ungkap Ketua DPD Lidik Pro RI Kabupaten Wajo, Ir.Nasir Rahim kepada wartawan.
Bahkan, Nasir tidak habis pikir, apa yang dikerjakan pengawas proyek, baik dari Satker maupun konsultan yang diberi tanggung jawab mengawasi jalannya pelaksanaan proyek.
Sesuai keterangan pengawas lapangan dari pihak kontraktor, lanjut Nasir, kejadian itu dipicu oleh luapan air sungai dari Dam Kalola.
"Informasi yang diperoleh di lapangan, mereka sudah menyelesaikan pekerjaan pada bagian yang mengalami longsor tersebut (sebelah barat sungai) tiga bulan lalu," paparnya.
Dari hasil investigasi tim teknis DPD Lidik Pro RI Wajo, diduga pekerjaan yang mengalami longsor tidak memiliki slot beton (spatu) yang terikat dengan satu kesatuan pondasi cakar ayam (pondasi poer) dan kolom beton.
Akibatnya, beberapa dinding beton mengalami pergeseran dan patahan. Masalahnya lagi, patahan di bagian Barat sungai tersebut sesuai spesifikasi teknis konstruksi yang tengah dikerjakan pada bagian Timur sungai.
Nasir selanjutnya menanyakan kepada kepada pengawas kontraktor yang ada di lokasi yang sementara mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
“Mana pengawas lapangan atau konsultan pengawas," tanya Nasir.
"Mereka jarang datang Pak," jawab Chandra, salah seorang yang mengaku staf bagian logistik CV Karya Persada.
Ketika ditanya soal PCM (Pre Construction Meeting), Chandra tidak mengerti, bahkan cenderung tidak tahu.
Menurut Ketua Lidik Pro RI, proses itu adalah rapat pra konstruksi yang menjelaskan kondisi lapangan secara faktual yang tertuang dalam Berita Acara rapat.
Terkait dengan rusaknya beberapa konstruksi yang panjangnya kurang lebih 100 meter, Nasir meragukan jika diakibatkan keadaan tanah yang labil.
Bahkan, katanya, cenderung pada pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
Jika tidak dijelaskan dalam rapat PCM, dapat diduga kesalahan pada pihak pengguna jasa dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
"Sebaliknya, bila kondisi lokasi dijelaskan dalam rapat PCM, tetapi penyedia jasa tidak mengikutinya, maka kesalahan berada pada pihak kontraktor," jelas Ketua Lidik Pro RI yang berlatarbelakang pendidikan arsitek.
Konstruksi pembangunan Bendungan Kalola dimulai pada tahun 1992 dan selesai tahun 1995. Bendungan ini dikerjakan oleh kontraktor PT Waskita Karya dan menghabiskan biaya anggaran sebesar lebih dari Rp 35 miliar.
Volume tampungan efektif Bendungan Kalola mencapai 58 juta m3.(ucok-ishak)