SOROTMAKASSAR -- Gowa.
Menjadi seorang tenaga bidan, dalam memenuhi panggilan hati nurani, guna membantu dan menolong sesama pada proses persalinan, merupakan hal yang mulia. Seperti yang dilakukan Bidan Sukarela Desa Panciro Kecamatan Bajeng Gowa, Ika Novianti Dewi, Amd.
Impiannya menjadi seorang tenaga bidan, terinspirasi dari tantenya yang telah lama menjalani dan menekuni profesi menjadi seorang bidan.
Ika Novianti Dewi menceritakkan, pada saat tantenya yang bidan itu menjalani tugas profesi membantu dan menyelamatkan ibu dan bayinya pada proses persalinan, dalam hati kecilnya mengatakan, betapa mulia perjuangan seorang bidan membantu proses persalinan.
Disaat-saat tante berhasil membantu persalinan dan mendengar tangisan pertama bayi membuat hati bahagia dan senang. Mulai saat itu, terpatri dalam hatinya untuk bercita-cita suatu saat akan jadi seorang bidan mengikuti jejak tantenya itu.
Jalan Impian
Jalan menggapai impian jadi seorang bidan mulai terbuka luas saat tamat SMAN 7 Makassar 2007. Ika Novianti Dewi, langsung memilih lanjut kuliah pada perguruan tinggi bidang kesehatan yakni, D3 Kebidanan Stikes Nani Hasanuddin dan berhasil menyelesaikan studi ahli madya kebidanan di tahun 2010.
Cita-cita masa kecil menjadi bidan akhirnya mulai menemukan titik terang, walau pun masih berstatus bidan sukarela. Profesi tenaga bidan sukarela di Puskesmas Bajeng Gowa dijalani mulai November 2010 sampai Juni 2014.
Pada awal tahun 2015, pindah lokasi kerja di Pustu Panciro Gowa dengan status tetap Bidan Sukarela Desa Panciro. Di desa ini, Ika Novianti Dewi, semakin menemukan harapan dan impian masa kecil membantu persalinan.
Semenjak mulai bertugas jadi bidan sukarela di Desa Panciro, sudah tidak terhitung jumlah ibu hamil yang telah dibantu persalinannya, sekaligus menyelamatkan nyawa anak dan ibunya
Tanpa terasa lima tahun waktu telah berjalan. Interaksi dengan masyarakat Desa Panciro pun dijalinn sangat baik.
Warga merespon dan menerima dengan senang hati kehadirannya sebagai bidan desa sukarela di tengah warga desa yang terdiri dari empat dusun itu.
Tangis Bayi
Wanita kelahiran Ujung pandang, 11 November 1989 ini menuturkan, sukanya ketika berhasil menyelamatkan ibu dan anak dalam proses persalinan. mendengarkan tangisan pertama sang bayi yang baru lahir sangat menyenangkan hati dan disitulah letak kebahagian tugas seorang bidan.
Sukanya yang lain, anak bayi yang lahir dalam tradisi masyarakat Desa Panciro, dilakukan prosesi aqikah. Acara selamatan dengan mengundang keluarga, handai tolan, dan tetangga, serta relasi, tentu saja termasuk bidan yang membantu melahirkan turut diundang pada acara itu.
Sebaliknya dukanya adalah terkadang tidak mengenal jam kerja dan harus siap siaga 24 jam. Biasa tiba-tiba pada tengah malam ada ibu hamil yang hendak melahirkan dan sudah brojol duluan di rumah, maka harus mengunjungi rumah pasien itu di tengah malam. Membantu persalinan status brojol sepanjang tahun 2020 sudah dua kali dilakukan, satu kali di Dusun Bonto Ramba.
Menghadapi kondisi brojol, maka langkah pertolongan pertama diberikan yaitu melihat kondisi bayi, jika kondisi bayi baik, lalu membantu ibu mengeluarkan plasenta. Setelah itu mengecek, apakah ada robekan atau tidak pada jalan lahir, dan dipantau lagi dua jam setelah partus.
Menurut Ika Novianti Dewi, menjalani hidup mengabdi selaku tenaga bidan, akan ditekuni buat selamanya. Dia telah enjoy menjalaninya, ditambah lagi penerimaan masyarakat yang sangat berempati, dan luar biasa sambutannya.
Dia mengungkapkan, warga masyarakat Desa Panciro sangat baik dan ramah. Bahkan, Kepala Desa Panciro serta para aparat Desa Panciro memberi bantuan alat-alat medis di Pustu dan Posyandu yang senantiasa digunakan guna memperlancar kerja tenaga bidan dalam melayani kesehatan warga Desa Panciro. (ulla/yahya).