Obituari drg. Hj Halimah Dg Sikati : Pejuang Pendidikan Dokter Gigi Itu Telah Tiada 


Oleh : M. Dahlan Abubakar

Di tengah kegembiraan umat Islam merayakan hari kemenangan dalam suasana yang kurang ceria, tiba-tiba pagi Ahad (24/05/2020) ini saya memperoleh pesan duka dari drg. Muhammad Ruslin, Sp.BM, Ph.D yang mengabarkan Bonda drg. Hj Halimah Dg Sikati berpulang ke rakhmatullah pagi hari ini. Kesehatan beliau dalam beberapa tahun terakhir ini kurang fit seiring dengan usianya yang memasuki 90 tahun.

Perempuan yang memilih tetap lajang yang dilahirkan 9 Januari 1926,  di Sinjai itu menjadi wanita perkasa di bidang pendidikan, khususnya Kedokteran Gigi. Anak kedua pasangan Ince Hanafi Dg Nuntung-Andi Muhaemina Daeng Bunga, juga merupakan perempuan pertama di Indonesia bagian Timur yang menyandang gelar dokter gigi.

Kedekatan saya dengan almarhumah begitu intens setelah biografinya yang ditulis kandas di tengah jalan, setelah sang penulisnya Asdar Muis RMS meninggal dunia 27 Oktober 2014 ketika baru saja hari berganti dari tanggal 26 Oktober setelah berkesenian di Benteng Rotterdam.  

Kepergian Asdar sempat membuat gundah drg Ruslin dan drg Tajrin, dua anak didik Halimah Dg Sikati yang memprakarsai penerbitan buku biografi Halimah Dg Sikati. Kegelisahan dua dokter spesialis gigi itu tak berlangsung lama, karena masih ada satu nama lagi yang direkomendasikan oleh salah seorang temannya, yakni saya, untuk menerima amanat penulisan yang belum selesai itu. Saya pun membalap penulisan buku setebal 258 halaman ini dalam sebulan yang padat hingga diluncurkan 21 Desember 2014 di Hotel Santika Makassar.

Halimah Dg Sikati, yang kelahiran Desa Bulo-Bulo ini sudah diramalkan menjadi seorang yang hebat, karena lahir pada saat menjelang azan subuh. Konon kabarnya, seseorang yang lahir ketika hari masih gelap bakal menjadi seorang pemberani.

Dari beberapa catatan, seorang anak yang dilahirkan pada waktu subuh memiliki karakter terpuji. Simak saja uraian kata : "ANAK LAHIR DI WAKTU SUBUH" berikut ini. Saya hanya mengurai huruf demi huruf. A(manah) N(aif) A(lim) K(omited) L(emah lembut) A(dil) H(arum) I(khlas) R(ealistik) D(inamik) I(idealistik) W(arak, patuh dan taat pada Allah) A(dil) K(reatif) T(egas) U(ntung) S(uci) U(lung) B(ijaksana) U(tuh) H(arum).

Catatan lain menyebutkan, sepanjang apa yang dilakukan oleh mereka yang lahir pada subuh hari akan memiliki cita-cita yang tinggi. Kemauan yang besar ingin mencapainya. Dia akan memeroleh kejayaan dalam semua usaha atau pekerjaan yang dilakukannya.

Jika kita menyimak ‘uraian’ fonem (huruf) tersebut dan dipadankan dengan sosok Halimah Dg Sikati, tampaknya menyatu dan memadu secara utuh. Semua yang termaktub itu hampir tidak ada yang meleset pada sosok perempuan tangguh ini dalam berbagai tindakan dan perilaku akademik maupun bermasyarakatnya hingga kini. 

Halimah Dg Sikati, perempuan dokter gigi pertama di Sulawesi Selatan bahkan mungkin di Indonesia Bagian Timur. Dia menyelesaikan pendidikan dokter gigi di Surabaya pada tahun 1953 atau tepat pada usianya 24 tahun. Berakhirnya pendidikan dokter gigi ternyata mengawali kegalauannya. 

Dia paham, masa sekolah merupakan sebuah jembatan mewujudkan cita-cita. Ada kegelisahan mengusik dirinya pasca-menyandang gelar dokter gigi. Pendidikan dokter gigi tidak berjalan seiring dengan pendidikan dokter umum yang lebih dulu menghasilkan banyak dokter. Para pemuda dan pemudi jika hendak mengambil gelar dokter gigi harus menyeberang ke Pulau Jawa.

Bagi perempuan, ini merupakan sebuah perjuangan yang tidak ringan dan mudah.
Kaum hawa di Tanah Bugis-Makassar harus berhadapan dengan tradisi dan adat yang menempatkan pendidikan belum begitu penting bagi kaum hawa. Perempuan hanya  boleh mengenyam pendidikan agar lepas dan buta huruf (tuna aksara) yang membantunya dapat menulis dan membaca.
Perempuan ujung-ujungnya kembali ke dapur dan kasur.  Menikah dan menjadi ibu rumah tangga serta melahirkan dan membesarkan anak.

Di dalam hati Halimah Daeng Sikati ada pemberontakan gender. Tidak, tidak, perempuan pun harus menikmati pendidikan seperti juga laki-laki. Tidak boleh ada diskriminasi. Perempuan pun harus memeroleh perlakuan yang sama seperti juga lawan jenisnya.

Cita-citanya yang pertama adalah menghadirkan lembaga pendidikan dokter gigi di Sulawesi Selatan. Hatinya tidak tenang. Nuraninya selalu gundah memikirkan, dirinya tidak harus seorang diri menjadi dokter gigi. Harus ada orang dan juga perempuan lain yang menyandang gelar  seperti dirinya.

Upaya demi upaya yang tidak kenal lelah dilakukannya untuk menghadirkan satu lembaga pendidikan dokter gigi sebagaimana layaknya pendidikan dokter umum yang sejak tahun 1950 sudah hadir di Makassar, tepatnya di Universitas Hasanuddin. Halimah paham betul, ada bagian penting di tubuh manusia yang sangat perlu ditangani secara spesifik dengan latar belakang pendidikan dan keahlian seperti dirinya.

Langkah pertama yang ditempuhnya adalah menjadi dokter gigi di Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan begitu meninggalkan almamaternya di Kota Pahlawan Surabaya. Semangatnya menghadirkan unit pendidikan dan perawatan gigi yang mandiri ditandai gebrakannya menjadi Kepala Dinas Kesehatan Gigi Provinsi Sulawesi Selatan, suatu unit yang tentu saja mungkin tidak ditemukan di provinsi lain pada tahun 1960-an itu.

Upayanya menghadirkan lembaga pendidikan kedokteran gigi mulai tersingkap ketika Halimah ditarik sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Unhas pada tahun 1966 hingga 1969. Bersamaan dengan kehadirannya di Fakultas Kedokteran, Bagian Kedokteran Gigi dan Mulut pun dibuka. Ini merupakan pembuka jalan menuju cita-citanya menghadirkan lembaga pendidikan dokter gigi di Makassar.

Pada tahun pertama, tercatat sedikitnya 30 mahasiswa yang melamar ke pendidikan kedokteran gigi ini. Melalui mahasiswa yang mendaftar itu diharapkan Departemen Pendidikan dan Pengajaran akan tergerak hatinya meluluskan usulan Universitas Hasanuddin menghadirkan Fakultas Kedokteran Gigi. Ternyata departemen tetap bergeming, belum merestui berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi dengan alasan pembiayaan.

Akhirnya, 30 mahasiswa yang terlanjur mendaftar sebagai cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) harus banting stir. Mereka terpaksa menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum tanpa melalui tes.

Almarhumah drg.Hj Halimah Dg Sikati menjalani purnabakti sebagai pegawai negeri sipil dengan Gol.IV/C per Desember 1992. Dia menjalani Pendidikan “HIS/Schakel School” (Tamat 1941), “Shihan Gakko” (1943), SMP Nasional (1946), AMS/HBS (Algemene Middelbare School (1949),  Kedokteran Gigi (LKG) Surabaya (1953), “Post Graduate Oral Surgery New York University" (AS) Tahun 1959-1960.

Selama hidupnya pernah menjabat : Dokter Gigi Kanwil Departemen Kesehatan Prov. Sulsel” (1953-1960), Kepala Dinas Kesehatan Gigi Prov. Sulsel (1960-1972), Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Unhas (1966-1969), Kepala Bagian Ilmu Penyakit Gigi/Mulut FIIK Unhas (1967-1983), Dokter Gigi diperbantukan ke Negara Bagian Kedah Malaysia (1972-1977).

Kemudian, pindah dari Departemen Kesehatan ke Depdikbud (1984), Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (2 periode + perpanjangan setahun) (1984-1991), Ketua Pusat Studi Wanita Unhas (1990), Ketua Tim Kerja Sama Luar Negeri Unhas (Program Kerja Sama LN, 1991-1993), Tenaga Pembimbing dan Moderator/Narasumber Lembaga Penelitian Unhas dalam Peningkatan Mutu Hasil Penelitian yang dilaksanakan para dosen Unhas, khususnya dosen tetap FKG Unhas dan  Anggota Panitia Penyelenggara Pekan Penerangan Pedesaan Tingkat Nasional Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (1991-1992).

Anggota Kelompok Kerja Penanggulangan AIDS Provinsi Sulsel (1993),
Anggota Tim Pengarah di dalam Penyelenggaraan Konferensi The Third South West Pacific Conference on Regional Peace Stability & Resilience Universitas Muslim Indonesia (UMI) (1992), Dosen tetap Fakultas Kedokteran Yayasan Badan Wakaf UMI  dalam bidang Kedokteran Gigi (1995-sekarang), Anggota Senat Lengkap UMI (1998), dan Anggota Tim Evaluasi dan Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Yayasan Badan Wakaf UMI (1999).

Dalam Bidang Organisasi, mendirikan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Makassar sekaligus menjadi ketuanya tahun 1960, mendirikan Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) Cabang Makassar sekaligus menjadi ketuanya tahun 1963, Ketua Yayasan Wakaf Merdeka Perguruan Nasional Makassar (1999-sekarang), Ketua Persatuan Putra-Putri Perintis Kemerdekaan Indonesia (P4KI) Cabang Makassar (19975-sekarang), Ketua I Persatuan Wredatama (Pertama) Februari 2004-sekarang.

Jasa-jasa dan perjuangan dalam memajukan Kesehatan Gigi dan Pendidikan Dokter Gigi di Sulawesi Selatan, mendirikan Balai Pengobatan Gigi Ibu Kartini, Pattunuang Makassar (1963), mendirikan Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) tahun 1967, mendirikan Fakultas Kedokteran Gigi Unhas melalui Sejarah singkat sebagai berikut :

1 Januari 1969   mendirikan Institut Kedokteran Gigi Yos Sudarso kerja sama                               ALRI, 23 Januari 1969 : Institut Kedokteran Gigi (IKG) Yos Sudarso diubah namanya menjadi Departemen Kedokteran Gigi FK Unhas, 27 Juli 1970 : Dep. Kedokteran Gigi FK Unhas diakui Depdikbud dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0226/1970. 

Juni 1974  Dep. Kedokteran Gigi FK Unhas diubah menjadi Jurusan Kedokteran Gigi FK Unhas, 22 Februari 1983 : Jurusan Kedokteran Gigi FK Unhas menjadi FK berdasarkan SK Rektor Unhas No.91/O/02/83. Tanggal 8 Desember 1983 : FKG Unhas diakui oleh Depdikbud dengan SK Mendikbud RI                             No.0563/O/1983 dan resmi masuk dalam lingkungan Unhas menempati bekas gedung Fakultas Hukum di Jl. Kandea Baraya Makassar. 1984 : Seluruh aktivitas, baik akademik, maupun administratif dipindahkan dari ALRI Jl. Satando ke Unhas, Jl. Kandea Kampus Baraya, Makassar.

Pada 1984-1991 Dekan FKG Unhas dengan SK No. 28258/C/K1.2/84 tanggal 24 April 1984 dan SK No.42153/121.2/C/87 tanggal 1 Juli 1987. Pada tanggal 4 Januari 2006 sebagai orang yang berjasa pada kelahiran FK Unhas khususnya dalam Pengembangan Bagian Kesehatan Gigi & Mulut.

Namanya kini diabadikan pada Aula Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) – yang sudah meraih predikat paripurna – Universitas Hasanuddin di Jl. Kandea. (*)
 

Politik

Pendidikan

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN