New Normal di Tengah Pandemi Covid-19, Peduli Diri dan Empati

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Situasi pandemi virus Corona dan kebijakan Work From Home (WFH) alias bekerja di rumah, perlahan-lahan memaksa kita, harus berdaptasi dengan suasana dan rutinitas baru. Apakah pandemi Covid-19 ini niscaya akan berlalu? Lalu, bagaimana pengaruhnya dalam konteks psikologi sosial?.

Istilah new normal muncul di Indonesia setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif.

Hal itu menjadi salah satu tema Seri Ngobrol 1 (SN1) dari pakar psikologi,  yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (LAPAKKSS) baru-baru ini melalui virtual aplikasi zoom.

New Normal disebut-sebut menjadi era setelah pandemi Covid-19 sebagai pokok bahasan tampaknya sangat menarik. Peserta bukan saja dari kalangan seniman, budayawan dan akademisi, melainkan kalangan mahasiswa psikologi berbagai perguruan tinggi, seperti Unhas, Untag Surabaya, Universitas 17 Agustus Surabaya, ‎Universitas Sam Ratulangi Manado, Universitas Brawijaya Malang, dan Universitas Muhammadiyah Malang.  



A. Putera Pratama, P.Si, salah seorang psikolog), mempresentasikan New Normal dalam aspek psikologi, yaitu emosi, pikiran, perilaku dan fisik.

Dia melihat kondisi sekarang ini sebagai fase bencana adalah optimistis yang dibuktikan dengan banyaknya orang memberi bantuan di masa pademi Covid-19.

Sementara, bagaimana membantu diri sendiri di saat kondisi sekarang susah tidur, malas keluar rumah, dan malas untuk ngobrol.

Lambat laun perubahan itu ada, lanjut A. Putera Pratama. di mana orang sudah pakai masker, physical distancing, dan cuci tangan.

New Normal bisa sehat secara mental dengan tiga aspek, yaitu (a). kita harus bahagia, covid sebagai teman (karena begitu kondisinya), (b). adaptasi harus didukung, (c).kreativitas untuk menemukan sesuatu yang membuat senyaman mungkin di rumah.

Budayawan, Yayath Pangerang (Budayawan) kemudian menanggapinya dengan menggarisbawahi dua kata kunci,yaitu mengerikan kondisi sekarang dan apakah kita ini selamat atau celaka.

New Normal, menurutnya, mempunyai dimensi yang sangat luas. "Saya melihat Covid-19 ini muncul, ada peristiwa budaya dan politik, yang mestinya juga disentuh dalam konteks budaya.

Sampai kapan Covid-19 ini, demikian pertanyaan yang mengemuka dari  Anil Hukma. Pendapatnya sangat sederhana, akademisi dan penulis ini kemudian memprediksi wabah corona akan hilang jika vaksin sudah ditemukan.

"Saya optimis, manusia selalu beradaptasi. Cepat atau lambat, hanya prediksi protokoler kesehatan lebih tahu, namun secara psikis menimbulkan kecemasan," paparnya.

A. Putera Pratama menanggapi kedua pertanyaan itu secara singkat. "Semua itu pada kondisi emosi. New Normal kita lebih peduli diri kita, dan empati ke orang lain. (rk)

Politik

Pendidikan

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN