SOROTMAKASSAR - MAKASSAR
Pada pergelaran teater daerah 2024 yang berlangsung di Baruga Benteng Somba Opu diselenggarakan UPT. Taman Budaya Benteng Somba Opu, para pengamat seni teater yakni Dr. Asia Ram Prapanca, M.Pd (Maestro Teater), Arman Dewarti (Sutradara dan Sineas), dan Dr. Arifin Manggau, M.Pd (Ketua DKSS), memberikan pandangannya terhadap pertunjukan yang telah berlangsung.
Edisi lalu, Ram Prapanca sapaan akrabnya telah memberikan tanggapan positif terhadap pertunjukan Sang Karaeng di IGD Naskah/Sutradara Yudhistira Sukatanya (Drs. Eddy Thamrin,.MM). Ia menilai bahwa naskahnya terstruktur dengan baik, menggabungkan elemen realis dan non-realis. Kostum yang digunakan oleh para tokoh beragam, dan terdapat banyak tokoh antagonis, termasuk anggota DPRD, serta berbagai peristiwa yang kompleks. Dari segi tata artistic, Prpanca menyoroti penggunaan komposisi adegan dan pencahayaan terang yang membuat property pemain terlihat jelas. Akhir cerita dinilainya cukup bagus, dan penonton tampak antusias dalam menyaksikan pertunjukan ini.
La Coki “Non Realis”
Di pertunjukan kedua Teater Griya Seni Barombong (Grisbon) “ La Coki” diangkat dari kisah Meongpalo Karrelae Sutradara Andi Bahar (Bahar Merdhu). Menurut Ram Prapanca terhadap pementasan La Coki yang menggambarkan sebuah pementasan non-realis yang berhasil menarik perhatian melalui pengangkatan sejarah dan mitos yang kaya.
Sebelum mengulasnya berikut daftar penonton yang terpantau menyaksikan LA COKI, berdasrakan Catatan Teater Keliling(Grisbon), diantaranya; Asia Ramli, Arman Dewarti, Arifin Maggau, Andi Abubakar Hamid & Istri, Fattah Tuturilino, Aco Ober, Jamal Kalam, D Luna, Maskur Al Alif, Anjas Cambang, Kadir Ansari, Moch. Hasmi Ibrahim, Yudhi Rahman, Bahar Karca, Agus Linting, Aco Brown, Rachim Kallo, Sri Indrayanti, Seniman" yang tak sempat tersebut, Kelompok Sinerji Teater Makassar, Siswa" dan guru SMP Negeri 15 Makassar, Soupoter dan tetangga Teater Grisbon, Pegawai" Taman Budaya, Ibu Erlin, dkk (Perpus Sulsel).
Pementasan ini menggabungkan elemen-elemen visual dan simbolis yang kuat, terutama pada adegan di mana La Coki tampil dengan teknik yang mengesankan. Meskipun begitu, Ram Prapanca mencatat bahwa tokoh Meongpalo yang diperankan oleh Bahar Merdu masih memerlukan latihan lebih intensif dalam olah tubuh, meskipun tidak disangka bahwa Bahar bisa memainkan peran tersebut dengan cukup baik.
Cerita yang disampaikan, yakni tentang warga yang berusaha mengusir tikus-tikus dengan kemunculan Meongpalo dari lumbung padi, didukung dengan sangat baik oleh pemain anak-anak yang mengenakan kostum hitam. Penampilan mereka dipuji sebagai elemen yang sangat baik dari keseluruhan pementasan. Tidak hanya itu, tata artistik yang menampilkan pajo-pajo dengan topi petani tergarap dengan apik, memperkaya visual dari setiap adegan di mana Meongpalo muncul.
Bahar Merdu, yang telah lama berkecimpung dalam dunia teater anak-anak dan memiliki pengalaman membina Teater Anak-anak Grisbon hingga ke tingkat nasional, menunjukkan penguasaan yang tinggi dalam pementasan ini. Meskipun masih ada ruang untuk pengembangan, khususnya dalam olah tubuh, pengamatan Ram Prapanca menyoroti betapa pementasan ini, yang sebelumnya juga telah ditampilkan pada acara F8, tetap berhasil memukau dengan eksekusi artistiknya yang matang.
Akkasaraki Nabbia “Mengajarkan nilai-nilai agama siswa”
Dalam pertunjukan Akkasaraki Nabbia yang disutradarai oleh Drs. Alim Basri, para siswa SMPN 15 tidak hanya menampilkan kemampuan aktingnya, tetapi juga menunjukkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai agama yang terkandung dalam naskah. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, mengingat bahwa para pemerannya adalah siswa-siswa SMP yang masih dalam proses pembelajaran.
“Secara keseluruhan, partisipasi siswa SMPN 15 dalam pertunjukan ini bukan hanya sekadar penampilan di atas panggung, tetapi juga proses pendidikan yang mendalam,”kata Ram Prapanca menambahkan melalui teater, mereka dapat memahami dan mengaplikasikan ajaran agama dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, yang tentu saja akan memberikan dampak positif dalam pembentukan karakter mereka di masa depan.
Ulasan dari pengamat Arman Dewarti (Sutradara dan Sineas), dan Dr. Arifin Manggau, M.Pd (Ketua DKSS), akan dilanjutkan pada edisi mendatang. (pw/rk).