SOROTMAKASSAR - SELAYAR.
Menyimak sejumlah informasi media televisi nasional yang menayangkan gambar-gambar upaya pencarian dengan speedboat Basarnas yang penjelasannya menyebut upaya pencarian korban kapal tenggelam di perairan Selayar, membuat sebagian penonton televisi di daerah ini geli dan kesal.
Pasalnya pencarian terhadap korban di wilayah pelajaran Takabonerate yang banyak ditemukan korban kapal naas tersebut belum sama sekali ada aktivitas seperti itu.
"Kesannya mencari korban, sementara lokasi pencariannya ada di sebelah selatan ke arah timur Pulau Selayar, yang jaraknya bermil-mil laut dari gambar yang ditayangkan televisi," jelas Bobi salah seorang warga pulau di grup WA orang pulau, Rabu (13/3/2024) malam.
Ditambah lagi penjelasan Basarnas Makassar nara sumber di televisi, seolah-olah mereka ada di pulau sini. "Allahu Akbar, memang harus hati-hati kita mengkonsumsi informasi media," jelasnya.
Menurut Bobi, hingga saat ini Rabu (13/3/2024) dirinya tidak pernah melihat ada upaya pencarian di sekitar Pulau Jinato dan Pulau Rajuni. Yang ada adalah dua orang korban selamat ditemukan warga dan dibawa ke kedua pulau ini.
"Sekali lagi bukan ditemukan Tim Basarnas tapi ditemukan oleh perahu warga yang melintas," kuncinya.
Sementara itu, sejumlah komentar netizen di medsos warga Selayar menyayangkan lambatnya upaya pencarian oleh lembaga terkait. Dan ada kesan sangat tidak peduli. Yang terlihat adalah aparat desa, TNI dan Polri yang bertugas di sejumlah pulau yang aktif melakukan monitoring. Itupun sangat terbatas gerakannya karena fasilitas resque yang tidak ada disemua pulau.
Catatan yang diterima, masih ada 21 orang awak kapal naas yang tenggelam belum ditemukan dan belum diketahui nasibnya. Sementara 12 lainnya ditemukan dan diselamatkan warga di Pulau Jampea, Pulau Kayuadi, Pulau Jinato dan Pulau Rajuni.
Belum ada konfirmasi resmi mengenai perkembangan informasinya. Namun diperoleh kabar bahwa kapal naas tersebut bukan bernama Dewi Jaya 2 tapi bernama Yuiee Jaya 2.
Sulitnya mendapat informasi mengenai kejadian ini diperparah dengan tidak adanya posko pengaduan ataupun posko terpadu. Sehingga banyak informasi liar terkait kejadian dan upaya pencarian yang dinilai menyesatkan dan mendramatisir proses pencarian. (Sabir)