SOROTMAKASSAR -- NUSA DUA. Catur Ariyanto Widodo dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyampaikan komitmen lembaga ini terhadap keberlanjutan industri sawit dan pencapaian SDGs. Sebagai special operating agency yang dibentuk agar industri kelapa sawit dapat mengatasi aspek-aspek pembiayaan ini menjalankan serangkaian program dalam upaya menjadikan sawit berkelanjutan.
Dampak berikut program-program yang sudah dilakukan terbukti mempengaruhi pencapaian SDGs.
Dua program utama yang dijalankan BPDPKS yakni program peremajaan kebun (replanting) bagi petani rakyat dan program biodiesel. Keduanya berkontribusi pada pemenuhan tujuan SDGs nomor 8 (decent work and economic growth) dan tujuan SDGs nomor 7 (affordable and clean energy).
Industri kelapa sawit sendiri menyatakan komitmennya terhadap SDGs. Terkait dengan isu ketenagakerjaan misalnya, industri ini bergandengan tangan dengan International Labour Organization (ILO) dalam mendukung masalah ketenagakerjaan yang layak.
Ke depan, menurut Michiko Miyamoto dari ILO, kerja sama semacam itu akan ditingkatkan bersama-sama dengan perwakilan manajemen dan pekerja pada level perkebunan.
Sedangkan Bayu Krisnamurthi dari IPB yang memandu konferensi hari pertama 14th Indonesian Conference Palm Oil itu menegaskan bahwa industry kelapa sawit sangat berkontribusi kepada SDGs. Kontribusi itu sudah terlihat pada saat industry ini melakukan proses seperti biasa (sebelum tuntutan SDGs).
“Sehingga, jika kita memang sengaja membuat proses bisnis yang sesuai dengan SDGs, maka akan lebih banyak kontribusi yang dihasilkan,” katanya.
Terkait harga CPO, menurutnya, ada dua keuntungan langsung yang dapat meningkatkan harga CPO, yakni branding dan program mandatori biodiesel B20. Dengan kontribusi terhadap SDGs Indonesia dapat mengatakan bahwa industri ini bersih dan baik.
Sementra dengan program B20, jika kita semua bekerja sama akan dapat menangani program ini dan selanjutnya berkontribusi terhadap pencapaian SDGs. (Laporan Tasman Banto)