SOROTMAKASSAR -- Makassar.
Siapa sangka sosok Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Wahyu Dwi Ariwibowo ini begitu ramah. Selain itu ia juga orang yang murah senyum kepada semua orang.
Jika melihat ia tak mengenakan seragam, tidak ada yang menyangka bahwa Wahyu Dwi Ariwibowo seorang polisi.
Kepada SOROTMAKASSAR.COM, Kombes Pol Wahyu Dwi Ariwibowo sangat bersemangat menceritakan kisah hidupnya yang penuh liku-liku untuk bisa masuk polisi.

Ia menyebutkan, cita-citanya menjadi polisi sudah sejak dini, dia mempersiapkan diri mulai dari sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama.
"Saya mau kemana lepas SMA nanti, saya pikirkan di SMP, jadi bukan pas di SMA lagi," katanya saat ditemui dikantornya, Jumat (12/04/2019).
Hidup Wahyu Dwi Ariwibowo muda menjadi lebih sulit, sewaktu almarhum ayahandanya, Wahyudin berpulang ke rahmatullah. Ia menyadari betul tanggung jawabnya sangatlah besar.
Dia memiliki satu kakak perempuan dan satu adik laki-laki, serta ibu bernama Rosmatina yang harus dibiayai. Saat itu ia masih duduk di Sekolah Menegah Atas.
"Segala usaha semua saya lakukan mulai dari menjual es lilin hingga beternak ayam. Ayah hanya seorang kepala desa, apalagi dulu kepala desa tak mendapatkan gaji beda dengan sekarang, jadi hidup kami bergantung pada sebuah ladang kecil," ungkapnya.
Hal itu memicunya agar lebih giat lagi, hingga akhirnya laki-laki kelahiran 1971 ini, memutuskan dari desa terpencil ia hijrah menuju kota kecamatan, yang masih satu daerah yaitu Klaten, Jawa tengah.
Disana dirinya melihat peluang dan tak menyia-nyiakannya. Lantas ia pun menjual motor kesayangannya untuk bisa dijadikan modal.
"Saya buka warung fotocopy didekat daerah perkantoran, dan saya kesekolah naik bis," ceritanya.
Setelah lulus SMA ditahun 1990, dia mendaftarkan diri ikut tes di ABRI namun tak lulus. Kendati demikian, lantas tak menyurutkan semangatnya.
Ia mencoba lagi ikut tes angkatan darat dan laut juga tidak lulus, hal yang sama ketika ia mendaftar di penerbangan IPD. Setelah lima kali gagal dia tak berputus asa.
Dari kegagalan tersebut dirinya mulai belajar dan terus berusaha. Hingga tahun berikutnya dirinya mencoba seleksi ABRI dan diterima di AKPOL.
"Semuanya tidak dibayar dan gratis. Jadi salah itu kalau ada yang bilang jadi polisi mesti bayar," tuturnya.
Selama mengikuti pelatihan polisi, bapak tiga anak ini tidak menemui kesulitan. Didikan orang tuanya yang disiplin telah membantunya menyelesaikan pelatihan di AKPOL.
Begitu pula sekarang dengan jabatannya sebagai Kapolrestabes Makassar, pengalaman organisasinya seperti karang taruna, OSIS dan kepramukaan, sudah memberinya banyak pelajaran.
"Saya sangat bersyukur untuk itu, apa yang bisa saya lakukan untuk masyarakat dan negara saya lakukan dengan baik," tuturnya.
Suami dari Dwi Ambarwati ini juga mendidik Raditya, Anggara, dan Virza disiplin, ketat, namun tetap mengedepankan demokrasi.
Contohnya saja anak sulungnya yang mengikuti jejaknya menjadi polisi. Sedang anak keduanya memilih bidang akademik dengan kuliah di Jakarta.
"Saya mendukung semua keinginan anak-anaknya selagi itu baik," tandasnya. (ht)