* Dari Webinar Nasional Sastra IISBUD Sarea Sumbawa
SOROTMAKASSAR -- Sumbawa.
Pandemi Covid-19 selain berdampak negatif bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, namun juga berpengaruh positif bagi produktivitas dan kreativitas karya sastra. Selain mengisi kegiatannya dengan proses pembelajaran daring, para mahasiswa memiliki banyak waktu luang di rumah untuk berkreasi, termasuk menciptakan karya sastra.
“Saya sendiri selama dua bulan pertama Covid-19 mampu menghasilkan satu buku yang kini dalam proses penerbitan,” kata Dosen Tidak Tetap FIB Unhas yang juga Ketua Yayasan Lembaga Pers Sulawesi Selatan Dr. H. M. Dahlan Abubakar, M.Hum dalam Webinar Nasional Sastra Institut Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Samawa Rea (IISBUD Sarea) Sumbawa melalui “zoommeeting”, Kamis (29/10/2020) pagi.
Webinar Nasional yang dibuka Rektor IISBUD Sarea Miftahul Arzak, S.Ikom, MA tersebut juga menampilkan pemateri lain Dr.Akhmad Tabrani, M.Pd, Penulis dan Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Malang (Unisma).
Kegiatan yang dilaksanakan memeriahkan Dies Natalis VI IISBUD Sarea ini bertema “Produktivitas Menulis Sastra pada Masa Normal Baru.
Mantan Kepala Humas Universitas Hasanuddin itu mengungkapkan, pada bulan-bulan awal penyebaran Covid-19 dia menugaskan para mahasiswanya menulis cerita pendek (cerpen) tentang wabah tersebut.
Empat puluh mahasiswa peserta mata kuliah “Penulisan Kreatif” menghasilkan karya dengan tema yang seragam tentang Covid-19. Mereka menulis cerpen dengan menempatkan Covid-19 tersebut dalam beragam perspektif yang cukup menarik.
Dahlan mengatakan, lima faktor utama dalam proses kreatif, yakni faktor psikologis, didaktis, sosiologis, ekonomis, dan estetik. Dua faktor pertama berasal dari dalam diri dan dipengaruhi oleh faktor internal pengarang sendiri. Faktor ketiga dan keempat merupakan faktor eksternal, khususnya berkaitan dengan pengaruh masyarakat kontemporer. Kedua faktor ini berkaitan dengan keterlibatan pengarang di dalam dan sebagai anggota masyarakat.
“Faktor terakhir, estetik, merupakan bentuk pengungkapan itu sendiri yang melahirkan sikap berekspresi dan ciri-ciri dengan mengandalkan subjektif imajinatif,” ujar penyandang Uji Kompetensi Wartawan Utama Dewan Pers tersebut.
Dr. Akhmad Tabrani yang tampil sebagai pemateri kedua menyebutkan, pengarang merupakan seorang interpretator kehidupan yang memproduk karya sastra sebagai sesuatu yang bernilai estetik. Di era normal baru dengan generasi muda yang melek literasi dan teknologi informasi akan merupakan iklim positif bagi penciptaan karya sastra.
“Sebaiknya, para penulis muda mencatat apa-apa yang dialaminya agar tidak mudah lupa. Saya sendiri mencatat berbagai peristiwa di dalam gawai yang jumlahnya mencapai ribuan,” ujar penulis dan dosen yang menyelesaikan S-1 dan S-2 di IKIP Malang (Universitas Negeri Malang, sekarang) dan S-3 di Universitas Udayana Denpasar, Bali tersebut.
Menyikapi era normal baru dengan generasi milenial, kata Akhmad Tabrani, diperlukan bagaimana menyiapkan lulusan, yang mampu membaca dan menganalisis data, literasi teknologi, menciptakan kecerdasan buatan (“artificial intelligence”), dan lieterasi manusianya itu sendiri.
“Kita sekarang sudah bermigrasi virtual dan itu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses kreatif karya sastra,” ujar Akhmad Tabrani pada Webinar yang dipandu Hendra Gunawan, M.Pd, Dosen Sastra Indonesia IISBUD Sarea, Sumbawa.
Rektor IISBUD Sarea, Mistafhul Arzak, yang saat webinar berlangsung sedang berada di suatu tempat mengatakan, institut yang dipimpinnya baru akan memasuki usia ke-6 tahun, yang jika diibaratkan dengan manusia masih murid taman kanak-kanak. Oleh sebab itu, institut ini melihat kanan-kiri agar dapat saling tukar ide dan gagasan untuk mengembangkan dirinya ke depan.
“Saat ini IISBUD Sarea terdiri atas tiga fakultas, yakni Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Budaya,” ujar Mistahul Arzak dalam acara yang juga diikuti Wakil Rektor (WR) I Rusmin Nurjadin, S.Pd, M.Pd, WR II Ramlafatma, SP, M.M.Inov.dan WR III Joni Firmansyah, S.IP, M.IP.
Ia mengatakan, IISBUD Sarea dipimpin oleh para anak muda yang masih berusia di bawah 35 tahun. Oleh sebab itu, institut ini berjuang dan bergerak cepat. Ke depan, kegiatan seperti ini akan selalu dilaksanakan guna semakin memperkaya pengetahuan para mahasiswa.
Dalam webinar yang diantar protokol Syamsu Alvin tersebut merekam beberapa penanya yakni, Agustina Sukardin, Yayuk Kurniaty, Nur Halimah, Amrullah Rul, dan Wardiman. Lalu Muhammad Irwan, dan juga Jumianti Diana, SS, M.Pd selaku Ketua Program Studi Bahasa Indonesia IISBUD yang menyampaikan catatan kecil atas penyelenggaraan Webinar nasional tersebut.
Hendra Gunawan menjelaskan, webinar memperoleh perhatian dan antusias tidak hanya peserta yang ada di Sumbawa Besar, tetapi juga ada dari Jawa, Lombok, dan Bima. Webinar berlangsung selama dua jam tepat.
IISBUD Samawa Rea ini dibina Yayasan DEA MAS pimpinan Dr. H. Zulkiefilmansyah, SE, M.Sc yang kini menjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) didirikan pada 27 Agustus 2014 dengan tiga fakultas, yakni Hukum dengan Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dengan Prodi S-1 Ilmu Pemerintahan dan S-1 Sosiologi, dan Fakultas Ilmu Budaya dengan S-1 Sastra Indonesia, Ilmu Sejarah, Seni Tari, dan Seni Musik. (mda)