Oleh : M. Dahlan Abubakar
FOTO fenomenal yang saya jepret pada saat pelepasan kontingen PON XVII/2008 Kalimantan Timur di Baruga Sangiaseri Rumah Jabatan Gubernur Sulsel selalu mengingatkan saya jika mendengar nama Lie Tanser.
Foto itu, memperlihatkan saat Lie Tanser dan Anita Tandi mendemonstrasikan atraksi Dansaports yang membuat orang begitu terpesona, termasuk Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, Gubernur Sulsel waktu itu yang melepas kontingen.
Foto itu kemudian menjadi salah satu pengisi buku Laporan Kontingen PON XVII-2008 Provinsi Sulawesi Selatan yang saya tulis. Di dalam buku setebal 127 halaman ‘’fullcolor” tersebut juga tercantum, Lie Tanser sebagai salah seorang atlet Dansasports Sulawesi Selatan yang berlaga di PON XVII itu.
Sepasang anaknya, Robby Tanser dan Meryl Tanser, juga termasuk atlet cabang olahraga ini bersama Anita Tandi, Cynthia Lousina, dan Milton Tamboto dengan pelatih/manajer Stefanus Funardi.
Kini, pria yang setelah PON XVII Kalimantan Timur beralih menjadi pelatih itu telah tiada. Masyarakat olahraga Sulawesi Selatan, khususnya Dansasports, kehilangan seorang pelatih handal Selasa (30/06/2020).
Almarhum yang dilahirkan tahun 1957 meninggalkan dua orang anak yang juga merupakan atlet olahraga Dansasport Sulawesi Selatan dan peraih medali emas pada PON XVII Kalimantan Timur 2008.
Stefanus Funardi salah seorang Pengurus Provinsi Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI) Sulawesi Selatan yang saya konfirmasi Rabu (01/07//2020) membenarkan kepergian Lie Tanser.
Menurut Stefanus, almarhum memiliki riwayat gangguan asam lambung dan selalu mengonsumsi obat bagi kesembuhan penyakitnya. Namun Sabtu (27/6/2020) menderita sesak napas dan langsung dilarikan ke RS Pelamonia.
“Kita kehilangan seorang pelatih. IODI Sulsel beruntun ditimpa kedukaan yang mendalam setelah beberapa waktu lalu, Nico Simen, SH yang juga Ketua IDOI Sulsel berpulang,” ujar Stef, panggilan akrabnya, dihubungi melalui telepon.
‘Menurut Stef, sejak masuk rumah sakit itu, keluarga tidak dapat lagi mendampinginya. Jenazahnya dimakamkan, Selasa (30/06/2020) itu juga sesuai protokol kesehatan Covid-19. Pihak keluarga hingga berita ini dibuat belum menerima hasil swab almarhum.
Almarhum hingga akhir khayatnya menjabat Ketua IODI Sulsel didampingi Sekretaris Titie Slamet, SH. Selama menjadi pelatih, Lie Tanser sangat aktif melatih para atlet Dansaports Indonesia. Bahkan di bawah tangan dinginnya, Sulawesi Selatan menjadi kiblat perkembangan olahraga Dansasports Indonesia. Bahkan banyak atlet Sulsel yang dilirik daerah lain, namun almarhum tetap bergeming anak asuhnya membela nama Sulawesi Selatan.
Keberhasilan Sulsel atlet asuhan almarhum meraih medali emas dari PON ke PON, sejak PON XVII Kalimantan Timur 2008 karena selalu mengikutkan para atletnya dalam berbagai event Dansasports internasional.
Para atlet menimba banyak pengalaman dari kompetisi-kompetisi internasional. Pengalaman dan prestasi ini membuat Sulsel menjadi salah satu daerah yang selalu diperhitungkan jika ada kejuaraan dansasports.
Pada PON XVII itu, Lie Tanser hanya diberi target meraih masing-masing 1 medali emas, perak, dan perunggu. Namun dalam kenyataannya, kontingen Dansasports Sulsel tidak saja mampu mencapai target, tetapi jauh lebih melampuai target dengan 3 keping emas dan 1 perak dengan tiga pasang atlet termasuk dirinya.
Menurut Lie Tanser waktu itu, keberhasilan ini merupakan hasil disiplin tinggi dan kerja sama yang valid diperlihatkan atlet, pelatih, dan ofisial. Aspek lain, dukungan KONI Sulsel dan hubungan baik dengan PP IODI.
Setiap mengikuti event internasional, Pak Lie selalu memfasilitasinya sendiri bersama IODI Sulawesi Selatan. Lagipula, dalam memimpin dan membina atletnya dia tidak pernah berkeluh kesah.
“Dia termasuk figur pelatih olahraga yang sangat menyejukkan,” Dr. H. Ad’dien, M.Kes, Sekretaris KONI Sulsel berkomentar. (***)