New Normal dan Kesiapan Jurnalis

Oleh : Bella Ramadani

(Mahasiswi Ilmu Komunikasi UMI Makassar)

VIRUS Covid-19 adalah jenis virus baru yang ditemukan di dunia pada akhir tahun 2019 yang menyebar dengan cepat keseluruh negara di belahan bumi.



Virus ini sudah berskala global artinya dampak dari Covid-19 sudah ke segala sektor seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan sudah sampai pada kehidupan religi umat manusia.

Kehidupan normal pada hakikatnya adalah suatu kehidupan yang diinginkan semua negara setelah masa pandemi virus Corona atau Covid-19 ini. New Normal juga berarti perubahan gaya hidup dan banyak sektor harus menyesuaikan.

Intinya ada ketaatan pada protokol kesehatan seperti, menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan adalah sebagian kecil dari  protokol kesehatan yang punya dampak besar bagi upaya menekan penyebaran.

Pemerintah Indonesia salah satu negara yang telah mengumumkan untuk menginplementasikan skenario New Normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional.

Dalam kehidupan New Normal, masyarakat dituntut untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, dan berdamai dengan virus Corona (Covid-19).

Sebelum menerapkan New Normal di Indonesia ada baiknya pemerintah memastikan bahwa masyarakat mampu menjalankan aturan yang ada pada New Normal seperti, phicycal distancing, mencuci tangan, mematuhi etika batuk dan bersin, memakai masker dan protokol pencegahan lainnya.

Pertanyaan sekarang apakah semua sektor sudah siap menerapkan protokol tersebut ? Terutama untuk para wartawan dan reporter, yang mengharuskan mereka untuk turun langsung meliput suatu kejadian di lapangan.

Apakah perusahaan media sudah siap menyiapkan protokol kesehatan secara ketat baik di redaksi maupun liputan ? Misalnya memberi jarak pada meja kursi di ruang redaksi, menyiapkan masker bahkan APD bagi wartawan dan lainnya.

Seperti yang dikatakan oleh salah seorang wartawan. “Di perusahaan tempat saya bekerja, pandemi dihadapi dengan misalnya kantor secara rutin mengirim masker standar berupa masker medis kepada semua wartawan dan hand sanitizer. Perusahaan juga memindahkan perjalanan dinas luar kota untuk sementara waktu dan membatasi liputan lapangan di tempat orang berkerumun, untuk  turut mencegah penularan,” bebernya.

Ada ukuran diantaranya RO (jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus infektif pada populasi sepenuhnya rentan) dan RT ( jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus terinfeksi pada populasi yang memiliki kekebalan sebagian atau setelah adanya intervensi) yang intinya adalah angka-angka tingkat reproduksi penularan kasus. Daerah dengan tingkat reproduksi dibawah angka satu, bisa bertahap memulai normal baru. Tapi di atas satu, riskan.

Angka reproduksi 1,2 misalnya, akan berarti setiap satu orang positif akan berpotensi menularkan kepada satu-dua orang. Makin tinggi angka reproduksi, berarti kondisi penyebaran masih besar. Makin rendah angka, makin kecil tingkat penularan. Aturan pemerintah, normal baru bisa diterapkan pada daerah dengan angka reproduksi dibawah satu.

Intinya semua ada pada  kesadaran setiap individu/orang dan ketegasan pemerintah. Kalau ada sebagian orang menaati protokol kesehatan dan sebagian lain tidak, itu sama saja bohong dan normal baru bisa jadi  hanya seperti jebakan yang membuat pandemi tak berakhir. (***)

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN