Jeppeng Merajut Kebersamaan (Bagian Keempat)

Oleh : Rachim Kallo

Pada bagian ke empat dari rangkaian Kolaborasi Seniman 'Merajut Kebersamaan', merupakan kegiatan diskusi bertema Etika Memperlakukan Seni Tradisi ke Wilayah Seni Kontemporer. Diskusi itu berlansung seusai pembukaan Kolaborasi Seniman, sebagai bahan masukan pada pelaksanaan Workshop Jeppeng.

Dalam diskusi tersebut pembicara yang hadir di antaranya, Koreografer dan Staf pengajar di Jurusan Seni Tari Fakulatas Seni Pertunjukan ISI Yokyakarta, Baghawan Ciptnoning, MSn, penulis, sutradara, dan mantan Kepsta RRI, Edy Thamrin atau populer dipanggil Yudhistira Sukatanya, serta Praktisi kesenian Tari Jeppeng di Kabupaten Maros, Sulsel, Haris M, SPd, MPd.

Diskusi yang dipimpin Andi Abubakar Hamid yang merupakan Koreografer Sulsel, selaku moderator, berlangsung sukup alot .

Baghawan Ciptnoning, MSn saat memaparkan materinya, berjudul 'Diskusi Workshop Seni Tari Dalam Kemasan Baru (dari tradisi ke kontemporer)' dengan konsep Reinvent - menemukan kembali, mengatakan, ada dua hal penting yaitu bring back in to existence (menghidupkan kembali) konsep dan create a new and make over (membuat baru atau membuat ulang).

"Selain reinvent, harus kita lihat juga redefine (memikirka kembali), bahwa kita harus mendifiniskan ulang dan menemukan esensi baru dari sesuatu Seni Tradisi," ujar lulusan Magister Seni Program Pasca Sarjana STSI Surakarta ini.

Sebagai contoh, lanjut koreografer yang pernah melanglang buana sebagai penari di berbagai Negara Amerika Serikat, India,Jepang, Thailand dan Finlandia, seni merupakan media ekspresi dan sajian rohani.

"Perkembangan baru seni sebagai ekspresi, identitas dan mata pencaharian (ekonomi), dengan mengangkat dongeng oral atau pelipur lara menjadi komik, film animasi, dan teater pertunjukan, seperti The Lion King, Mahabarata, Lagaligo," katanya.

Pria kelahiran Solo 57 tahun lalu, yang juga memaparkan gagasannya tentang seni tradisi kemasan baru seperti Folk and Classic menyebutkan, di dunia barat disebut New Dance (Rock`n Roll, Hop-Hop, West African), di Indonesia dikenal Tari Kreasi Baru (Bagong Koes Sudihardjo, Andi Nurhanii Sapada, Gusmiati Suid, Gugum Gumbira Jaipong) dan Penciptaan Baru berorientasi dari konsep dan bentuk tradisi.

Sementara dari seni tradisi menuju seni kontemporer menurut Baghawan, perlu pelestarian dan pengembangan. Dan keduanya, harus berjalan beriringan.

"Seni tradisi jangan terjebak dalam pemahaman status beku atau De jong-antropolog Belanda. pelestariannya pun jangan terjebak dalam bentuk tetapi konsep. Seni dan tokoh tradisi, harus menjadi literatur dan pondasi dalam penciptaan karya baru, serta kreatifitas adalah kebebasan dan kemerdekaan yang beretika," tegas Baghawan yang dikenal karyanya pada Festival Bunga Pasadena USA, 1991 sebagai Penata tari Topeng Bodoran. (*)