Jeppeng Merajut Kebersamaan (Bagian Kedua)

Oleh : Rachim Kallo

Inilah cerita Kak Ajeip, sapaan akrab Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, sekaligus Ketua Lembaga Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (LAPAKSS), DR. H. Ajeip Padindang, SE, MM, saat menyampaikan sambutan di Kolaborasi Seniman “Merajut Kebersamaan” di akhir tahun 2019 lalu.

Ajeip mengatakan, teman dari penyuluh anti korupsi, bukan dan jangan sebagai penyuluh korupsi. Itu sama halnya 'anda korupsi', jadi sebaiknya disebut penyuluh anti korupsi.

"Korupsi terkadang ketika makin diucapkan justru makin ada di hati. Dan biasanya yang makin banyak teriak korupsi, hati-hati jangan sampai kata itu sudah ada di dalam dirinya sendiri," ungkapnya.

Selanjutnya, Anggota DPD RI ini menanggapi tentang Tari Jeppeng sekaligus menceritakan cikal bakal Tari Jeppeng, sehingga menjadi fokus di Kolaborasi Seniman.

Saat menyelenggarakan dialog kesenian di Kabupaten Maros, kenang Ajeip, dirinya bertemu Didin, salah seorang dari komunitas Jeppeng di Maros. Dari pertemuan itu terkuak, di Maros ternyata ada kelompok yang masih menekuni dengan serius tentang Jeppeng.

Dalam bahasa Arab, disebut dengan Jappeng, di Melayu katakan Japping. Orang Bugis-Makassar mempermudah dengan sebutan Jeppeng. Tarian ini berasal dari Yaman, kemudian masuk ke Melayu, dan akhirnya tiba di Sulawesi Selatan.

"Jappeng atau Japping adalah gerak hentakan kaki yang mengikuti irama musik. Mirip dengan Tari Samrah dan berkembang di Kabupaten Sidrap," sambung Ajeip.

Lebih jauh Ajeip mengingatkan, pertemuan di malam penghujung tahun 2019, dirinya sangat ingin membuktikan komitmennya terhadap dunia seni.

"Saya ingin buktikan komitmen saya kepada teman-teman, dan para sahabat sekalian, yang telah membaktikan diri di dunia kesenian dan merupakan bagian dari dunia kebudayaan," tegasnya.

"Belakangan ini, begitu mudah diucapkan dalam kebijakan, begitu gampang dicantumkan dalam program nama kegiatan, tapi sangat sulit dirasakan langsung oleh pekerja seni, penggiat seni, dan para seniman itu sendiri," lanjut Ajeip.

Sementara itu, Haris M, SPd, MPd, selaku pemateri diskusi dan workshop yang juga selaku penggiat Kesenian di Kabupaten Maros bersama komunitas Sanggar Batara Maru dan Atraksi 78, mengatakan, Jeppeng itu merupakan akulturasi budaya timur dan nusantara yang hijrah ke Sulawesi Selatan.

“Kalau pun ada ruang-ruang dari Yaman yang masuk tetap kami gabungkan disitu, supaya ada identitas kami sebagai orang Sulawesi Selatan," jelas Haris. (*)