Bawa Konsep Teater Rakyat Kondobuleng, Sanggar Seni Ilologading Paropo Berangkat ke Samarinda

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Sanggar Seni Tradisional Ilologading Paropo Makassar yang akan mengikuti Pertemuan Teater Nasional (PTN), Kamis (19/09/2019) berangkat meninggalkan Kota Makassar menuju Samarinda tempat pelaksanaan PTN.

Sanggar ini membawa konsep Teater Rakyat Kondobuleng. Sementara PTN digagas oleh Direktorat Kesenian Kemendikbud RI. Berlangsung tanggal 20-26 September 2019.

Pertunjukan Teater Rakyat Kondobuleng disutradarai oleh M. Arsyad K atau biasa dipanggil Daeng Aca (74). Teater rakyat Kondobuleng akan dipentaskan di PTN pada tanggal 25 September dan dijadwalkan kembali ke Makassar tanggal 27 September mendatang.

Ram Prapanca selaku Periset Teater Kondobuleng selama bertahun-tahun sampai mencapai doktornya di bidang teater menyampaikan, Teater Kondobuleng mengisahkan tentang kehidupan para nelayan yang secara akrab mencari ikan bersama-sama dengan Kondobuleng.

Di tengah aktivitas mencari ikan, datang seorang pemburu dan menembak Kondobuleng. Sang Kondobuleng terkapar dan sang Pemburu hilang seketika. Para nelayan mencari Kondobuleng dan pemburu dengan berbagai macam cara.

Menyeberangi jembatan, menggunakan sampan dan berenang. Mereka pun menemukan Pemburu. Lalu secara bersama-sama mencari hingga menemukan Kondobuleng. Kemudian mereka menghidupkan kembali Kondobuleng dengan mantra, doa-doa dan nyanyian.

"Bangau putih yang dimitoskan sebagai manusia suci," kata Ram yang dikenal sebagai penyair. Ia menambahkan, Teater Kondobuleng berawal dari ritual dan dimainkan pada waktu malam.

Pernah ditemukan pada suku Bajo di Teluk Bone tapi saat ini tidak dikenal lagi. Lalu ditemukan juga di Pangkajene Kepulauan dan digarap sebagai tarian. Selanjutnya berkembang di Paropo Makassar dan dimainkan oleh Sanggar Seni Tradisional Ilologading pimpinan Daeng Aca sebagai teater rakyat dan diperankan oleh 5 aktor dan 7 pemusik.

Teater ini merupakan bentuk representasi identitas, nilai dan fungsi sosiokultural masyarakat pesisir Bugis-Makassar. Hal itu ditemukan oleh Ram melalui teks dramatik dan teks pertunjukan, baik dialog, properti, kostum, gerak, ekspresi dalam setiap adegan.

Tema yang dibangun adalah tema kemanusiaan bersumber dalam filosofi "siri'na pacce" (harga diri dan kehormatan). Didalamnya sarat dengan identitas budaya lokal Makassar yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan, religi dan estetis. Berbagai fungsi yang diemban dalam teater ini antara lain fungsi pendidikan, sosial dan hiburan. (rk)