'Kenduri' Sinerji Teater (Bagian Keempat)

Oleh : Rachim Kallo

Di bagian ini lanjutan profil para pemain Drama Kenduri – Produksi Sinerji Teater Makassar. Masing-masing Syahrir Ramli Rani (berperan Tamu II – Si Baba/pengusaha), Etty Abidin (berperan sebagai Susan – Si Pelacur Jalanan), Muhammad Idris (berperan Sattu – Si Tukang Becak) dan Noel Putra Spanyol (berperan sebagai Daeng Tojeng – Humas).

Syahrir Ramli Rani (berperan Tamu II – Si Baba/pengusaha). Pensiunan guru di salah satu SMK di Kota Makassar, ini kian aktiv di dunia pertunjukan. Dua tahun terakhir Syahril Ramli Rani kelahiran 09 February 1959 yang bersuku Bugis Makassar semakin giat berteater. Selain kesibukannya jadi presenter Talk Shor di Fajar TV, Makassar.

Penyuka warna Hitam,putih dan kuning. Rumahnya di jalan Pelita Raya Blok A3 no. 20 B Makassar. Memiliki [engalaman organisasi cukup banyak. Ia pernah tercatat sebagai anggota Sanggar Merah Putih Makassar yang memberinya kesempatan ikut dalam Festival Teater 1982. Pengalamannya yang paling berksesan adalah saat mementaskan Drama “ Perguruan “Wisran Hadi dengan Sutradara Yudhistira Sukatanya. Ketika itu ia terpaksa harus menggunakan kruk atau tongkat ketiak karena kakinya patah tertabrak motor akibat suatu kecelakaan lalu lintas. Selain mengikuti pentas teater, Syaril juga aktiv mengisi layar kaca TVRI. Pernah menjadi astradara untuk sinetron seri Risalah Dari Timur beberapa tahun yang lalu. Skenario Filmnya berhasih meraih prestasi Terbaik II pada Lomba Penulisan Skenario Film Dewan Kesenian Makassar 2019.

Penggemar kari kambing dan ikan Pallu Kaloa ini sangat suka ngumpul sambil berbagi humor. Syahrir mengaku sangat senang bergabung dalam produksi drama komedi Kenduri karya Rahman Arge ini. Perannya sebagai Baba sang pengusaha cocok buatnya. Baginya “Hidup adalah suatu proses yang harus dimaknai, termasuk dalam seni teater”.

Kini syahrir, tengah merampungkan karya-karya sastranya berupa puisi Makassar yang akan dia bukukan. “Semoga terlaksana bro,” ucapku memberi semangat.*

Etty Abidin (berperan sebagai Susan – Si Pelacur Jalanan). Pengusaha catering yang dia beri nama “Pemadam Kelaparan” ini, terlanjur jatuh cinta pada dunia teater sejak bergabung di Sanggar Merah Putih Makassar. Bertahun-tahun lalu Pernah memperkuat pertunjukan Bom Waktu – Nano Riantiarno, Geer – Putu Widjaya dalam empatbelas kali pemanggungan dan drama Sang Tokoh - Yudhistira Sukatanya.

Lahir di Surabaya 17 Desember 1970, Etty Qurniawaty Abidin atau lebih akrab di panggil Etty, mengakunya berdarah Bugis. Kegiatannya memang berjibun dalam seni peran itu pula membawanya ke dunia Film dan Sinetron Series Klakson-Klakson- di Celebes TV.

Berkali-kali ibu mantan pramuka dan pencinta alam yang ceria ini menghadapi tantangan hidup termasuk siap pulang tengah malam meski besoknya harus kekejar-kejaran dengan orderan pelanggan. Semua itu tak membuatnya menyerah. Ia tetap kukuh ikut berproses dalam latihan teater yang melelahkan. Baginya inilah jalan lain mencintai hobby berat pilihannya.

“Saya tidak suka pada orang yang bicara dan sikapnya tidak jelas,” katanya. Bagi penggemar warna coklat dan biru ini berprinsip “ Intuisi dan imajinasi adalah amunisi diri untuk menghadapi lika-liku kehidupan ini” entah apa maksudnya. Kali ini ia berperan sebagai Susan-si Pelacur Jalanan.*

Muhammad Idris (berperan Sattu – Si Tukang Becak). Idris kini aktiv jadi presenter di berbagai event dan acara Televisi. Selera humornya yang tinggi membuka benyak kesempatan baginya. Selain itu menekuni kerja jurnalistik online. Itulah yang membuatnya memiliki banyak teman. Di sela kesibukannya, ia masih sempat-sempatkan waktu luangnya untuk terus mengasah kemampuan seni perannya dengan aktif berteater dan film. Ia semakin betah berproses dalam latihan setelah ikut pementasan drama Montserrat, Inspektur Jenderal atawa Hoax, bersama Sinerji Teater.
[24/3 19:41] Rahim Kallo: Sebelum aktif di Sinerji Teater Makassar, sekira tahun 1996, Idris pernah memperkuat salah satu pertunjukan teater di Sanggar Merah Putih Makassar. Pementasan itulah yang kemudian mewariskan panggilan Baba Ong yang melekat padanya hingga kini.

Idris yang lahir 11 Juni 1972 mengaku bersyukur lahir di “Bulan yang banyak melahirkan tokoh besar” ungkapnya. Dalam drama KENDURI, Idris berperan sebagai Daeng Sattu si Tukang Becak.*

Noel Putra Spanyol (berperan sebagai Daeng Tojeng – Humas). Ibrahim Sinyo alias Noel Putra Spanyol terbilang pernah “menghilang” dari pentas Sinerji Teater Makassar sejak pertunjukan “Petang di Taman” Tahun 2006. Tapi kembali sangat bersemangat ketika diberi peran dalam drama “Montserrat” dan “Inspektur Jenderal atawa Hoax”. Demikian pula saat ditawari peran sebagai humas dalam drama ”Kenduri”.

Pengalamannya berteater dilakoni sejak tahun 1995. Pernah tekun berteater dengan Sindikat Sarung Bugis, pentas dalam “ Ekologi Perempuan” , “Menulis di Atas Permukaan Air”, “Konglomerat Burisrawa” dan “Si Buta Dari Goa Hantu” yang berkolaborasi dengan Rombongan Sandiwara Petta Puang. Pernah pula tampil sebagai monologer dalam salah satu festival Monolog di Makassar dalam ceritera “Balonku Ada Lima”.

Di luar kegiatan teater ia punya hobby memancing. Laut luas Selat Makassar hingga perairan Taka Bonerate dijelajahinya bersama grup pemancing PHH Makassar. “ Tetap bersamangat dalam bekerja” prinsip hidupnya. Dalam pergaulan “Jangan suka menggosip orang lain” kata si penggemar nyanyi di café plus karaoke Pria Bugis Makassar penyuka warna cream ini lahir di Makassar 5 Mei 1964. Ia adalah Tukang Bangunan yang piawai. Dalam beberapa kesempatan kini ia mencoba juga peruntungannya di layar film pendek dan layar perak. Tapi kecintaannya pada pentas panggung tetap sulit ditinggalkannya. (bersambung)