Dibalik Ketegaran Ayah, Ada Sosok Aliyah Mustika Ilham dengan Pengorbanan Luar Biasa


Oleh : Haera Ilham (Putri Ilham Arief Sirajuddin)

HARI ini, tepat 4 tahun lalu merupakan salah satu hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh keluarga kami. Hari dimana kami harus terpaksa dipisahkan dengan Ayah, dimana pada saat itu kami sama sekali tidak mengetahui berapa lama perpisahan ini akan berlangsung. Yang kami tahu hanyalah, Ayah resmi ditahan oleh KPK dan tidak bisa kami temui selama 7 hari. 

Haera Ilham dan Aliyah Mustika Ilham.


Mengingat dan membayangkan berbagai berkah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada kami sekeluarga selama 4 tahun belakangan ini, membuat saya sedikit lupa bagaimana perasaan saya di hari itu. Seakan lupa dengan perasaan sedih dan hancurnya hati saya kala itu karena tidak bisa berhenti bersyukur atas kebaikan Allah pada kami sampai hari ini. Tetapi ada 1 hal yang saya ingat dan tidak akan saya lupakan. Kesedihan yang tak terbendung dalam sosok Aliyah Mustika. Ya, orang yang kami panggil Ibu.

Pada tanggal 10 Juli 2015, rasanya mustahil dan tidak mungkin apabila saya sebagai seorang remaja perempuan yang sedang beranjak dewasa, tidak merasakan kesedihan yang mendalam akibat harus dipisahkan dengan sosok Ayah.

Tetapi perasaan sedih itu kemudian semakin memuncak karena harus melihat betapa rapuhnya Ibu di hari itu. Seakan tidak bisa menerimakenyataan dan ingin ikut menemani Ayah di sampingnya. Tak henti-hentinya beliau menceritakan tentang Ayah sambil menatap kosong dengan berlinang air mata. 

Salah satu yang saya ingat adalah saat Ibu bercerita tentang pagi hari itu sebelum Ayah meninggalkan rumah, Ibu sempat menawarkan untuk membawakan bekal kurma untuk buka puasa nanti. Tetapi Ayah menjawab sambil meyakinkan Ibu, “Tidak perlu. Saya pasti buka puasa di rumah”.

Air mata Ibu semakin deras mengalir ketika mengakhiri cerita nya itu. Sebagai seorang anak perempuan, rasanya sangat tidak tega melihat sosok Ibu menangis bagaikan anak kecil. 

Entah mengapa, kekhawatiran terbesar ku ketika Ayah harus ditahan saat itu bukanlah tentang diriku, tetapi tentang Ibu. Membayangkan bagaimana beratnya tanggung jawab yang harus Ibu jalankan, memegang berbagai peran dalam rumah tangga dan pekerjaan, rasanya diri ini sangat tidak tega. 

Bahkan melihat bagaimana terpuruk dan lemahnya Ibu pada hari itu, saya sempat khawatir Ibu tidak akan mampu menerima kenyataan ini dan tidak bisa menjalankan semua tanggung jawabnya. Saya salah besar. Ternyata beliau lebih kuat dari yang saya bayangkan. Bahkan lebih kuat dari baja.

Hari ini menjelang hari kebebasan Ayah, kita semua harus mengakui betapa tegar dan kuatnya Ilham Arief Sirajuddin menjalani 4 tahun masa tahanannya. Bagaikan pemeran utama yang sangat kuat dalam sebuah film superhero. Tetapi ijinkan saya sebagai seorang anak yang ada di dalam sebuah kisah 4 tahun perjalanan berat keluarga kami, mendeklarasikan bahwa pemeran utama yang sessungguhnya adalah sosok Aliyah Mustika Ilham. 

Di balik ketegaran Ayah, ada sosok Ibu di belakangnya dengan pengorbanan yang luar biasa. Empat tahun harus menghadapi kenyataan Ayah ditahan, ternyata sama sekali tidak melunturkan semangat dan ketegaran Ibu untuk menjalankan tanggung jawab sebagai seorang Istri, Ibu, dan Wakil Rakyat dengan maksimal.

Ibu selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam menjalankan 3 peran tersebut, betul-betul mendedikasikan 100% kemampuan yang dimilikinya. 

Hingga hari ini, Ibu mampu mendampingi dan menjadi sumber kekuatan bagi Ayah dengan sangat tegar, mampu bertahan mendampingi anak-anaknya hingga bisa berhasil dan berprestasi, dan mampu menjadi wakil rakyat yang dicintai oleh masyarakat sehingga kembali diberikan kepercayaan untuk mewakili aspirasi rakyat di parlemen. 

Juga tidak melupakan peran nya sebagai seorang anak, menyayangi dan merawat sang Ibu semaksimal mungkin hingga nafas terakhirnya.

Dengan bangga ingin saya sampaikan dalam tulisanku ini, bahwa Ibu adalah wanita terkuat dalam hidupku.

Dalam 5 tahun perjalanan Ayah menghadapi kasus hukumnya, saya selalu mempersembahkan tulisan untuknya. Tetapi berbeda dengan hari ini. Tulisan ini saya persembahkan untuk Ibu KAMI tercinta, tersayang, dan tiada duanya, ibu Aliyah Mustika Ilham.

Terima kasih telah menjadi sumber kekuatan bagi Suami dan Anak-Anak mu dalam menghadapi rintangan hidup yang sangat berat selama 4 tahun ini. Terima kasih atas dedikasi yang luar biasa sebagai seorang Istri dan Ibu.

Terima kasih sudah menjadi wonder woman dalam keluarga kami. Apa yang orang lihat hari ini pada keluarga kami, berbagai prestasi maupun kekuatan mental yang kami miliki, tak terlepas dari peran Ibu selama ini. 

Tulisan yang panjang ini tidak akan pernah cukup untuk mengutarakan rasa bangga dan terima kasih kami pada Ibu. Terlebih lagi untuk membalas perjuangan dan pengorbanan Ibu. Tetapi saya yakin tulisan ini cukup untuk mengingatkan Ibu betapa hebat, kuat, dan tegarnya Ibu. 

Terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan, juga mewakili Ayah, Amirul, Vqar, dan Lisa. Cinta kami kepada Ibu tak akan luntur sampai akhir khayat.

Makassar, 10 Juli 2019.