Secara Aklamasi, Andi Abubakar Hamid Resmi Nahkodai LAPAKKSS (Bagian Pertama)

Oleh : Rachim Kallo

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Kepengurusan Lembaga Pengembangan Kesenian Dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (LAPAKKSS) periode 2017 – 2021, resmi berganti nahkoda dari Dr. H. Ajiep Padindang, SE., MM, ke Andi Abubakar Hamid yang terpilih secara aklamasi periode 2021 – 2025, Senin (06/09/2021) di Lantai 1 Popsa, Jalan Ujung Pandang Makassar.

Di hadiri beberapa mantan demisioner diantaranya, Dr. H. Ajiep Padindang, SE., MM, (Anggota Komite DPD RI), Yudhistira Sukatanya, Andi Abubakar Hamid, Goenawan Monoharto, Jamal Andi, Amir Jaya, Dewi Ritayanan, Luna Vidia, Chaeriah dan anggota lainnya.

Pertemuan dimulai ba’dah Ashar, di pimpin Dr. H. Ajiep Padindang, SE., MM, yang merangkaikan keberhasilan salah seorang anggota Lapakkss yang telah menyelesaikan S2 dengan IP 3.95 dengan waktu kuliah 1,5 tahun, terbilang cepat.

Agenda pertemuan selain hal di atas, pun membahas struktur organisasi seperti apa bentuknya yang sekaligus memilih siapa pemimpin Lapakkss di periode berikutnya. Kata Dr. H. Ajiep Padindang, SE., MM, saat memimpin pertemuan dengan flashback pada pertemuan di Red Corner, ada komitmen dari pendiri untuk menyeleseikan susunan pengurus yang baru, paling lambat 2 bulan. Rancangan dan calon pengurus periode 2021-2024.

Namun, Ajiep Padindang memulai meminta tanggapan dari Idwar Anwar – yang biasa disapa Edo menceritakan sedikit atas keberhasilannya menyelesaikan kuliah S2 yang bersentuhan dengan sejarah. Edo merespons dengan senyum ke arah moderator, “siap kak”. Tesis dengan judul MEREBUT SUARA DI WILAYAH KONFLIK STRATEGI PARTAI POLITIK PADA PEMILU TAHUN 1955.

Menurut dia, saya melihat disitu bagaimana strategi politik tahun 1955 dan seperti apa konflik yang terjadi saat itu. Nah, saya melihat pemilu 55 adalah pemilu – orang bilang sangat demokratis.

“Tapi khusus di Sulsel, justru saya katakan pemilu yang sangat “brutal”, karena begitu banyaknya kekerasan dan pembunuhan yang terjadi sehingga menyebabkan dengan dilatar belakangi keinginan dari berbagai pihak,” sambung penulis Epos La Galigo menjadi novel populer menjadi 12 jilid.

Pria kelahiran Palopo, mendapat aplaus dari seniman dan budayawan yang hadir tanpa merinci lagi kenapa terjadi kekerasan dan pembunuhan dari oknum-oknum yang berkepentingan ketika itu.

Namun, Edo antusias saat ditanyakan eksistensi Lapakkss sebagai lembaga pengembangan dan kebudayaaan di Sulawesi Selatan (wawancara terpisah – awak media), Idwar Anwar yang beberapa kesempatan ikutserta kegiatan Lapakkss, seperti Seri Ngobrol (SN) hingga saat acara silaturahmi – buka bersama lalu, saat penyerahan administrasi berupa Akte Pendirian Lapakkss dari Ajiep Padindang ke pendiri yang diwakili Yudhistira Sukatanya, disaksikan pendiri lainnya A. Saputera dan Rusdin Tompo.

“Lapakkss sangat penting bagi pengembangan dan kebudayaan di Sulsel. Mengngat situasi sekarang ini, lembaga-lembaga kebudayaan tidak banyak hidup,” ucap Idwar seraya menambahkan, Lapakkss keberadaannya seperti “oase” di tengah kekeringan, kegersangan dari lembaga-lembaga yang ada di Sulsel saat ini.

“Dengan formasi yang baru saat ini, lapakkss bisa berkembang lagi, paling tidak bisa memberikan edukasi. Menjadi penggerak, mendrive lembaga-lembaga kebudayaan yang ada di sulsel,” ujar Edo.

Dr. H. Ajiep Padindang melanjutkan diskusi, seperti yang disampaikan di atas, fokus pada Struktur dan siapa menjadi Direktur periode berikutnya. Ajiep menanggapi soal rancangan yang penah dikirim oleh Yudhistira yang terkesan struktur tersebut masih paka istilah lama (ketua).

Menurutnya, pernah kami diskusikan yang bersifat non formal di salah satu Café di Jalan Ujungpandang Baru ketika itu – bersama Nurlina Syahrir, Jamal Andi, Luna Vidia, Cipto Ning, Rachim Kallo dan A. Saputera, saya katakan format kelembagaan ke depan, sebaiknya sistem direktur-direktur, seperti direktur pengembangan usaha, dan sebagainya. Sehingga menjadi lembaga non pemerintah. Kita cenderung banyak orang dalam kepengurusan, saat implemenetasi bisa dihitung orang yan aktif.

“Sore ini tolong bebaskan saya dari pemikiran itu, bukan untuk membubarkan Lapakkss. Pernah saya meminta Dr. Nurlina Sahrir untuk bersedia menjadi Direktur, Ibu Lina belum bersedia tentu dengan alasan yang bisa saya terima,” kata Senator DPD RI yang telah memasuki dua periode.

Lebih jauh Ajiep Padindang menyampaikan, kita sepakati struktur berubah jadi Direktur, biarkan saya dan Yudhistira sebagai CEO (Chief Executive Officer). Baik hari ini harus kita sepakati siapa orangnya (Direktur). Ada tanggapan, kata Ajiep sambil mempersilahkan Yudhistira Sukatanya sebagai penanggap pertama.

“Saya berlatar belakang managemen, dan saya percaya prinsip-prinsip managemen itu tulang punggung dalam suatu organisasi. Intinya adalah, apapun bentuk kepengurusan kita itu, pada dasarnya harus mengacu pada satu system managemen. Perlu jelas visi-misi, tugas pokok dan fungsinya,” kata Kak Yudhi sapaan akrabnya.

Yudhistira menambahkan, ketika saya jadi ketua harian (Lapakkss periode lalu), saya agak canggung dan tidak lebih luwes bekerja karena saya ketika itu komite-komite tidak mengajukan programnya secara tertulis. Selain hanya keluhan secara lisan saja. Jadilah miss komunikasi.

Untuk kedepan, lanjut mantan Kepsta RRI di salah satu stasiun sebelum purna tugas mengingatkan, kita harus mengubah bentuk organisasi dan secara administrasi kita harus selesaikan. Era kedepan kita diperlukan kolaborasi.

“Kita ingin yang punya network (jaringan), baik pertemanan maupun pendanaan. Dan posisi Direktur nanti, saya mengusulkan Luna Vidia, karena dia punya pengalaman untuk lembaga seperti Lapakkss,” tambah Yudhistira yang juga menjadi Editor Buku Lapakkss yang sudah diterbitkan dengan Judul Membaca Perubahan Sosial dan Peradaban Baru. (*)