Rektor UMI : Di Lingkup UMI, Jangan Ada Dosen yang 'TBC'

SOROTMAKASSAR -- Makassar

Pengembangan keilmuan di lingkup universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, tetap mengandalkan dosen selaku ujung tombak dalam mentransfer ilmu.

Demikian penyampain Rektor UMI, Prof.Dr.Basri Modding, SE, MSi, dalam kegiatan pelatihan dan workshop pembelajaran aktif yang berlangsung belum lama ini.

Mantan Direktur Pascasarjana UMI ini mengatakan, di lingkup UMI, jangan ada lagi dosen yang 'TBC' alias 'Tidak Bisa Computer'. Sebab di era digitalisasi sekarang ini, seluruh informasi telah ada, tinggal bagaimana mengolahnya menjadi ilmu pengetahuan yang baik dan bermanfaat.

Salah satu bentuk kegiatan untuk meningkatkan kemampuan tenaga dosen

Untuk itu, seluruh dosen harus mampu menyerap dan menyalurkan informasi yang ada sesuai dengan porsinya. Terlebih, sistem pendidikan sekarang ini, telah mengarah ke student centre learning (SCL).

"Jadi, dosen bukan lagi menjadi pusat ilmu pengetahuan atau teaching centre learning (TCL). Terlebih, informasi tentang ilmu pengetahuan sekarang ini hampir seluruhnya telah ada di dunia maya. Tinggal bagaimana dosen itu memberi pemahaman sesuai dengan porsi keilmuannya," ungkapnya.

Salah satu bentuk kegiatan untuk meningkatkan kemampuan tenaga dosen

Dikatakan lanjut, kualitas lulusan itu, tergantung dari dosen dalam memberikan arahan kepada peserta didiknya.

"Tiap dosen harus rajin meng-update ilmunya dengan cara, mencari informasi keilmuan seluas-luasnya. Jangan jadi dosen yang 'TBC'. Untuk mengoperasikan laptop dan aplikasi digital lainnya saja, tidak mampu," imbuhnya

Maka dari itu, kata Basri, dalam menghadapi era milenial, setiap dosen harus mampu memngikuti perkembangan. Selain itu, juga harus mengasah pengetahuan dan keterampilannya.

"Dosen itu harus mengikuti perkembangan. Untuk menjadi dosen yang baik, harus membekali diri dengan berbagai kemampuan, misalnya kemampuan dalam menganalisis. Disamping, memiliki keterampilan yang mumpuni dan unggul," tegasnya. (zl)