UMI Laksanakan Nuzulul Qur'an dan Khatam Alqur'an, Rektor: Civitas UMI Harus Bersatu

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Pelaksanaan Nuzulul Qur'an, dapat dijadikan sebagai salah satu momentum kepedulian, kebersamaan, serta silaturahmi. Untuk itu, seluruh civitas dapat bersatu demi memajukan Universitas Muslim Indomesia (UMI) tercinta. Hal ini diungkapkan, Rektor UMI, Prof. Dr. H. Basri Modding, SE, MSi, pada kegiatan Peringatan Nuzulul Qur'an 1442 H yang dirangkaian dengan Khatam Alqur'an bersama Fakultas Tenik (FT UMI), Kamis, (29/04/2021).

Kegiatan yang berlangsung secara luring dan daring tersebut, dihadiri para Wakil Rektor, Dekan FT UMI, Dr. Ir. H. Mukhtar Thahir Syarkawi, MT, serta beberapa dekan lainnya, Ketua dan Sekretaris di Prodi FT UMI, kepala laboratorium FT UMI, staf dan dosen di lingkup UMI.

Rektor UMI Prof. Basri Modding menjelaskan, UMI sebagai salah satu universitas swasta terkemuka di Indonesia, akan memiliki banyak tantangan besar. Namun, bila seluruh civitas yang di UMI bersatu, dan bersama-sama berbuat yang terbaik dan ikhlas, niscaya Allah SWT akan menurunkan rahmat-Nya untuk UMI.

Dia juga menyampaikan, melalui peringatan Nuzulul Qur'an, seluruh civitas agar menjadikan Alqur'an sebagai hal utama dalam beraktivitas. Mulai dari aturan, hingga pedoman hidup.

"Karena, Alqur'an dapat menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Untuk itu, tidak perlu ada lagi keraguan bagi orang yang beriman," tegasnya.

Rektor UMI mengutip Hadits Riwayat At-Tirmidzi, dimana Rasulullah SAW bersabda 'Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alqur'an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya'.

Ditempat yang sama, Dekan Fakultas Kedokteran UMI, Prof. dr. H. Syarifuddin Wahid, PhD, SpPA(K), membawakan Hikmah Nuzulul Qur'an.

Dalam pemaparannya, Prof. Syarifuddin mengatakan, konsep berpuasa, sangat besar manfaatnya bagi kesehatan. Dan tata cara puasa yang paling baik dan benar, yakni puasa yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah SWT.

Prof. Syarifuddin juga menjelaskan tentang konsep autophagi yang dikemukakan ilmuan Yoshinori Ohsumi. Dimana, dia telah membuktikan dan menemukan bahwa ketika seseorang lapar (PUASA) dalam jangka waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam, maka tubuh akan membentuk protein khusus di seluruh tubuh

"Ketika tubuh seseorang lapar, maka sel-sel tubuhnya pun ikut lapar. Sel-sel yang lapar ini akan memakan sel yang sudah tidak beguna atau sel rusak, agar tidak menjadi sampah dalam tubuh. Jadi, tubuh orang yang berpuasa, akan mampu membersihkan dirinya sendiri. Sehingga, Yoshinori menyarankan agar seseorang bisa menjalani praktek puasa dua atau tiga kali dalam seminggu. Namun sesungguhnya, hal ini telah disarankan sejak 15 abad yang lalu oleh Rasulullah SAW," terangnya

Lebih lanjut dikatakan, sampah sel selain dihancurkan di dalam tubuh, dapat pula di daur ulang menjadi berbagai macam bahan, semisal, asam amino, lemak dan sebagainya.

"Kesemuanya itu berperan untuk membantu menjaga kemampuan imun tubuh. Sehingga, hubungannya dengan puasa, proses pembersihan sel sampah, dengan puasa akan memicu pendaurulangan untuk membersihkan diri. Apabila sel yang bersih maka tubuh akan sehat dan tidak sakit. Inilah kuasa ilahi," ungkapnya.

Berikutnya, puasa juga dapat memperpanjang usia. Karena bila berpuasa, tubuh akan menjadi sehat dibanding tidak berpuasa. Tanpa puasa, metabolisme tubuh akan terganggu karena tubuh akan selalu bekerja tanpa istirahat.

Selain itu, dengan puasa, detak jantung stabil, tingkat emosional akan baik, memperbaiki darah, memperbaiki fungsi otak, mencegah kanker dan lain sebagainya. (zl)