Pembinaan Karakter Peserta Didik Moderasi/Latih Diri Agama Buddha

Oleh : Miguel Dharmadjie, ST, CPS® (Penyuluh Agama Buddha Non PNS, dan Praktisi Pendidikan)

GUNA meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa-siswi Buddhis sesuai ajaran Buddha dan memiliki karakter sebagai siswa Buddhis, Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Buddha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan mengadakan kegiatan Pembinaan Karakter Peserta Didik Moderasi / Latih Diri Agama Buddha di Kota Makassar bertema "Praktek Dhamma sebagai Dasar Tumbuhnya Saddha / Keyakinan Siswa" yang berlangsung di Ballroom Eboni 1, Hotel Gammara, Makassar pada Minggu (04/10/2020).

Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan saddha / keyakinan siswa-siswi Buddhis terhadap ajaran Sang Buddha, menanamkan dan meningkatkan nilai-nilai ajaran Buddha terhadap siswa-siswi Buddhis serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan moderasi beragama terhadap siswa-siswi Buddhis ini diikuti 50 orang peserta utusan dari berbagai Sekolah Minggu Buddha (SMB) di Kota Makassar.

Pembukaan kegiatan dilakukan oleh Pembimas Buddha Sulsel Pandhit Amanvijaya, S.Ag, MM, M.Pd.B selaku penanggungjawab kegiatan.

Dalam materi "Moderasi Beragama dan Wawasan Kebangsaan Siswa", Pembimas Buddha Sulsel mengatakan, Moderasi Beragama dapat dimaknai sebagai cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang selalu mengambil posisi di tengah-tengah.

Untuk itu bukan agama yang dimoderasi, tetapi umat beragama yang perlu dimoderasi. Landasan Buddhis tentang moderasi beragama adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan yang dikenal sebagai Jalan Tengah.

Sehubungan Wawasan Kebangsaan, Pembimas mengingatkan 4 Pilar Kebangsaan, yaitu : Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mencintai budaya lokal yang ada di tanah air.

"Dalam kehidupan dimana perkembangan teknologi semakin pesat, hendaknya siswa-siswi Buddhis dapat memilah dan memilih teman sejati sesuai ajaran Buddha," pesan Pembimas.

Sebagai pemateri kedua, kami membawakan materi "Penanaman Nilai-nilai Agama Buddha Dalam Pembentukan Karakter Siswa". Karakter sebagai nilai akhlak setiap orang dapat dilihat melalui perilakunya sehari-hari. Nilai-nilai karakter berbasis agama dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang baik, termasuk ajaran agama Buddha yang mengandung banyak nilai-nilai luhur yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber karakter adalah kebajikan dan karakter adalah cara untuk menyalurkan kebajikan. Membangun dan membentuk karakter adalah suatu proses. Keberhasilan pembentukan karakter sangat ditentukan bagaimana proses ini dijalankan.

Inti pembentukan karakter dalam Buddhis : tidak melakukan segala bentuk kejahatan, senantiasa mengembangkan kebajikan dan membersihkan batin. Karakter dalam Buddhis adalah upaya mendidik seseorang untuk memiliki karakter yang baik, yaitu : bermoral (silava), bijaksana (pannava), berjalan sesuai Dhamma (dhammika), dan orang yang baik (sappurissa).

Pembentukan karakter diawali menumbuhkan dan memupuk buah kebajikan secara maksimal yang ada pada diri seseorang sehingga buahnya bermanfaat untuk dirinya sendiri dan masyarakat luas. Nilai-nilai agama Buddha menekankan belajar dari dalam ke luar yang dilandasi oleh kesadaran dan keyakinan yang diperoleh melalui pencerahan.

Pemateri terakhir adalah Ketua PC Magabudhi Makassar P.Md, Ir. Bumi Horas yang membahas materi "Implementasi Praktek Ajaran Buddha Bagi Siswa" mengatakan, siswa hendaknya dapat mempraktekkan gemar memberi (dana), latihan kemoralan (sila) dan latihan mengembangkan kesadaran (bhavana) dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh Hatthaka Alawaka anak dari Raja Alavaka, yang hampir dikorbankan kepada Yakha Alavaka karena ayahnya mempunyai janji untuk mengorbankan manusia setiap bulan kepada Sang Yakha. Setelah 12 tahun berlalu, orang-orang di penjara dan anak-anak kecil habis dikorbankan sehingga Raja terpaksa mengorbankan anaknya, Hatthaka.

Namun, Hatthaka lalu dilepaskan oleh Yakha Alavaka setelah Buddha menyadarkan pandangan salah Yakha Alavaka. Hatthaka kemudian terkenal mempunyai pengikut yang banyak dan menjadi salah satu siswa perumah tangga utama Buddha. "Untuk itu para siswa hendaknya mempraktekkan 4 kesadaran diri, yaitu : gemar memberi, perlakuan yang sama, omongan yang ramah dan kesetaraan seperti yang dicontohkan Hatthaka Alawaka," katanya.

Kegiatan pembinaan dalam bentuk pemaparan materi oleh narasumber, diskusi dan tanya jawab ini dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan. (***)