Kiprah Yohannes Kohang Alias Hoat di Blantika Musik Tanah Air

Oleh : dr. Ade John Nursalim, MM, MARS, Sp.M

KIPRAH seorang Yohannes Kohang (6 Maret 1936 - 21 September 2020) dalam blantika MUSIK di tanah air khususnya kota Makassar dari masa ke masa berdasarkan memoar hasil obrolan dokter Ade John Nursalim, MM, MARS, Sp.M dengan Opa sekaligus papa baptis : Yohannes Kohang pada tanggal 18 Juni 2018.

Obrolan ini dimulai dengan lantunan musik dari band The Shadow yang dimainkan Opa diiringi saya dengan keyboard. Senyumannya yang khas menikmati permainan musik itu. Judulnya Apache. Guitar Yamaha Pacifica dan Keyboard Yamaha PSR. Efek Stompbox Delay, Flanger, Reverb, Chorus, Distorsi, dan Overdrive. Setiap setingan dirangkaian Effect ini dirancang sedemikian rupa sehingga begitu mirip dengan suara gitar asli di rekaman The Shadows.

Yohannes Kohang yang akrab disapa dengan sebutan Hoat memulai debutnya bermain musik pada tahun 1958 ketika masih berusia 22 tahun. Waktu itu Bapak Latuheru salah satu petinggi Perusahaan Listrik Negara (PLN) membentuk sebuah band yang dinamakan Band Ma’rencong-rencong. Nama ini diambil dari sebuah lagu daerah Makassar yang dipopulerkan oleh beliau. Personel band pria yang dibentuk itu terdiri dari Yohannes Kohang (Guitar Listrik), Peter Latuheru (Guitar Rhytm), Charles Latuheru, Berty Noya (Bass Guitar) dan Evert Latuheru (Drummer). Yohannes Kohang menjadi band leader pada saat itu.

Pada tahun 1960 mereka diundang oleh Istana Kepresidenan untuk menghibur tamu-tamu negara di Istana Cipanas Jawa Barat dalam rangka merayakan hari ulang tahun Ibu Negara Fatmawati Soekarno. Sesudahnya perjalanan dilanjutkan ke kota Solo menuju perusahaan rekaman yang bernama Lokananta untuk merekam lagu-lagu Makassar antara lain Marencong-rencong, Anging Mammiri, dan Bise-bise kedalam piringan hitam.

Pada tahun 1964 Band Marencong-rencong bubar karena personelnya beralih ke band-band lain di Kota Makassar. Pada tahun itu juga oleh Bapak Usman Taya seorang wiraswasta ternama di Kota Makassar membentuk band yang disebut sebagai Eka Nada. Band ini bermarkas di Jalan Sungai Poso dengan para personelnya Johannes Kohang (Guitar Melody), Harris Siregar (Melody Guitar 2), Yhong Kang (Rhytm Guitar), Hendry Angry Joseph (Bass Guitar), dan Evert Latuheru (Drummer). Penyanyi yang bergabung dengan band itu antara lain Elly Salaki (Jakarta), Otje Salaki, Saburo, Adam Malik, Titi Rawung, dan dua bersaudara Ully Sigar, Paramitha Rusady, Nosita serta Sisca Rawung.

Berselang beberapa waktu kemudian terjadi perubahan posisi pemain pada Band Eka Nada. Yohannes Kohang (Melody Guitar), Herman Dugi (Rhytm Guitar), Fauzi Atamimi (Bass Guitar) dan Evert Latuheru (Drummer). Para penyanyi tetap di tambah Farida Saleh.

Band ini bukan hanya bermain di kota Makassar tetapi juga berkeliling Indonesia antara lain Irian Jaya (Biak, Jayapura, Merauke), Jakarta dan sebagainya. Band ini didukung sepenuhnya oleh Panglima Komando Wilayah Udara Indonesia Timur, Sugoro.

Selanjutnya perjalanan karir bermusik dari Yohannes Kohang berlanjut dengan bergabung pada Band Blue Bird yang didirikan oleh Bapak Edi Widagdo (Surabaya). Band ini terdiri dari Johannes Kohang (Melody Guitar), Onny Fernandez (Rhytm Guitar), Brampy Noya (Bass Guitar), Fenny dan Gimon (Drummer), Soetrisno Basiroen (Keyboard) dan Basiroen (Saxaphone). Vokalis band pada saat itu Eddy Fernandez, Darma Yakung dan Andre Pattirani.

Pada tahun 1974 band bubar dan dibentuklah band Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sulselra dengan personel Yohannes Kohang (Melody Guitar), John Sohilait (Rhytm Guitar), Rudy Joseph (Bass Guitar), Soekirman (Drummer) dan Minggus Parera (Saxaphone). Vokalisnya, Misama Yakung, Rosmala Dewi, Fenny, Ida Boer Sulaiman Yasin, Hetty Nurdin, Evi Datau dan Peter Latuheru. Band ini diberi nama Elektrika. Band ini bubar pada tahun 1992 seiring dengan dimulainya masa purnabakti Yohannes Kohang dari pekerjaannya di PLN.

Memasuki usia pensiun, Yohannes Kohang tetap melanjutkan talenta yang diberikannya oleh Tuhan ini dengan mengiringi lagu puji-pujian di Gereja yang digelutinya hingga akhir hayatnya. Yohannes Kohang mengidolakan band The Shadows sebuah kelompok musik berbasis instrumental gitar. Sesekali Yohannes Kohang mengadakan pertemuan dengan teman pecinta lagu-lagu oldies dalam acara Makassar Oldies Band. Yohannes Kohang beberapa kali mengadakan pertunjukan musik di Hotel Losari Beach dengan membawa lagu-lagu dari The Shadows.

Yohannes Kohang dikenal dan dihormati di dunia musik baik dalam dunia musik sekuler maupun dunia musik rohani. Yohannes Kohang dikenal sebagai seorang pelayan yang setia dan selalu tepat waktu. Talenta yang dimilikinya disertai dengan kebijaksanaan yang ditempa sepanjang usianya. Kelebihan tersebut tidak menyurutkan semangatnya dalam jam mengajar dan membimbing musisi-musisi di Kota Makassar untuk menjadi musisi yang lebih baik. Sikap bersahabat dan penuh kerendahan hatinya senantiasa dirindukan oleh kita semua.

Opa memiliki peranan penting dalam hidup saya. Selain sebagai bapak baptis, Opa yang pertama kali mengajarkan saya bermain musik. Waktu itu bermain guitar. Saya waktu itu sering singgah di rumahnya, hampir setiap pulang sekolah untuk belajar musik. Setelah saya tinggal di luar kota, saya singgah di rumah opa setiap ke Makassar. Opa mengarahkan saya untuk mempergunakan talenta untuk Tuhan.

Opa mengajarkan banyak hal, terutama mengenai bagaimana hidup sebagai musisi. Opa mengirimkan ucapan selamat pagi pada setiap pagi setiap hari. Sebagian nilai-nilai penting yang diajarkan yang bisa saya bagi dalam tulisan ini antara lain :

- Datang 1 jam sebelum acara biarpun itu hanyalah latihan.

- Persiapkan semuanya sebaik mungkin mulai dari partitur, alat, dan hati.

- Perhatikan hal-hal kecil mulai dari setingan speaker, keyboard dan kursi, untuk keseluruhan tim.

- Berdoa untuk performmu jauh hari sebelumnya.

- Yang kamu layani itu bukan saja manusia tapi terutama Tuhan.

Selamat jalan Opa Yohannes Kohang. Doakanlah kami yang masih berziarah di muka bumi ini. Amin. (***)