Testimoni Untuk Andi Yayath Pangerang (Bagian Kedua -- Habis)

Oleh : Rachim Kallo

LANJUTAN Testimoni Andi Yayath Pangerang pada kegiatan Lembaga Pengembangan Seni Dan Kebudayaan Sulawesi Selatan (LAPAKKSS), di hari Selasa (29/12/2020) lalu. Pertemuan Akhir Desember 2020. Yudhistira Sukatanya melanjutkan membacakan rangkuman testimoni dari beberapa teman dekat Almarhum YP.

Ia pernah mendapat “tugas khusus” dari Gubernur HZB Palaguna bersama Andi Syamsul Alam Mallarangeng- Kadis/Kepala Taman Budaya saat itu, didukung oleh Salahuddin Alam – tokoh LSM ketika itu, guna menggelar seminar 18 dan 19 Juli 1995 di Ruang Pola Kantor Gubernur Sulsel. Seminar itu menyajikan 19 makalah utama dari para pakar lintas disiplin ilmu, dalam upaya perumusan kembali hari jadi Sulsel. Walhasil, ditetapkanlah hari jadi provinsi Sulsel “yang baru”; 19 Oktober 1669, yang kemudian dikukuhkan dengan mendapatkan persetujuan DPRD Provinsi lewat Peraturan Daerah Sulsel Nomor 10 Tahun 1995.

“Pada pembukaan seminar itulah untuk pertama kali saya melihatnya menjadi dirijen Lagu Kebangsaan Indonesia Raya”, memandu Gubernur Sulsel, sejumlah pejabat teras, seniman, budayawan, akademisi dan ratusan hadiri”, kisah Salahuddin Alam.

Dimasa pandemic covid-19 yang memaksanya warga membatasi kegiatan luar rumah, Kak Yayath tetap hadir aktif bersama kerabat LAPAKKSS menyemarakkan dan menyampaikan pendapatnya yang bernas dalam Seri Ngobrol 1 (SN) hingga 5 via Zoom, kata Luna Vidia.

“Mari kita belajar pada kecenderungan laku kultural ‘orang barat’ yang menata ‘ruang hidup’ mereka secara menyeluruh, tak terkecuali; halaman belakang”, katamu dalam nuansa komparatif. Itu membuat saya menduga Opu Yayath sedang berhikmah lewat layar realitas kultural kata –tak terkecuali dan khususnya: dalam kultur Bugis-Makassar – yang lebih terkonsentrasi menata serambi depan dan ‘ruang tamu’ dalam konteks ‘mappakaraja tauana’ (memuliakan tetamu). Kisah Patta Nasrah yang menjadi partner setianya (tentu bersama Pak Ajiep Padindang) dalam gagasan besar memberdayakan Teluk Bone.

Berbagai cara dan siasat dan strategi pernah dirancang Yayath, diwujudkan dalam tindakan untuk memberi makna pada kesenian dan kebudayaan yang berguna bagi masyarakat. Kata Sukma Sillanan yang setia menjadi sahabatnya dalam suka dan duka hingga jelang akhir hayatnya.

Begitulah, Yayath dikenal luas sebagai aktivis di lembaga kemahasiswaan, komunitas kesenian dan kebudayaan, kelompok diskusi, periset sosal budaya, organisasi kepramukaan, pencinta alam, olahraga (panjat dinding), lembaga swadaya masyarakat pencinta lingkungan,-bahkan partai politik.

Ia, telah “mengalir begitu saja, sampai menemukan muaranya sendiri”. Sebagaimana prinsip hidupnya.

“Apakah ia orang baik?”, tanya para tamu sebelum menutup testimoni yang dibacakannya. Semua menjawabnya Sepakat.

Jika kita sepakat siap menjadi saksinya: Andi Yayath Pangerang orang baik. Insya Allah, Dia mendapat tempat yang layak di surga. Aamiin. (***)

Top Hit

Politik

Pendidikan

Seputar Sulawesi

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN